Bab 3

4 1 0
                                    

Vely memasukkan kaki nya ke dalam selimut berwarna coklat itu, ia memandang langit-langit kamar dan menghela napas pendek. Ia mengambil satu foto disamping tempat tidur nya. Memandangi nya dengan tatapan sendu, mengusap nya dengan jari telunjuk. "gue kangen lo kak," mengucap nya pelan, tak sadar air mata nya jatuh begitu saja, seketika ia teringat kejadian di masa lalu.

Kedua orang ini berlari di tengah hujan mengguyur sambil tertawa. Terlihat kedua nya sangat bahagia pada masa itu.

"Apaan sih kak curang banget."

"Eh enggak ya, kakak nggak main curang. Kamu nya aja yang lagi bengong."

"Awas ya kak, aku gelitikin," seorang anak perempuan itu berusaha mengejar laki-laki yang terus berlari ke seberang jalan.

"KAK! AWAS!,"

Jeger!!

Lelaki itu tertabrak oleh mobil yang melaju kencang. Terlihat darah yang mengalir membasahi wajah dan seluruh tubuh nya itu. Anak perempuan ini tak kuasa menahan tangis nya, ia mencoba membangunkan kesadaran lelaki itu, "Kak! Bangun kak.. kakak pasti kuat..," lelaki itu berusaha memegang pipi anak perempuan ini dengan satu tangan nya. 

"Kamu harus nurut sama papa, bunda ya dek, jaga diri kamu baik-baik, jadi diri yang kuat ya, jangan pernah merasa sendiri kalo lagi kesepian. Kakak mau pergi dulu, nanti kalo udah waktunya kita ketemu lagi,"ucap lelaki itu pelan.

"Enggak kak, kakak nggak boleh pergi, kakak janji mau main lebih lama sama aku.. nanti aku main sama siapa kak? Kakak yang kuat ya?," anak perempuan itu terus menangis melihat kakak nya yang perlahan tak sadarkan diri, lalu lelaki itu perlahan menjatuhkan tangan yang semula di pipi adik nya ke atas aspal.

"KAK!," berteriak kencang dan menangis di atas tubuh lelaki itu.

Vely meletakan foto tersebut di dada, memejamkan mata nya sambil menangis, kalau waktu bisa di putar kembali. Suasana malam yang mendukung, hujan rintik di luar yang membuat gadis itu mulai terlelap ke alam mimpi nya.

---

Vely berjalan di koridor sekolah berjalan menuju kelas nya, terlihat ramai nya kelas oleh sekumpul orang yang asik bermain game. "Eh awas mati. Ah jun lu gimana sih malah nembak gue, jadi mati kan."

"Kok gue? Lu aja yang halangin musuh nya," kedua orang itu saling ribut mempersalahkan game.

"Vely!! Gue kangen banget sama lo..," teriak Amel sambil berlari dan memeluk Vely.

Vely melepaskan pelukan Amel, "Lebay banget lo."

"Eh iya, gue denger lo kemarin habis berantem sama si itu tuh nenek lampir?," tanya Amel.

"Ohh itu, dia cuman salah paham aja," Vely duduk sambil melepaskan tas nya.

"Salah paham? Tentang?."

"Itu.. jadi si Cheline ngasih liat foto gue sama kak Arion lagi berduaan gitu, dan ada foto kak Arion cium gue."

"Terus, terus?," Amel menggeser kursinya ke meja Vely.

"Ya.. gue juga gatau kok bisa ada foto itu, sedangkan gue juga ga deket sama kak Arion. Cheline tetep nggak percaya, dia jambak rambut gue sampe di siram pake jus badan gue."

Mendengar penjelasan Vely, Amel emosi. "Bener-bener ya tuh nenek lampir, awas aja lo." Vely terkekeh melihat wajah sahabatnya itu. 

---

Waktu istirahat tiba, Vely masih sibuk dengan tugas fisika nya. Amel menghampiri meja Vely, menyenggol tangan Vely pelan. Vely langsung melirik "Vel ayo ke kantin, nulis mulu lo mah."

"Ck. Iya sabar."

Tak lama Vely berdiri dari kursi nya lalu menutup buku, menarik tangan Amel "Ayo."

Di kantin

Amel menyerobot orang yang ada di depannya. "Permisi kawan-kawan, saya numpang bayar duluan."

"Sabar dong. Ngantri. Buru-buru amat," ucap seorang siswi si sebelah Amel.

"Hahaha, sabar dikit bisa nggak sih mel?," Vely menarik badan Amel, Amel hanya bisa memutar bola matanya.

"IKUT GUE!," Cheline datang dari belakang Vely, menarik baju Vely dengan kasar.

"Apaan sih Chel!."

"Udah nggak usah banyak ngomong. Ikut gue!," Cheline terus menarik kerah baju Vely sampai keluar dari kerumunan kantin.

"Chel! lepasin Vely!," Teriak Amel.

Cheline melepaskan cengkraman di kerah baju Vely dan mendorong keras bahu Amel "Urusan sama lo apa?!."

"Ya jelas ada urusannya sama gue. Dia sahabat gue." Amel menepis tangan Cheline dari bahu nya.

Cheline membuang napas nya kasar. "Hah. Kalo lo sahabatnya, bilang sama dia, jangan jadi pelakor!."

"Jangan nuduh sembarangan ya lo!." Amel geram tangannya melayang di udara hendak menampar pipi Cheline, namun di cegah oleh laki-laki tinggi, kulit putih, dan tampilan rapi yang menatap ke arah keduanya.

"Kalo mau berantem jangan di sini."

Jangan lupa vote ❤️
ig: @salwaarina_ / @salwastoryy_

31-10-21

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang