Riak Sangka

4 1 0
                                    

"Beneran, Teh!"
       
"Ah, palingan kamu halu." Teh Anya mulai menyisir rambut setengah basah Azalea yang habis dikeramas.
       
"Masa Teteh nggak percaya sama Runi?" Mata Seruni menelusuri piring snack yang dibawa teh Anya. Dia mengambil sepotong red velvet mungil.
       
"Teteh percaya, kamu punya imajinasi yang sangat luas." Teh Anya tersenyum sangat lebar. "Sini, Azel, nyisir dulu." Tangannya sigap meraih bocah tiga tahun yang bergerak mendekati piring kue yang dipegang Seruni.
       
Seruni memperlihatkan red velvet pada Azalea. Lidahnya menjilat krim keju perlahan dan dramatis, kemudian dia mendecap keras. Memprovokasi. "Enak banget kuenyaaa..." 
       
Azalea meronta-ronta. Gigih melepaskan diri dari cengkraman mamanya.
       
"Seruni!"
       
"Just doing aunty's job..." tawa Seruni berderai. Dia berjalan mendekati pantry, dan kembali dengan membawa tiga kotak susu siap minum.
       
Kamar hotel tempat mereka menginap cukup luas. Ada dua single bed yang diletakkan sejajar dipisahkan nakas mungil minimalis. Toilet standar hotel dengan shower yang airnya sangat deras dan wastafel unik yang modern.

Kamar ini juga dilengkapi pantry kecil untuk menyimpan makanan, tanpa kompor. Hanya ada teko listrik untuk memanaskan air.

Yang paling istimewa dari kamar ini adalah pemandangan di luar jendela. Pantai Anyer terbentang luas, dengan ombak kecoklatan yang bergulung-gulung, juga pohon kelapa yang berserakan memenuhi tepi pantai. Luar biasa indah.

Seruni terkesiap. Jauh di bawah sana, di jalan yang membelah area hotel dan pantai, sebuah ambulan berwarna putih melintas. Hatinya tersengat.

"Kamu belum pernah lihat orangnya? Kita udah dua hari kan di sini."
       
Suara teh Anya menarik kesadaran Seruni kembali. Dia menghela napas panjang dan berbalik. Memandang teteh dan Azalea, membuat tekanan di jantung Seruni menipis.

Seruni menggeleng mantap. "Runi pasti ingat kalau pernah lihat. Adik teteh ini kan punya bakat detektif." 
       
Teh Anya mendengus berlebihan. "Detektif juga bisa salah menyimpulkan kalau terbawa emosi kali."
       
"Coba teteh bayangin. Dia lagi jongkok dekat Azel. Tangan yang satu pegangin Azel, yang satunya lagi pegang boneka. Dia pasti lagi bujukin Azel supaya mau ikut," jelas Seruni berapi-api. "trus karena Azel nggak mau, dia nangis kencang banget."
       
Dahi teh Anya berkerut. "Kalau posisinya begitu, memang mencurigakan sih..."
       
"Nah!" seru Seruni menang.
   
"Azel memang senang lari-lari. Kalau jatuh pasti nangis. Bisa juga gitu, kan?" Tangan teh Anya mencomot pastel goreng lengkap dengan cabai rawitnya.
       
"Dan buat apa dia pegangin tangan Azel?" pertanyaan Seruni menantang kakaknya.
       
"Pas kejadian itu, kamu di mana ya?" Teh Anya menyindir ringan.

"Eh, Runi...lagi telponan sama Kirana," Seruni menyengir gugup. "Kiran bantuin Runi nyiapin materi tulisan Teh." 
       
"Sampai nggak sadar kalau keponakannya hilang?"
       
"Ehehe.. maaf..." jemari Seruni menggaruk puncak kepalanya yang tak gatal.
       
"Untung penjagaan di hotel ini ketat."
       
"Tapi ada orang yang yang mau culik Azel, Teh." potong Seruni.
       
"Nah!"
       
"Eh iya, maaf Teteeh, maaaf. Tetehku yang cantik jelita ini kan pemaaf. Paling baik hati seluruh dunia." bujuk Seruni lebay.
       
"Azel makannya jangan berantakan, Nak," tangan teh Anya mengibas remahan kue coklat. "Nanti Ate dirubung semut."
       
"Resiko orang manis itu mah," sahut Seruni percaya diri. "Tanpa remahan kue juga tetap dirubung semut."
       
"Itu sih karena kamu jarang mandi."
       
"Ish Teteh mah. Sejak kapan aku jarang mandi!" Seruni menjawab sengit.
       
"Just doing sister's job..." Teh Anya mengerling jahil sambil memindahkan Azalea ke tempat tidur lainnya. 
       
Runi mencibir.
       
"Jangan kasih contoh yang aneh-aneh ya  Ate, nanti ponakannya ngikutin." tegur teh Anya lembut.
       
Runi bangkit mendekati Azalea. Tersenyum lebar di hadapan wajah gadis cilik itu.
       
"Segini cukup nggak, Teh?" tanya Seruni sambil terus tersenyum lebar.
       
Teh Anya tergelak. "Ya nggak segitunya juga Runii...!" Jemarinya menjawil pipi adiknya gemas.
       
Tangan Azel yang mungil juga ikut menjawil wajah Seruni.
       
"Ya ampun, muka Ate penuh coklat gini, Zel," protes Seruni gemas. "Beneran dirubung semut deh."
       
Teh Anya dan Azalea tertawa bersama. Sebelum tangan Azalea melumuri wajah teh Anya dengan coklat juga. Yang membuat teh Anya berlari menghindari Azalea dan menyusul Seruni ke toilet untuk membasuh wajah.

***
       

RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang