◖O3◗  

34 7 18
                                    

Happy reading!

Seorang pria berkacamata sibuk menggambar sketsa sebuah adegan di kertas. Gerakan tangannya gesit tatkala menciptakan tiap-tiap detail. Semalam suntuk dia berkutat di meja belajar demi setumpuk komik. Kantuk dia tidak hiraukan dan tetap berlanjut sampai jam 01.49. Ketukan pintu kamar mengagetkannya. Dia lekas-lekas membereskan tumpukan kertas dan alat gambarnya yang berserakan, lantas terbaring menuju ranjang setelah mematikan lampu.

Seorang wanita cantik menerobos masuk dan berseru, “Uta! Mami tahu kamu belum tidur di jam ini. Maka dari itu, mami akan mengawasimu sampai kamu tertidur!"

“Dasar bocah kecil ini! Bukankah besok kamu masuk ke sekolah yang baru? Masih saja, ya, memikirkan komik-komikmu itu! Jika mami hilang kesabaran, akan mami pastikan semua komik buatanmu akan mami bakar!”

Detak jantungnya berpacu lebih cepat karena perkataan maminya. Ryōuta berusaha untuk lekas tidur, tetapi sulit. Akhirnya, setengah jam berlalu dan dia terlelap jua. Maminya  sudah keluar sedari tadi karena tangisan kencang Erika.

Baru beberapa jam dia terlelap. Sang mentari menyembul dari ufuk timur dan disambut oleh ayam yang berkokok. Sekarang keluarga harmonis tersebut tengah sarapan bersama di ruang makan. Celoteh mami dan papi selalu mengisi keseharian mereka.

“Bekalnya tidak ketinggalan? Buku? Atau peralatan tulis yang lain?” cecar Izumi sembari memperhatikan Ryōuta yang sudah siap berangkat bersama Ardian.

Ryōuta menggeleng pelan dan menyahut, “Tidak ada yang ketinggalan, Mi.”

Izumi mengangguk paham. Dia merapikan surai Ryōuta yang terjuntai. Setelah berpamitan dengan Izumi dan Erika, mereka berdua bergegas ke mobil innova putih yang terparkir di halaman. Deretan gonggongan anjing benar-benar memekakkan telinga.

“Duh, berisik banget! Pantas saja Eri manisku menangis melulu, dia pasti takut dengar gonggongan anjing.”

Ryōuta hanya diam.

“Tatang, nanti kalo enggak suka di sekolah barunya bilang ke Papi, ya? Bisa saja anak-anak di sana nakal!” tutur Ardian sambil menyetir mobil. Sesekali dia menoleh ke Ryōuta.

“I-i-iya, Pi.”

Suasana hening kembali tercipta di dalam mobil. Ryōuta dan Izumi kepribadiannya beda sekali, pikir Ardian. Istrinya cerewet dan suka mengomel, sedangkan Ryōuta pemalu dan pendiam. Sampai pada akhirnya, atensinya berfokus ke suatu kericuhan di jalanan sana. Ambulans dan truk.

“Kenapa lagi itu ribut-ribut?” gumam Ardian.

Pengendara motor yang kebetulan bersebelahan pun berkata, “Itu, pak, sopir truknya enggan menepi padahal mobil ambulans sedang bawa pasien yang kondisinya lagi kritis.”

“Oalah, begitu! Perilaku yang tidak pantas ditiru!”

Ryōuta juga memperhatikan itu. Sungguh egois sopir truk itu, bagaimana jika pasiennya tak tertolong? Selang beberapa menit, seseorang menghampiri sopir truk itu. Orang tinggi tampaknya juga geram dan mengatakan beberapa hal. Dari jarak sejauh ini, tentu sulit mengetahui apa yang tengah mereka katakan. Namun, yang pasti orang itu membela ambulans.

“Kalau misalnya terjadi hal yang tidak diinginkan, papi akan ke sana!” seru Ardian seraya mencengkeram setir mobil.

