Jika biasanya pagi hari adalah hal yang di sukai Zenna. Tetapi tidak dengan hari ini. Perempuan yang baru bangun dari mimpi buruknya itu merasa malas berangkat ke sekolah, terlebih sehabis kejadian kemarin yang membuatnya merasa lelah.
Bayangkan saat kamu tengah berjalan di tepi jalan, hujan deras tiba-tiba turun, membuat Zenna harus meneduh selama dua jam lamanya. Dan setelah reda, Zenna malah terkena air kubangan yang terbawa oleh mobil yang melintas sebanyak dua kali.
"Gara-gara kemarin, gue ga sempet liat anime yang baru rilis," ucapnya menyalahkan hari kemarin.
Dengan langkah malas, ia pergi ke kamar mandi untuk bersiap pergi ke sekolah. Bagaimana pun malasnya Zenna, ia harus tetap masuk di awal tahun pelajaraan.
Lima belas menit kemudian. Ia sudah siap dengan seragamnya dan hanya tinggal sarapan. Namun karena tingkat kemalasannya sedang naik, Zenna langsung berangkat tanpa memakan sarapan yang sudah ada di meja makan.
"Pak, gerbangnya kok masih di tutup?"
Ya, setelah dua puluh menit menempuh jarak menuju ke sekolah, ia hanya mendapatkan sebuah gerbang yang masih tergembok sempurna, namun seorang Satpam sudah berdiri didalam.
Satpam yang menunduk itu perlahan menoleh kearah Zenna dan menampakkan wajah yang seram.
"Fuck!"
Zenna membuka matanya, melihat jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Entah mengapa, mimpinya yang tadi terasa begitu nyata baginya. Tapi ia bersyukur itu hanyalah mimpi.
Butuh sekitar dua puluh menit untuk Zenna bersiap dan tiba disekolah. Saat ini, Zenna sudah duduk dengan tenang dibangku bagian favoritnya, dekat jendela. Seolah persetan akan orang yang duduk disana di hari kemarin.
Lama menunggu, beberapa siswa kelas mulai berdatangan dan menatap Zenna dengan aneh. Mungkin karena kemarin ia tak ada didalam kelas.
Seseorang menggebrak meja Zenna, membuat Zenna terkejut dan menoleh. Dia Nila.
"Ohayou!(Selamat pagi)" sapa Nila.
"Daripada ngelamun mending kita bobol kantin kuy!" ajak Nila dengan tersenyum.
"Gila lo? Bentar lagi masuk!"
Nila tersenyum miring. "Justru disitu bagian yang serunya!"
Tak kunjung mendapatkan jawaban, Nila menarik tangan Zenna keluar kelas dan berlari menuju kantin tepat lima menit sebelum bel masuk berbunyi.
Sesampainya di tempat tujuannya, Nila dengan cepat mengambil makanan ringan yang ia inginkan. Sedangkan Zenna hanya berdiri menatap Zenna dari belakang, sambil berjaga-jaga jika ada anggota OSIS yang tengah berpatroli.
"Bu, ntar istirahat tagih totalnya lima belas ribu!" teriak Nila kepada penjaga kantin.
Setalah melihat penjaga kantin mengacungkan jempolnya. Nila kembali menarik tangan Zenna. Mereka berhasil tiba dikelas, semenit sebelum bel masuk membunyikan dirinya.
"Nila lo bener-bener gila!"
Selama perjalanan berlangsung, Nila memakan camilannya tanpa rasa takut, meskipun ia melakukannya dengan diam-diam. Zenna dibuat heran olehnya, dan bisa-bisanya guru tidak menyadari perbuatan Nila.
Di saat Zenna melirik Nila, gadis itu hanya mengacungkan jempolnya dengan cengiran di bibirnya. Ternyata primadona SMP-nya dulu seperti ini? Sangat tidak bisa di percaya.
***
Kantin. Tempat yang paling diserbu oleh penghuni sekolah sesaat setelah mendengar bel istirahat. Berebut mencari asupan yang tersedia untuk mengisi perut yang kosong sekaligus me-refresh otak mereka sesudah mencerna materi yang diberikan tadi.
Di saat murid lain mencari meja yang kosong, Nila dan Zenna yang baru tiba setelah membayar tagihan Nila tadi, tak perlu lagi berebut meja karena sudah disiapkan oleh pacar Nila. Ya, pria aneh yang kemarin menarik Zenna.
Niel melambaikan tangannya kepada dua gadis ini. Nampak Gabny disampingnya yang asyik menatap layar ponsel. Yang berbeda dari dua orang itu adalah hari ini, Niel memakai kacamata yang dianggapnya merepotkan.
Niel dan Zenna berjalan menghampiri dan duduk berdampingan. Manik Gabny melirik Zenna, ketika Zenna menatapnya, Gabny tersenyum kecil sambil memalingkan pandangannya kepada layar ponselnya.
"Kamu pake kacamata?" tanya Nila penasaran.
Niel mengangguk. "Biar ga salah orang lagi," jawabnya dengan menunjukkan deretan giginya.
"Lepas, kamu jelek pake kacamata," ucap Nila lalu memanggil seorang pedagang untuk memesan.
"Katanya kemarin aku harus pake kacamata? Kok sekarang disuruh lepas?" tanya Niel.
"Iya, pakenya kalau belajar aja, bukan buat pamer," jawab Nila setelah memesan makanan favoritnya.
Disisi dua remaja yang tengah beradu mulut ini. Zenna penasaran dengan animasi yang di tonton Gabny karena pemuda itu sedari tadi nampak asyik menontonnya. Ia ingin bertanya, namun Zenna mengurungkannya ketika melihat Gabny sedang tidak ingin diganggu.
"Animenya baru rilis. Jadi ga mungkin lo belum nonton," ucap Gabny seakan mengetahui bahwa Zenna menatapnya diam-diam.
"Eh?" kaget Zenna. Bagaimana Gabny yang matanya fokus kepada layar bisa tahu? Cenayang?
Gabny mendongak kemudian menunjukkan film yang ia tengah tonton. "Lo keliatan penasaran banget tadi. Mau nonton bareng?" tawar Gabny.
Raut wajah Zenna berubah. Senang dengan tetap berhati-hati akan satu hal. "Ga ada mayat kan?" tanya Zenna.
Gabny menggeleng lantas memposisikan handphonenya di tengah-tengah mereka. Dengan antusias, Zenna mencari posisi ternyamannya untuk menonton.
"Ngomong-ngomong, gue punya flashdisk yang isinya anime semua, mau pinjem?" tanya Gabny disela-sela tontonannya.
Zenna mengangguk. Ia bertekad akan menyalin semuanya kedalam laptop miliknya dan menontonnya semalaman. Sebuah kesempatan yang tidak boleh ia lewatkan.
"Nanti gue bawa kalau inget, sama kostum bunny girl," ucap gabny.
"Kenapa sama kostum itu? Gue kan ga mau minjem?" tanya Zenna.
"Gue pengen liat lo cosplay baju itu."
Lagi-lagi, Zenna ingin membenturkan kepala pria ini ke tembok.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPATU
Teen FictionKarena suatu ketidaksengajaan, Zenna bertemu Gabny, seorang kakak kelas yang memiliki kebiasaan yang sama dengannya. Zenna juga bertemu orang yang tau masa lalunya dan Niel yang termasuk jajaran orang aneh menurut Zenna. Pada akhirnya, mereka meraju...