1. si manis

52 2 0
                                    

Di sebuah kompleks perumahan, terlihat seorang remaja menggendong seekor kucing hitam di gang jalan.

Dia mempunyai raut wajah yang cemas, kesal dan marah.

Cemas karna kucingnya terluka, kesal karna kucingnya selalu keluyuran tanpa sepengetahuannya, dan marah karna uang nya menipis untuk mengobati kucing peliharaan yang dia manjakan itu.

"Kamu harusnya jadi anak yang patuh... dan tinggal di rumah jangan buat masalah bagi mas mu yang ganteng ini ya manis...?" Kata pemuda itu kepada kucing yang ia tatap dalam dekapannya.

"Miow... miow..~" suara si kucing membalas ucapan pemuda itu, sembari berwajah lugu.

Pemuda itu bernama mas dedy macho, walaupun gak kelihatan macho dari manapun juga.

"Mas tahu kamu bosan di rumah, tapi gak seharusnya kamu berantem ama anjing tetanggakan?" Kata dedy pada si manis, dia ingat waktu menemukan si manis dia di kelilingi tiga ekor anjing yang terluka, dedy meyakini kucingnya usai berduel di gang sempit itu.

"Mioow..~~" si manis berseru, dengan tatapan yang penuh dengan rasa ingin tahu, bila raut wajahnya dapat terbaca, maka dia akan menjawab 'ngomong apa kamu? Apa kamu tidak bisa berbahasa kucing dengan baik dan benar?'

Maklum pikiran kucing itu berbeda dengan manusia, pikiran kucing itu layaknya anak TK atau bayi, dia hanya mengikuti apa yang membuatnya senang dan nyaman, mengikuti insting kekucing - kucingannya.

"Bagus kalau kamu mengerti..." kata dedy, walaupun dia tahu apa yang dia katakan adalah omong kosong belaka, yang ia yakini sebagai delusi semata.

Selama dedy berbincang - bincang dengan kucingnya itu, dia tidak sadar kalau banyak orang melihat dia berbicara dengan kucing hitam peliharaannya itu, menganggap orang gila baru di kompleks.

"Mama... paman itu hebat bisa berbicara ama kucing...~" kata bocah kecil kepada ibu yang berada di sampingnya.

"Hussh... jangan ikut - ikutan seperti dia, dia itu adalah contoh seorang yang gagal dalam berteman..." kata ibu muda itu pada sang anak, sembari melanjutkan. "Makanya kamu perbanyak teman yang baik di sekolah ya nak..."

"Tapi~ kucing itu lucu ma~" kata si bocah sembari gigit jari.

"Jadi adek lebih suka kucing dari pada pacarnya di kelas ya~~?" Tanya sang ibu menggoda.

"Waaah...!!?" Teriak malu sang bocah karna sang ibu mengetahui bahwa dia berpacaran, walau masih ingusan.

"Hahaha..." melihat salah tingkah anaknya sang ibu tertawa, sembari mempercepat langkah kakinya. Dia takut terlalu lama di dekat dedy nanti bisa ketularan virus kekucing - kucingan.

Kita kembali kesisi pandangan sang mc yang ganteng,

Saat dia sudah hampir tiba di depan pintu rumahnya, dedy melihat sesosok gadis cilik menatap si kucing dalam gendongannya, dari sudut - sudut pinggir jalan.

Karna dedy seorang pria yang ramah tamah pada sesamanya diapun menyapa, kepada si gadis cilik pemalu itu.

"Halo... neng manis... apa yang neng lakukan disini?" Kata dedy sembari tereenyum, menggendong si manis dan menggerakkan pergelangan kaki depan si kucing seolah melambaikan memberi sapaan pada si gadis itu.

"Meowng...~" suara kucing merasa kesal di perlakukan seperti boneka mainan.

Gadis cilik yang imut itu, menatap si kucing imut yang melambai - lambaikan tangan padanya. Membuat matanya berbinar - binar.

Sebelumnya si gadis cilik itu berjalan dia tanpa sengaja menginjak beberapa ekor anjing, dan begitulah si gadis cilik itu di kejar - kejar anjing yang marah.

Akan tetapi saat dia melarikan diri, tanpa sadar si gadis melewati kucing hitam yang manis, sehingga pandangan para anjing teralih ke si kucing yang tak berdosa itu.

Singkat cerita si gadis kecil ini adalah biang keladi dari masalah yang di hadapi dedy dan kucingnya itu.

"Om... kucingnya imut bangey, om... boleh nggak aku beli kucing om?" Kata si gadis yang terlihat sangat tertarik dengan kucing hitam ini.

Bagai mana gak tertarik? Orang kucing itu bisa bertarung dengan tiga anjing galak dan berhasil menang, dalam benak si gadis dia gak perlu takut anjing di masa depan kalau kucing itu berada di sisinya.

Kucing itu bisa jadi bodyguard si gadis, dan nantinya dia bisa tenang bermain, tetapi pada intinya si gadis suka dengan si manis.

"Neng manis... kucing om ini adalah keluarga terdekat om, bagai mana om bisa tega ngejual keluarga tercinta om?" Kata dedy menjawab si gadis cilik itu, dia berfikir emang kamu mau beli kucing ku dengan apa? Apa uang jajanmu bisa sepadan dengan perawatan si kucing peliharaan yang menemaninya beberapa tahun ini?

"Tapi... tapi... apa om gak tertarik ama permen buatan khayangan, ini permen ajaib loh om..." kata si gadis sembari membuka telapak tangannya dan memperlihatkan sebutir permen di situ.

Bener apa yang si dedy pikirkan, gak mungkin bocah kecil mampu membeli sesuatu dengan sebutir permen, dan yang membuat dedy takjub adalah sejak kapan seorang bocah bisa berfikir menipunya, mamerin permen ajaib dari khayangan? Naiiiiff!!!

"Haha... jangankan permen ajaib, om di rumah juga punya permen tujuh warna..." kata dedy dengan omong kosongnya itu.

"Jadi om gak mau menjual kucingnya padaku?" Kata si gadis cilik dengan mata yang mulai berkaca - kaca seolah bendungan air yang siap meluap kapan saja.

Melihat sang gadis cilik mulai ingin menangis, dedy panik dia nggak mau tetangganya beranggapan kalau dia melakukan sesuatu yang tak diinginkan pada gadis itu, apalagi dia di anggap lolicon.

"Sudah- sudah jangan sedih... ini om kasih permen tapi jangan nangis ya?" Kata dedy memberikan beberapa butir permen sisa kembalian di supermarket.

Melihat tiga butir permen di telapak tangan dedy, wajah sang gadis berubah dalam sekejap menjadi berseri - seri.

Sungguh anak kecil selalu simple pikir dedy.

Dengan paksa si gadis menerima permen itu, dia melihat tiga permen pemberian dedy dan satu permen miliknya, kemudian si gadis cilik itu memberikan satu permen itu kepada dedy.

"Om benar - benar orang yang baik, sebagai hadiah perkenalan putri khayangan ini mau membagikan satu - satunya harta berharga milikku ini..."

Apa ini yang namanya penyakit chunibyou? Pikir dedy, tapi dia hanya bisa berkata dalam batinnya.

"Terima kasih oh... putri khayangan atas pemberian mu ini..." kata dedy pada gadis cilik mencoba mengikuti penyakitnya itu.

Setelah itu si gadis cilik mengelus - elus si kucing hitam, si kucing hanya bersuara ' miow... miow..'

Setelah puas dengan memolest si kucing gadis cilik itu beranjak pergi dari pandangan dedy dengan langkah kecilnya itu.

Saat dedy melihat sang gadis beranjak pergi dia melihat gadis itu berjalan ditemani kabut asap, dalam beberapa langkah kabut itu menyelimuti tubuh si gadis, dan melenyapkan sesosok tubuh cilik secara misterius.

Apa aku berimajinasi? Apa aku mengalami delusi? Pikir dedy.

(Autor gak punya hp atau komputer buat nulis, harap maklum)

monster kecil dedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang