Happy Reading!
Asap mengepul dari wajan dan bau gosong menyeruak. Dua telur ceplok memiliki tampilan kecokelatan. Refleks dia lekas mematikan kompor. Asta menjatuhkan bahunya. Dia lupa sedang memasak telur karena sibuk mencuci baju. Ah, merepotkan. Tangannya saja masih dipenuhi busa sabun.“Astaghfirullah, gue lupa lagi goreng telur.” Asta tak sengaja menengok jam dinding bulat itu. “Masih jam 05.02, ada waktulah buat masak sama cuci baju.”
Asta membuang dua telur gosong itu ke tempat sampah. Lantas, melanjutkan mencuci baju secara manual. Mesin cuci telah lama rusak. Berpuluh-puluh menit berlalu, seusai mencuci dan menjemurnya di halaman belakang, Asta membuka kulkas berniat mencari yang bisa dimakan pagi ini.
“Cuman sosis, cabai, tomat sama kacang panjang doang. Masak apa ya? Mana udah jam 06.15 lagi. Ya udahlah, sosis goreng aja.” ujar Asta mengambil sebungkus sosis itu dari kulkas.
Dia pun menggoreng dua sosis sembari mengecek buku di dalam tas, takutnya ada yang tertinggal. Sosis goreng pun matang, lalu ditaruh di piring berteman nasi. Selesai menghabiskannya, Asta mencuci piring kemudian berangkat ke sekolah menaiki KLX hijau. Tak lupa memakai helm full face dan menggendong tas hitam bergaris dua putih.
“Biar gue tebak, sekarang pasti Gilang lagi keteteran. Ruwet cariin buku sama kaos kaki, bangunnya siang, dan sarapannya enggak habis.” ujar Asta di perjalanan.
Bersenandung pelan sambil menikmati segarnya udara pagi. Santai menguasai raganya. Jalanan padat oleh kendaraan terutama motor. Selang beberapa menit, lampu merah menyala berbarengan dengan suara klakson dari belakang. Klakson itu terus tersiar seolah pengemudinya tengah kesal. Saat lampu berubah jadi kuning, sirene ambulans terdengar memekakkan telinga. Kendaraan lain lantas memberi jalan. Sepertinya ambulans itu membawa pasien dengan kondisi gawat. Asta ikut minggir, akan tetapi truk bermuatan batu enggan menepi. Menghalangi lajunya ambulans.
“Tolong, sopir truk untuk memberi jalan ke ambulans!” perintah sopir ambulans ini.
“Berisik, bangsat! Emangnya lo siapa, hah?! Beraninya nyuruh-nyuruh gue. Jalanan ini juga bukan punya nenek moyang lo!” jawab kasar sopir truk bertato itu.
“Bisakah Anda tidak egois saat ini? Kami sedang membawa pasien dengan kondisi kritis, nyawanya bisa melayang jika tidak segera dilarikan ke rumah sakit.”
Pria bertato itu membuka kaca jendela ke bawah, kemudian membuang bekas rokoknya ke jalanan. Memamerkan jari tengah dan berujar penuh cemoohan.
“Gue kagak peduli, anjing! Mau pasiennya kritis sampe mampus pun, gue kagak peduli! Mending lo ngurus muka lo aja sono, udah kek babi!”
Perilaku pria bertato itu membuat geram pengendara lainnya. Suasana ricuh pun terjadi di pagi ini. Asta yang tangannya telah mengepal sedari tadi pun, beranjak menuju truk itu.
“Om, harusnya dewasa dikit dong. Ini nyawa orang lain taruhannya, lagian apa susahnya sih menepi ke jalanan? Apa dengan om menepi, nanti truk om bakal rusak? Enggak kan!” seru Asta tetapi masih terkendali.
“Bacot, lo bocah. Kagak sopan banget lo ke yang lebih tua kek gue. Ambulansnya bisa lewat trotoar apa yang lain kek, gitu aja ribet!”
“Trotoar fungsinya bukan buat lewat kendaraan, tapi buat orang jalan. Saya peringatkan, ya, om. Sudah banyak orang yang merekam kejadian ini. Ini udah ada undang-undangnya yakni nomor 22 tahun 2009, pasal 135 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Om bisa dijatuhi hukuman bahkan di penjara!”
"Betul itu! Pak tua kalau masih bersih kukuh, akan kami laporkan kejadian ini!" sorak pengendara lainnya geram.
Alih-alih takut, pria bertato itu malahan meludah ke helm Asta. Asta memejamkan matanya sembari menenangkan diri. Menatap jendela truk yang terbuka lebar, Asta membuka pintunya dari luar. Lantas dia mengangkat pria itu di pundak layaknya karung beras, kemudian mendudukkannya di trotoar. Lekas masuk ke truk. Aksinya yang berani membuat orang-orang tertegun.
Asta memegang stir truk, menarik napas dalam-dalam lalu dikeluarkan. Dia berujar, “Bismillah, ya, walaupun gue udah jarang nyetir, sih."
Truk itu perlahan mulai menepi ke kiri dengan lancar tanpa menabrak-nabrak. Orang-orang bersorak dan tepukan tangan hadir. Akhirnya, ambulans tersebut kembali melaju.
“Terima kasih, dik!” seru sopir ambulans sebelum melaju dan di angguki Asta.
“Aksi yang super hebat, Anak muda!” Asta menoleh dan melambaikan tangan santun.
Suasana berangsur-angsur normal kembali. Asta turun dari truk dan dihadang oleh pria bertato itu. Wajahnya garang dan tersulut emosi.
“Lo anak lonte sialan! Sok-sokan jadi pahlawan, hah?! Biar apa lo gitu? Biar viral di sana-sini? Dapet duit terus masuk TV? Kurang ajar, lo anjing!” hinanya langsung melayangkan sebuah pukulan ke Asta.
Asta memutar tubuhnya sehingga pria bertato itu hanya memukul angin. Pria itu makin tertelan amarah dan membabi buta, sayangnya tak satu pun pukulan mampir ke Asta karena dia menghindar. Saat pria itu keletihan dan lengah, Asta menarik tangannya yang membuat pria itu mendekat paksa lalu menghantam perutnya dengan kaki yang diayunkan dan saat mendekati target lutut ditekuk. Itu menghantam cukup keras.
“Argh! Sakit bangsat!” Pria itu jatuh ke jalanan.
Asta berjongkok dan menarik tangan kanan pria bertato pria tersebut. Memberinya kunci truk ini. Keributan mengundang para pejalan kaki untuk mampir. Mereka juga mencecar pria bertato itu. Geram.
“Ini, om, kuncinya saya kembalikan lagi. Lain kali jangan egois, ya!” Asta lekas berjalan menuju motornya dan melesat pergi.
Aksi keren Asta mengundang banyak decak kagum warga net setelah menonton video itu yang direkam oleh seseorang. Namun, mereka tidak tahu tentang Asta. Hanya seseorang yang tinggi, bersuara serak-serak basah tetapi tegas dan mengenakan seragam putih abu-abu. Dia memakai helm.
Suasana SMA Pandawa sunyi. Sudah Asta duga pasti dia akan telat. Jika dia tidak unjuk gigi, tentu takkan terlambat. Namun, dia pikir itu keputusan yang tepat. Hukuman sekecil ini bukan masalah baginya, semoga saja nyawa pasien itu tertolong dan pria bertato sepenuhnya sadar akan kesalahannya.
»»————————————————««
See you next chapter!Satu vote & komentarmu sangat berarti!
Krisar diterima dgn senang hati:)
Minggu, 31 Oktober 2021. 01.10 Wib.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rota [ On-going ]
RomanceAntara samsak yang sudah biasa Asta tinju dan setumpuk sketsa komik yang Ryōuta ciptakan. Antara tangan kasar dan selembut bayi. Antara jarak tinggi badan 12 cm. Antara ketidakpekaan dan pemalu. Kebersamaan menghadirkan sebuah rasa suka disalah satu...