Prolog.

3.6K 263 4
                                    

Ps : Saya terinspirasi dari fyp tiktok saya. Bila ada kesamaan dalam cerita, saya mohon maaf. Saya tidak sengaja. Cerita ini saya kembangkan dengan pemikiran saya sendiri. Mohon bijak dalam membaca.

__________________________

"Mamah jangan khawatir. Ara bisa jaga diri kok,"

"Iya, mamah tau. Cuman mamah takut aja kamu kenapa-napa,"

Mendengar itu, Ara pun terkekeh. "Iyaaa, tenang aja, Mah,"

Ya, Ara sendiri bisa mengerti akan hal itu. Seorang putri satu-satunya di keluarganya, memilih untuk tinggal di Ibu kota untuk mencari pekerjaan. Orang tua nya sendiri memiliki bisnis kecil di salah satu desa yang terletak di kota Yogjakarta. Dan juga, kepergian nya berkelana ke Ibu Kota ini adalah kejadian pertama dalam sejarah keluarganya.

"Yaudah, ya. Ini sudah larut malam. Jangan lupa tidur,"

Ara tersenyum tipis. "Oke, Mah. Abis ini Ara bakal tidur,"

"Oke, sayang. Selamat malam,"

"Selamat malam juga, Mah,"

Telefon pun terputus. Ara meletakkan ponselnya kembali ke atas meja seraya merenggangkan punggungnya yang kaku karena terlalu lama duduk. Sebentar lagi kerjaan nya akan selesai. Setelah itu Ara akan bisa tertidur pulas di atas kasur empuknya.

Jemarinya bergerak mengetik lanjutan kalimat yang harus ia ketik dalam laporan pekerjaan nya pekan ini. Salahkan dirinya yang terlalu lama menunda pekerjaannya sampai-sampai kini Ara harus bergadang agar bisa menyelesaikan nya tepat waktu.

Aroma lilin terapi yang menyala di atas meja nya menjadi teman bergadang nya malam ini. Wangi vanilla. Ara sangat suka hal itu.

Tling!

Suara notif ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ara kira Mamahnya mengirim pesan lagi untuk mengecek apakah putri semata wayangnya telah tidur. Dan ternyata... Bukan Mamahnya yang mengirim pesan.

"Nomor asing?" pekik Ara bingung sambil menatap layar ponselnya.

Unknown Number.

|Jangan bergadang, Cantik.
|Gak baik buat kesehatan.
|Laptop nya matiin dulu ya.

Mata Ara membulat lebar saat melihatnya. Gadis itu menoleh kesana-kemari karena takut jendela kamarnya masih terbuka. Dengan cepat, Ara menutup gorden jendela nya yang masih terbuka. Dirinya kira kejadian seperti ini tidak akan terjadi di Ibu Kota. Ternyata penguntit itu beneran ada di sini.

"Ngeri banget, sih," Ara mengusap-usap kedua lengannya dengan pelan. Ia kemudian mengecek kembali ruang obrolan antara dirinya dan orang asing tersebut.

Unknown Number.

|Jangan bergadang, ya.
|Gak baik buat kesehatan.
|Laptop nya matiin dulu ya.

Siapa?|

|Tidur.

Idih, siapa lo?|

|Saya bilang tidur, ya tidur

Lo siapa?|
Penguntit ya lo?|

|Sebutan penguntit terlalu kasar buat saya

Terus lo siapa?|
Jangan buat gua emosi|

|Kamu cewek, tapi kasar

Gua gak ngomong kasar perasaan?|

Stalker - NCT127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang