Happy Reading!
Ramainya pelanggan yang beli membuat pekerja di sini kewalahan. Kebanyakan dari mereka memesan bakso, alih-alih mi ayam. Entah dibungkus atau makan di tempat, yang penting jadi uang. Mangkok, sendok dan gelas yang kotor dibawa ke belakang oleh Asta. Dia bagian mencuci dan membersihkan meja. Tatanan gelas dituang es batu dan diaduk, lantas diantar. Gilang setia membuat minuman yang diminta dan mengantar pesanan.
"Bu, bakso dua sama es jeruk ya!" pesan seorang bapak berkumis tebal sambil menggandeng anaknya.
"Siap! Mangga atuh, pak, duduk sambil nunggu pesanannya." Wanita itu tersenyum ramah dan meluruskan tangannya sebagai tanda mempersilakan. Dibalas anggukan dan senyum simpul oleh bapak dan bocah cilik yang manis.
"Lang, buat es jeruk dua!" perintah Rumita setibanya Gilang di tempat pembuatan minuman.
"Oke, mah, tapi es batunya abis nih. Aku beli dulu, ya, di warungnya Teh Nisa." Gilang pun bergegas pergi jalan kaki karena jaraknya yang lumayan dekat.
Rumita sedang meracik, sedangkan Asta sibuk mencuci segunung mangkok, gelas dan sendok kotor. Meletakkan cucian yang masih basah di rak, kemudian berjalan menuju tempat racikan untuk menaruh mangkok yang telah kering di sana. Keadaan Rumita yang kesulitan antara meracik sembari menghitung total harga yang harus dibayar pembeli, membuat Asta membantunya.
"Sini, mah, biar aku yang hitung total sama kembaliannya. Mamah fokus racik aja," tawar Asta menarik laci uang dan menghitung uang kembalian.
"Ya sudah, memangnya enggak ada cucian lagi nih? Atau nanti kamu kecapean lagi." Rumita menoleh ke Asta yang berada di sebelah kirinya.
"Enggak ada cucian lagi kok, mah."
Saat ingin berkata lagi, tiga pelanggan datang memesan. Memaksa Rumita menelan kembali kalimat yang ingin diucapkan. Mereka berdua pun bergulat pada pekerjaan masing-masing. Jumlah pelanggan naik-turun seperti poni sedagu Asta yang terkadang tergusur ke bawah. Dia menarik poninya ke belakang dan mengapitnya dengan jepitan lidi.
"Permisi? Saya mau membayar makanan dan minuman yang kami pesan. Jadi berapa, ya?" tanya wanita cantik dengan mata besar nan menawan.
"Iya, sebentar, Tante." Asta menghitung keseluruhan totalnya dengan angan karena kalkulatornya mati sedari pagi tadi. Sedangkan, ponselnya tertinggal di rumah.
"Mi ayam bakso spesial 4. Jadi, 25 x 4 = 100. Es jeruk 4. 16 x 4 = 64. Es kelapa muda 2. 9 x 2 = 18. Totalnya 182.000 rupiah, Tante!" ucapnya setelah berhitung selama 20 detik.
Asta menengok ke arahnya. Setelah diteliti, wajah wanita itu tidak ada Indonesianya sama-sekali. Lebih menjorok ke Negara Sakura. Dialek Indonesia miliknya juga belum terlalu fasih. Lucu, pikir Asta. Lamunannya buyar saat suara lembut wanita itu tersiar.
"Permisi? Ini uangnya dan dibayarkan jadi 185.000 saja, ya?" Asta menggeleng sopan dan lekas memberinya kembalian yaitu 18.000 rupiah.
"Aish, kamu ini!" Wanita Jepang menerima kembaliannya sembari memasang wajah sebal yang terkesan lucu.
Setelahnya wanita cantik berambut panjang itu melenggang pergi dan masuk mobil kijang innova putih. Menyadari banyak tumpukan mangkok dan gelas bekas di meja, Asta segera mengumpulkan. Namun, ponsel berkamera empat dan tas mini yang terletak di bawah meja menculik perhatiannya.
"Loh, ini punya siapa lagi. Ceroboh banget sampe ketinggalan segala. Kagak takut apa diambil orang terus hilang?" gumam Asta berdecak pelan.
Dia mengambil ponsel dan tas mini itu. Menerka sembari menatap intens ke kumpulan mangkok dan gelas kotor. Menghitung semua pesanannya berserta harganya. Dugaan awalnya adalah kumpulan anak kampus, tetapi setelah dijumlah ternyata pesanan ini totalnya lebih sedikit. Total harga yang dibayar anak kampus adalah 266.000 rupiah, sementara ini 182.000 rupiah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rota [ On-going ]
RomanceAntara samsak yang sudah biasa Asta tinju dan setumpuk sketsa komik yang Ryōuta ciptakan. Antara tangan kasar dan selembut bayi. Antara jarak tinggi badan 12 cm. Antara ketidakpekaan dan pemalu. Kebersamaan menghadirkan sebuah rasa suka disalah satu...