Ini bukan dansa pertama Anyelir seumur hidup. Ini hanyalah dansa pertamanya dengan Anggara Hadiarsa Pranadipa. Dari cara laki-laki itu memakaikan jas, ia sangat tahu kalau pribadi semacam itu mudah saja meluluhkan hati banyak perempuan. Anggara punya sembilan puluh delapan persen aroma keberengsekan yang nyata saat memeluk pinggangnya posesif. Namun, sayangnya Anyelir adalah lawan seimbang. Ya, skor mereka sama. Ia memegang sebelah bahu laki-laki itu dan menyatukan tangan mereka.
Berdasarkan informasi, mantan teman minum kopi Anggara selalu perempuan blasteran dengan tinggi minimal seratus lima puluh delapan senti. Punya rambut halus tergerai menakjubkan, senyum membuai, serta obrolan menyenangkan. Memangnya siapa yang mau berhubungan dengan orang-orang membosankan? Anyelir pun tak menyukai tipe laki-laki yang sedikit bicara. Kalau begitu, sejauh ini kecocokan mereka sebagai rekan kerja telah mencapai delapan puluh sembilan persen. Sisanya tinggal menyusun kontrak baru. Anyelir mampu melampaui standar fisik teman minum kopi yang asik.
Anyelir memutar tubuh di bawah tangan Anggara, lalu laki-laki itu kembali menariknya mendekat. Tidak ada tatapan spesial, kecuali saling menilai satu sama lain.
"Dosa besar apa yang pernah kamu lakukan sepanjang hidup, Nye?" Anggara bertanya ketika ritme dansa mereka kembali pada gerakan maju-mundur.
"Hmm ... menarik juga topik obrolannya." Anyelir memiringkan kepala, satu sudut bibirnya tertarik. "By the way, apa yang mau kamu cari dari Anyelir Cokroatmojo lewat pertanyaan ini?"
Anggara menunduk hingga kening mereka menyatu. Jeda sekian detik, ia mencoba menebak aroma yang tercium kuat di sekitar bibir Anyelir. "Mau tahu isi hati Anyelir Cokroatmojo," bisiknya di depan bibir gadis yang tengah terpejam bersama senyum mematikan.
"Tiga tahun lalu aku pernah kerja sama dengan yang terhormat Bapak Haris Cokroatmojo."
Dua alis Anggara menyatu seraya membatin, Bapak-bapak kaya raya dan gadis muda nakal. Jenis kerja sama apa yang terjalin? Ah, jangan bilang ada hubungan incest di antara mereka.
"Kerja sama apa?" tanya Anggara.
"Aku bantu dia menjebak pacar backstreet-nya Kenanga."
"Mau kamu jadiin koleksi? Semenarik apa dia sampai kamu repot-repot bikin jebakan?"
Anyelir tersenyum geli. "Tahan, Anggara sayang. Pelan-pelan ya?" Sebelah tangannya mengusap permukaan dada bidang Anggara. "Nggak ada istilah ngejar-ngejar cowok dalam kamusku. Jebakan itu rencana Om Haris."
"Terus?"
"Ya, karena Bunga Kenanga Cokroatmojo itu satu-satunya sepupuku yang berhati dan berwajah malaikat, aku bersedia membantu."
Sebelah alis Anggara terangkat. "Alasan yang kurang masuk akal buat seorang Anyelir Cokroatmojo."
"Aku peduli sama Kenanga, cowoknya itu berengsek dan ... ya, semua cowok memang brengsek sih. Mulut sama perlakuannya aja yang manis. Dan aku nggak mau Kenanga terluka karena terlambat menyadari."
"Imbalan dari Pak Haris?"
"Imbalannya aku melindungi hati seorang gadis baik."
"Nonsense, Nye!" Anggara tertawa kecil. "Dari mana kamu tahu keberengsekan cowoknya Kenanga? Kamu jadi mata-mata Pak Haris? Kamunya kali yang berniat menjadikan pacarnya Kenanga koleksian kamu." Ia tak habis pikir dengan gadis mungil di depannya.
"Anggara, aku nggak punya waktu untuk menguntit cowok orang ya. Aku sibuk banget merawat koleksianku sendiri. Lagi pula nggak ada satu pun laki-laki di dunia ini yang dapat dipercaya selain Papa Hermawan."
"Nggak semua perempuan menganut pemahaman yang sama kayak kamu, Nye. Kamu nggak bisa memaksakan itu. Kalau memang Kenanga baik sama kamu, harusnya kamu nggak melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
1/2 Jam; Stuck With You ✓ (Repost)
Romance[END] Menurut sebuah filosofi, tulang punggung diciptakan untuk melindungi tulang rusuk, yang mana itu adalah gambaran paling logis tentang perempuan dan laki-laki. Namun, bagi Anyelir semua laki-laki hadir hanya untuk menyemai luka hingga ia sulit...