“Mengapa orang itu begitu berani? Dia  ... sangat keren! Andai aku sepertinya.” batin Ryōuta. Matanya berisi kekaguman dan fokus ke sosok itu.

“Namun, itu mustahil!”

Ryōuta menggeleng cepat lalu menepuk kedua pipinya pelan. Ardian yang sempat mengecek kaca spion dalam mobil pun terheran.

“Ada apa denganmu, Tang?” Ryōuta salah tingkah dan menggeleng cepat lagi. Dia menyahut, “Ti—tidak ada apa-apa, Pi!”

Saat sopir truk meludah ke orang itu, Ardian dan Ryōuta tersentak. Hal itu membuatnya geram, lantas berniat keluar. Namun, tindakan orang itu yang nekat mengurungkan niatnya.

“Walah! Walah! Nekat banget orang itu, tapi patut diacungi jempol!” ujar Ardian terkagum-kagum.

“Hebat! Seperti pahlawan. Pahlawan, ya, bukankah ini menarik kalau dijadikan salah satu bab komikku? Baiklah!” gumam Ryōuta berbinar-binar.

Dia mengambil catatan kecil dan mulai menulis poin-poin penting untuk ceritanya. Gerakannya gesit dan wajahnya riang. Berhubung kericuhan tersebut mulai terkendali, mereka melaju lagi ke tempat tujuan. SMA khusus untuk pria.

“Aksi yang super hebat, Anak muda!” seru Ardian dari dalam mobil. Orang itu menoleh dan melambaikan tangan.

“Helm dan motornya  ... seperti tak asing. Perawakannya juga.” batin Ryōuta seusai mobil yang ditumpangi melewati orang itu.

Ryōuta kini telah sampai di SMA Nasional Adam. Sekolahnya luar biasa besar untuk dijelajahi. Dia celangak-celinguk, tak ada seorang pun yang berniat menanyai tingkah anehnya. Panik tak keruan kian merayapi benak.

“Ba—bagaimana ini? Di mana letak kelasku? Apa yang harus kulakukan?! Nanti kalau sudah bel masuk tapi aku belum ke kelas, bagaimana?” batinnya cemas.

Ryōuta menggigiti kuku tangan sambil  mengetuk tanah dengan kaki. Kala seorang pria lewat, dia pun mengangkat sedada tangannya dan berkata lirih bahkan tergagap.

“P—permisi? Bi—“

Sayangnya, pria itu tak acuh dan melenggang pergi. Ryōuta berupaya untuk tanya lagi, tetapi rombongan lelaki kekar yang melewatinya tampak menyeramkan.  Dia pun berjalan tanpa arah dengan muka suram.

“Hai? Murid baru, ya? Kayaknya dari tadi muter-muter terus. Kalo mau biar aku antar.” tawar seorang pemuda sembari tersenyum hangat.

“H—heh?! Ha—haik!” sahut Ryōuta setengah terperanjat.

Selama perjalanan pemuda baik itu melempari seuntai pertanyaan dan direspons beberapa kata oleh Ryōut sembari tersendat-sendat. Sewaktu sampai dikelasnya, lekas Ryōuta membungkuk hormat berulang-ulang secara cepat.

“Terima kasih! Salam kenal na—namaku Ryōuta, Kurōsaki Ryōuta.” Direspons oleh tawa ringan.

“Sama-sama. Kau ini orang Jepang, ya? Ah, pantas saja. Baiklah, namaku Prasetyo Adinata. Panggil aja Setyo.”

Keduanya pun berpisah. Setyo adalah orang pertama yang berbicara dengannya di sini. Sepuluh menit berlalu dan  bel masuk tersiar nyaring. Hari pertamanya bersekolah di sini berjalan cukup baik, biarpun Ryōuta sulit berbaur dengan teman sekelasnya.

»»————————————————««
See you next chapter!

Satu vote & komentarmu sangat berarti!
Krisar diterima dgn senang hati:)
Rabu, 3 November 2021. 22.23 Wib.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rota [ On-going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang