Chapter 2.

1.7K 174 4
                                    

"Beneran kejadian, Ra? Lo di stalker-in sama orang asing?" tanya Johnny membulatkan kedua bola matanya.

Mendengar itu, Ara pun mengangguk pelan. "Iya, kemarin malem. Ada nomor asing yang ngechat gue. Dia juga tau gue lagi ngapain kemarin malem,"

Johnny menampilkan wajah seriusnya. Kejadian yang barusan ia dengar dari mulut Ara, tidak bisa diajak main-main. "Lo harus lapor polisi, Ra. Kejadian kayak gini tuh bahaya-in lo banget,"

"Iye, gue tau. Cuman gue takut bukti gue gak kuat. Toh, nomornya udah gue blokir. Jadi dia gak bisa ngechat gue lagi,"

"Ya gak bisa gitu lah, Ra. Kalo dia macem-macem sama lo gimana? Dah gitu keknya orang itu tau alamat apartemen lo," ujar Johnny heboh.

"Gue udah ganti password pintu apartemen gue kok. Tenang aja," ucap Ara membuat emosi Johnny semakin menggebu-gebu.

"Kayak gitu mah gak cukup. Kalo dia ngikutin lo dari belakang gimana? Gue takut lo kenapa-napa, Ra. Lapor polisi aja, ya?"

Mark yang berada diantara mereka pun jadi bingung mau apa. Karena jika dirinya ikut dalam pertikaian kecil seperti ini, mungkin Mark akan merubah suasana nya menjadi lebih buruk.

"Kak, udah dulu ya. Bang Johnny juga jangan emosian gitu. Semua bisa dibicarakan baik-baik," kata Mark berusaha menenangkan keduanya.

"Ya masa temen kerja lo dapet pesan dari stalker kayak gitu diem aja? Gak bisa dibiarin kayak gini tuh!" tukas Johnny sampai-sampai menekan meja kayu cafe tersebut dengan kepalan tangannya.

"Sabar, John. Gue bisa jaga diri. Kalo semisal gue dapet pesan lagi dari dia, gue bakal lapor polisi. Oke? Lo tenang aja," Ara menghela nafas panjang. Gadis itu tidak menyangka bahwa Johnny akan se-emosi itu dengan masalah nya.

Mark mencoba mencari jalan keluar dari masalah ini. Dan untungnya 5 detik kemudian, Mark terlintas sebuah ide cemerlang di otaknya. "Kak, gimana kalo Kakak beli CCTV aja? Buat Jaga-jaga di apartemen Kakak,"

Ketika tau bahwa ide Mark ternyata brilliant, Johnny dengan cepat mengiyakan saran tersebut untuk solusi permasalahan Ara. "Nah, yaudah! Beli CCTV aja, Ra! Gue yakin kalo ada penguntit yang masuk ke apartemen lo, pasti bakal ketauan!"

"Iya juga, sih... Tapi besok aja dah gue beli nya," ucap Ara.

"Kok besok, sih? Malam ini aja!" seru Johnny.

"Besok aja lah, John. Toh, malem ini gue bakal langsung tidur. Gue juga bakal kunci ganda semua pintu sama jendela apartemen gue. Tenang aja,"

"Kalo ada apa-apa, telfon gue ya, Ra?" pinta Johnny menyerah atas keras kepala Ara yang tidak mau menuruti saran bagus dari Mark.

Ara mengangguk. "Iye, lo tenang aja,"

Pesanan mereka akhirnya telah sampai. Ara, Johnny dan Mark sama-sama memakan makanan mereka dengan lahap. Ternyata rasa makanan dari cafe ini sangat pas dan cocok di lidah mereka.

Ketika Ara ingin menyuapkan suapan terakhir makanannya, gadis itu dibuat kaget dengan kedatangan seorang laki-laki yang sama saat di dalam lift tadi pagi. Sosok itu benar-benar masih menghantui pikiran Ara sampai sekarang.

"John," Ara menunjuk sesosok lelaki tersebut yang sedang mengambil tempat duduk di sudut ujung sana.

Johnny menoleh secara perlahan ke arah yang dituju Ara. Sepasang netra nya saling menyipit untuk memfokuskan pandangan nya terhadap wajah orang itu. "Kenapa, Ra?" tanya Johnny setelahnya.

"Dia orang yang bareng sama gue pas di lift," ucap Ara dengan suara bergetar. "Tatapan nya serem banget, John. Gue sampe merinding ngeliatnya,"

"Perasaan lo doang kali? Atau jangan-jangan lo curiga kalo orang itu yang ngirim pesan ke elo?" tanya Johnny.

Stalker - NCT127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang