Seeing You on the Blue Sea (V : Brother)

835 109 42
                                    

Dulu ada sebuah legenda yang berkembang dari mulut ke mulut, dari penduduk lokal di Everheim. Mitos tentang monster laut jauh sebelum masa pemujaan dimulai oleh orang-orang yang disebut sebagai leluhur bagi masyarakat di masa kini.

Alkisah jauh di kedalaman Aradean Sea seekor monster laut hidup. Ia memiliki ekor naga yang panjang; mampu melilit dan meremukkan sebuah kapal besar; monster berkepala menyerupai manusia. Konon, makhluk itu yang telah menenggelamkan kapal hingga tak bersisa.

Pada sebuah prasasti kuno yang ditemukan seorang nelayan di laut Aradean, gambar yang terukir pada batu seukuran kepala manusia itu menunjukkan kehidupan lain selama ini berdampingan dengan mereka. Manusia yang memiliki ekor, mermaid, tapi tak sedikit yang meyakini dia adalah Poseidon sang Dewa Laut.

Dewa Laut yang memberikan berkah ikan melimpah, menganugerahi Kraina lautan yang luas sehingga negara ini mampu tumbuh dan menjadi pusat perdagangan di Benua Selatan.

Pertama kali, saat bulan semerah darah berada di langit Aradean, penduduk tepi pantai mengartikannya sebagai kutukan. Belum pernah bulan tampak semerah itu, seperti mata monster yang merah; marah; haus darah. Masyarakat ramai-ramai menutup pintu rumahnya, rapat-rapat menyungkup tiap rongga ventilasi sehingga tidak menyisakan celah. Orang-orang ketakutan.

Namun, kuil menangkapnya sebagai hal berbeda; Firman Dewa. Bilamana Dewa tengah memperingatkan agar rakyat bisa lebih bersyukur. Bukan sekadar menebar dosa di jalanan, lalu menganggap akan luruh setelah hujan mengguyurnya.

Tidak semudah itu. Perbuatan dan penghakiman selalu berjalan di lintasan yang sama meski berbeda waktu. Penghakiman tak ubahnya grim reaper, menguntit diam-diam dalam senyap, sama hal karma yang tidak pernah salah menemukan tuannya.

Namun, pada selang sebelum pemujaan, Aradean Sea selalu mengulang siklus tragedi satu dasawarsa. Di mana orang-orang dalam jumlah banyak tiba-tiba menghilang.

Jika itu Dewa, apakah Dewa membutuhkan timbal balik? Di mana satu harus dibalas satu, dua dibalas dua; bisa diartikan, setiap kepala di Kraina memiliki nominal yang bisa ditukar dengan berkah.

.

.

|01:15|

Setelah memasuki tengah malam, lalu-lalang di jembatan sungai Vady sangat berkurang. Jalan alternatif menuju Port Gararia tersebut memang sebaiknya dihindari saat malam hari. Biasanya para berandal duduk-duduk di sana sambil pesta arak murah. Mereka tak segan mengacungkan pecahan botol guna memeras pengguna jalan.

Sama hal malam ini, beberapa pemuda tampak duduk di tepi sambil matanya melirik ke arah datangnya mangsa.

Gerimis membuat total buruan mereka berkurang. Sudah dua jam duduk, sudah habis tiga botol bir, namun belum dapat satupun.

Seringai pria berambut uban pendek tertarik di sudut bibir. Dia segera berdiri dari posisi rebah, memutar botol bir yang dibawanya-menghantamkan ke jembatan sehingga menyisakan bagian ujung yang runcing.

Suara berderik dari mesin mobil terdengar mendekat. Lamat-lamat sang pengemudi terlihat; dia pria menggunakan topi hat hitam dan setelan yang sepertinya jas berwarna serupa-belum begitu jelas lantaran tersamar oleh kaca mobil yang mengembun.

Senyum pria berambut putih pun kian mengembang kala si pengemudi turun. Benar, sosok itu mengenakan baju yang selayaknya dipakai kalangan ningrat. Lalu mobil ini, si bandit pernah melihatnya sekali—beberapa minggu lalu-muncul sebagai sampul utama sebuah surat kabar; mobil keluaran terbaru yang memiliki fasilitas radio.

Seeing You on the Blue SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang