3. The Beginning

667 22 12
                                    

"Belum saatnya Freya, aku ingin kau yang memilih." Deman kembali mengecup kening Freya yang berada dipelukannya sebelum dia pergi meninggalkan kamarnya untuk menjernihkan pikirannya.

-------------------***---------------------

Freya terbangun saat merasakan kehangatan cahaya matahari dan langsung terduduk saat melihat Deman bersandar di tiang ranjang menatap Freya dengan datar, membuat Freya bingung harus mengatakan apa. Tiba-tiba saja Deman mendekat dan mengulurkan tangannya. Freya menatap tangan Deman yang masih menunggu sambutan dari Freya hingga akhirnya tanpa kata Freya menyambut uluran tangan Deman.

"Deman!" Freya setengah berteriak lalu refleks melingkarkan tangannya ke leher akibat Deman yang langsung menarik Freya dan membawanya ala bridal style. Freya menatap Deman yang memakai Tuxedo berwarna putih dengan garis keemasan menghiasi Tuxedonya, dia benar-benar terlihat seperti seorang pangeran berkuda putih. Freya tersadar saat melihat gaun tidurnya yang berbeda, yang dia kenakan sekarang gaun putih gading tanpa lengan dengan panjang setengah pahanya, serta jubah tidur panjang dengan warna senada yang menutupi lengan dan tubuhnya. Apakah Deman yang menggantinya? Tidak mungkin.

"Kau selalu menyebut namaku" Deman berjalan dengan santai menatap lurus ke depan, seakan-akan Freya tidak memiliki berat badan.

"Maaf" Freya berkata pelan membuat Deman menatapnya.

"Tidak Freya, aku senang kau menyebut namaku" Deman tersenyum lalu mengecup kening Freya, Freya bisa merasakan pipinya merona akibat perlakuan Deman.

"Kau akan membawaku kemana?"

"Sebuah Ritual" Deman menunjukkan smirknya yang membuat Freya terpesona. Bagaimana bisa Deman sangat terlihat tampan? Oh Freya suka sekali dengan senyum Deman.

"Ritual?"

Tibalah Freya dan Deman dalam Ruangan yang asalnya gelap menjadi terang seketika saat beberapa lilin menyala di sekitar ruangan, Ruangan ini sangat Indah.

"Jason!" seorang pria mendekat, wajahnya tampan tapi ada kesan misterius disana.

"My Lord, My Lady persiapan sudah selesai." Deman langsung berjalan ke arah meja panjang dengan menaiki sedikit tangga, lalu duduk masih mendekap Freya dalam pangkuannya.

Apa ini persembahan? apa dia akan di persembahkan atau semacamnya? Dan kenapa ada dua peti yang berukuran besar dengan ukiran-ukiran yang sangat indah berada dihadapan mereka? Apa itu akan menjadi tempat peristirahatannya sekarang? Tidak. Ini tidak boleh terjadi.

"Freya" panggil Deman. Tapi yang dipanggil masih terdiam kaku seakan memikirkan sesuatu, itu terlihat dari kening Freya yang mengkerut dan Deman seaakan mengetahui kepanikan Freya langsung mengecup sudut bibir Freya sehingga menoleh padanya.

"Hey, Jangan memikirkan hal negatif denganku" Deman terlihat sedih saat Freya masih menatapnya.

"A..aku tidak bermaksud... kau membaca pikiranku?" Freya terkejut.

"Tidak, itu terlihat sekali dari ekspresimu sayang, seakan-akan aku akan memasukanmu ke dalam peti"

"Maaf, hanya saja untuk apa kedua peti itu?"

"Kau akan segera tahu sayang, tapi ada satu pertanyaan dariku dan maukah kau menjawabnya setelah aku bertanya?" Tatapan Deman berubah menjadi serius, ada sebuah harapan disana.

"Tentu" Freya tersenyum.

"Maukah kau menjadi Ratu mendampingiku di Kerajaan Salverda ini?" Pertanyaan Deman membuat Freya terkejut, Bagaimana mungkin secepat ini? Apakah Deman benar-benar menginginkannya? Lalu apa kabar dengan Zean yang merupakan matenya juga? Apakah Freya harus memilih sekarang? Di otaknya Freya tidak harus memilih sekarang karena bukankah seharusnya dia memilih saat Zean juga bersamanya agar ini semua menjadi adil, tapi hatinya berkata lain dan menyuruhnya agar memilih sekarang, menerima Deman.

Shadow of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang