3. Monster

708 95 6
                                    

Naya's Diary :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naya's Diary :

Bertemu dengan sosok Reyshaka Dikara merupakan sebuah anugrah yang tidak terduga.

Aku menyukainya, tapi tidak dengan sosok Raina.

***

Setelah berkali-kali memanggil namanya, Shaka akhirnya mau menghentikan langkah.

Karena berhenti secara tiba-tiba membuat Naya yang tengah berlari mau tidak mau menubruk punggung lebar Shaka. Alhasil lagi dan lagi bokongnya mencium dinginnya lantai dan kali ini disaksikan oleh beberapa murid yang saat ini tengah berusaha menutup mulutnya supaya tidak tertawa.

Dengan kesal Naya mengelap keringat di keningnya lalu mendongak menatap Shaka yang saat ini ikut menatapnya tanpa bereaksi apapun. Tidak ada raut merasa bersalah di wajahnya, yang dia tampilkan hanya tatapan datar layaknya penggaris. Tidak ada juga niatan laki-laki itu untuk membantunya berdiri seperti ketika pertama kali mereka bertemu.

Naya mendengus kemudian berusaha untuk bangkit meskipun bokongnya terasa sangat ngilu.

“Kali ini bokong aku beneran sakit, Shaka. Terus aku juga capek tadi lari-lari ngejar kamu, bisa gak duduk dulu?” tanya Naya seraya memegang pinggul bagian belakangnya.

Shaka mendecak kemudian mengalihkan pandangannya ke sekeliling, ada beberapa murid yang tadi sempat memperhatikan keduanya kini langsung pura-pura sibuk.

“Ikut gue.” Tanpa menoleh Shaka langsung berjalan mendahului Naya.

Gadis itu sekali lagi mendengus lalu mengekor di belakangnya dengan sedikit pincang.

Ternyata Shaka membawanya ke Kantin. Ada beberapa murid yang menatap Naya dengan penasaran mungkin mereka sadar kalau Naya bukan murid lama.

Shaka memilih tempat duduk yang cukup jauh dari kerumunan, dia memilih duduk di pojokan. Tempat duduk di Kantin ini merupan bangku panjang yang cukup untuk lima orang di satu meja ada dua bangku saling berhadapan dan Naya duduk tepat di hadapan Shaka.

“Makanan di sini yang paling enak apa?” tanya Naya seraya mengedarkan pandangannya ke arah stand-stand makanan.

Kemudian mengalihkan kembali pandangannya ke arah Shaka yang masih diam memperhatikan.

“Gapapa mahal juga, aku bukan orang miskin, uang aku banyak kok,” celetuknya.

“Atau samain aja sama pesanan kamu yang penting penjualnya gak jorok, dekil, kumal, perut aku sensitif soalnya, gak bisa makan yang gak higienis.” Tanpa memperhatikan raut wajah Shaka yang speechless, Naya terus saja berceloteh.

Renjana dan AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang