6

266 71 32
                                    


Dul tak bisa menolak saat ibu dan bapaknya sudah menentukan hari dan tanggal, tiga bulan lagi Dul dan Nurul akan menikah. Orang tua Dul justru semakin marah saat tahu Dul mencintai wanita yang ternyata akan rujuk dengan suaminya.

"Kamu ini kayak nggak ada wanita lain, jelas-jelas wanita itu tak pernah mencintaimu, apa lagi dia akan rujuk dengan suaminya, aku kenal betul orang tua Maryam, kakek neneknya juga, aku tahu bagaimana taat dan salihnya mereka, jangan rusak hubungan baik bapak dengan keluarga Pak Khaedar hanya gara-gara kamu mencintai anaknya yang jelas-jelas masih mencintai mantan suaminya yang tak lama lagi mareka akan rujuk, tadi bapak basa-basi nelepon pada Pak Khaedar dan ternyata benar, bulan depan bapak diundang hadir pada pernikahan Maryam dan Azzam, dilaksanakan secara sederhana di rumah orang tua Pak Khaedar di kecamatan Ganding. Lalu kau masih berharap pada wanita yang sebentar lagi mau menikah dengan laki-laki yang sangat ia cintai? Bapak menyekolahkanmu, sekaligus mondok agar ilmu agamamu lebih, jadi perluas pengetahuanmu, banyaklah membaca dan peka pada lingkungan sekitar agar tidak jadi laki-laki yang kekar secara fisik tapi lemah jiwanya."

Ji Dul Ripin meninggalkan Dul yang masih saja termenung, ia sepertinya tak punya pilihan lain selain menuruti kemauan orang tuanya, hanya yang ada dalam pikiran Dul, bisakah ia serumah, seumur hidup dengan wanita yang mungkin hanya saat tidur baru tak ada suaranya. Meski Dul suka bergurau, entah mengapa ia ingin punya istri yang pendiam dan tak banyak bicara.

Dul kaget saat lengannya diusap oleh ibunya yang akhirnya duduk di sebelahnya.

"Ibu tahu kamu bimbang, tapi Ibu yakin Nurul akan jadi istri yang baik."

"Aamiiiiiin, entahlah Bu rasanya aku tak yakin dengan pernikahan ini."

"Bismillah saja anakku, niatkan jika kamu ingin menyempurnakan ibadah, in shaa Allah akan ada jalan lapang dalam pernikahanmu untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah."

"Aku hanya tak ingin menyakiti Nurul Bu, aku yakin, sangat yakin akan sulit mencintai Nurul jika kami dipaksa menikah."

Fatmah sekali lagi mengusap lengan anaknya yang berotot, ia berusaha memahami perasaan Dul.

"Ibu tahu apa yang kamu rasakan karena ibu pernah di posisi kamu, khawatir tidak bisa mencintai laki-laki yang dijodohkan oleh orang tua, tapi saat anak-anak lahir satu per satu, lama-lama perasaan seperti itu hadir dengan sendirinya Dul."

"Nggak tahulah Bu, aku sejak dulu suka sama Maryam makanya nggak pernah ada wanita yang bisa menarik perhatianku, dan saat aku dengar dari neneknya jika dia cerai dengan suaminya aku segera melakukan pendekatan eh ternyata kok ya mereka mau rujuk dan aku jadi semakin ... semakin malas Bu untuk memulai sebuah hubungan yang serius."

"Dul, cobalah, ibu yakin kamu akan bisa mencintai Nurul, dia anak yang baik, semua pekerjaan wanita dia bisa, ramah juga dan yang jelas cantik lalu kamu mau apa lagi?"

Dul diam, dia semakin tak punya alasan untuk menolak keinginan orang tuanya, Nurul dan segala ringannya telah menjerat hati kedua orang tuanya.

"Waktu tiga bulan gunakan untuk pendekatan, ibu yakin kamu akan bisa melupakan Maryam jika kamu bersungguh-sungguh mencoba menyukai Nurul, tak akan sulit menyukai wanita seperti Nurul."

"Iya, itu kan kata Ibu."

"Loh bapakmu juga bilang gitu, Dul."

"Iyaaa karena bapak sama Ibu kan maunya aku sama Nurul ya pasti cocok-cocok aja si Nurul yang bawelnya setengah mati."

"Bukan bawel Duuuul."

"Tapi cerewet kan Bu?"

"Ah kamu ini."

"Masa iya aku mau nikah sama petasan hidup kan tiap hari dar dor dar dor saking ramenya."

.
.
.

Dul kaget saat tiba-tiba Nurul datang ke tempatnya bekerja hingga pekerja tambak yang sedang memanen udang melihat mereka berdua karena tak biasanya Nurul hadir di tengah-tengah kesibukan itu.

"Ada apa?"

Dul yang tak bisa berbasa-basi langsung bertanya tanpa senyum.

"Hmmmm, galaknyaaa, cuman pingin tahu saja gimana Mas Dul kerja, tadi mampir ke rumah Maryam trus ke sini."

Wajah Dul kembali muram, ia ingat apa yang diucapkan oleh Bapaknya jika Maryam memang akan rujuk karena Bapaknya menerima undangan secara lisan dari Pak Khaedar jika Maryam akan melangsungkan akad nikah lagi sebagai tanda rujuk dengan Azzam dalam waktu dekat.

"Banyak banget udangnya ya Mas?"

"Ya hasil tambak, bukan hasil mancing ya banyak, sana kamu minta ke pekerjaku dua kilo trus kamu bawa pulang, dan terus pulang beneran."

"Alah Maaas kan aku nggak ganggu to? Sampe ngusir."

"Aku nggak ngusir, ini aku sedang kerja, bentar lagi akan banyak pedagang yang ambil ke sini, memang ada pekerjaku tapi kan aku harus mengawasi, bentar lagi juga mau ke gudang tembakau yang di Ganding."

"Ikuuuut."

"Ck, suru pulang kok malah mau ikut, aku mau kerja bukan mau jalan-jalan, aku nggak mau diganggu."

"Aku kan nggak ganggu kerjaan Mas."

"Tetap ganggu bagi aku."

Nurul diam saja saat Dul lewat di depannya dan mendatangi kerumunan para pekerjanya. Nurul merasa tak enak karena wajah Dul yang seolah enggan diganggu. Akhirnya Nurul diam-diam pulang tanpa pamit. Saat menyadari Nurul yang tidak ada di sekitar gubuk tempat ia berteduh barulah Dul berpikir jika dirinya keterlaluan kalau bicara.

"Ke mana Nurul, Dul? Tadi aku lihat dari jauh dia ada di sini?"

Ji Dul Ripin tiba-tiba saja berdiri di samping Dul.

"Eh Bapak, iya ke mana ya?"

"Kamu ini gimana sih, paling nggak kamu ajak ngobrol dia, atau ambilkan dua tiga kilo udang buat orang tua Nurul, sekalipun mungkin sekarang kamu belum menyukai anak itu setidaknya kamu menghargai perasaan wanita, ibu kamu wanita, adikmu yang bungsu juga wanita, mikir kamu harusnya, gimana kalo adik kamu digitukan? Mikir itu ya pake otakmu Dul, bapak sejak dulu ngajari kamu menghargai perasaan wanita, kamu lahir karena seorang wanita. Sekarang kamu belum merasakan apa-apa sama Nurul, entah nanti apa yang terjadi kita tidak tahu, semoga Allah yang Maha membolak-balikkan hati tidak memberikan cobaan yang menyakitkan bagi kamu!"

Ji Dul Ripin meninggalkan Dul yang masih melongo di tempatnya berdiri.

"Loh, kok jadi aku yang salah? Nurul datang sendiri gak ada yang ngundang, dia pulang ya gak papa kan? Heh nasib."

Sebuah tepukan mengagetkan Dul dan ia menemukan wajah adiknya Mat Sani, Muhammad Saini Djailani.

"Masalah jodoh kok jadi ribet amat sih Kak, di rumah ibu juga ngomongin itu sama si bungsu kita, si Zahrah."

"Loh, aku disalahkan terus, aku nggak mau sejak awal, dipaksa bapak ibuk untuk menikah sama Nurul."

"Awas jangan ngomong sembarangan, takutnya nanti malah Kakak yang terkiwir-kiwir sana Kak Nurul."

"NGGAK AKAAN!"

"Aku pegang ucapan Kakak!"

💗💗💗

3 November 2021 (18.45)

Mas Dul, Nikah Yuk! (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang