CHAPTER 10

258 31 3
                                    

Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya pelindung.
-Bismillah Cinta, Gus!

.・✫・゜・。.

・✫・゜・。

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10.00 WIB

"Dek, sore nanti ada kajian di mushola. Kamu ikut?" Brian menatap Asyifa yang asik dengan kue nya itu. Baru saja Asyifa selesai membuat kue buatannya sendiri.

Asyifa yang selesai mengeluarkan brownis dari oven, pun, langsung menatap Abangnya. "Penceramah nya siapa, Bang?" tanyanya.

"Ustadzah Alia,"

Mendengar itu, Asyifa tersenyum menggoda menatap Brian yang sudah memasang wajah masam. "Cikiwir, Abangku jatuh cinta sama Ustadzah komplek nih ye." goda Asyifa dengan menaik turunkan alisnya.

Brian menatap malas adiknya. "Ibingki jitih cinti simi Istidzih kimplik nih yi." Brian memajukan mulutnya, meledek perkataan Asyifa.

Plak

Pukulan maut mendarat di lengan kekar Brian. Pukulan itu berasal dari adik tercintanya.

"Kasian yang jadi suami kamu nanti. Kena KDRT terus." ucap Brian seraya mengelus-elus lengannya yang terasa sakit akibat pukulan maut Asyifa.

"Jatuh cinta, mah, jatuh cinta aja, Bang. Jangan gengsi." ujar Asyifa.

"Dih, nggak ngaca. Yang waktu kemarin-kemarin ketemu malah ke halaman pondok itu siapa? Padahal, mah, aslinya kangen. Gengsi terus dipendem."

Asyifa sedikit tersindir dengan perkataan Brian.

"Diungkapin sekalipun nggak berpengaruh apa-apa, Bang. Jatuhnya entar sakit." ucap Asyifa lesu.

"Jangan berharap kepada selain Allah, Dek. Ibaratnya gini, deh," Brian menjeda perkataannya sedetik. "Hujan itu turun, bukan jatuh. Yang jatuh itu kamu, sebab berharap kepada manusia." lanjutnya.

Asyifa menanggapinya dengan senyuman tipis. Dirinya merasa berdosa telah mengharapkan kepada selain Allah yang jelas-jelas sudah menuliskan skenario indah untuknya.

"Ternyata benar ya, Bang. Cinta sama seseorang yang paham agama itu sulit." ujar Asyifa tak bersemangat. "Apalagi anak Kyai."

Brian mengangguk. "Benar, Dek. Karena yang kita rayu Tuhannya, bukan orangnya."

"Cintai dia dalam diam saja. Karena mencintai dalam diam adalah cara yang paling rahasia, namun indah. Dan diam adalah cara terbaik untuk menjaga." lanjutnya.

BISMILLAH CINTA, GUS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang