18. MORNING WITH REY

14K 719 6
                                    

Chloe Pov

Seperti biasa aku bangun di pagi hari karena gangguan sinar matahari yang menyerobot masuk ke dalam ruangan.

Tapi kali ini ada gangguan lain. Aku merasa ada seseorang yang meniup-niup rambutku. Sesekali aku juga merasakan pipi ku dicium beberapa kali.

"Morning."

Pelaku yang menggangguku mengucapkan selamat pagi. Dan siapa lagi kalau bukan Rey. Memangnya siapa lagi yang berada di kamar ini selain aku dan dia.

Dia tersenyum saat menatapku. Sepertinya dia juga bangun tidur. Terbukti dari suara seraknya yang khas sekali dengan orang bangun tidur. Dan juga rambutnya yang tampak berantakan.

"Kapan kau kembali?" Aku berusaha bangun dan duduk. Dia membantuku bangun.

"Kemarin malam," jawabnya sambil membenarkan anak rambutku yang menutupi wajahku. Dia menyelipkannya di belakang telingaku.

"Kau darimana saja kemarin? Bangun tidur aku sudah tidak melihatmu," tanyaku yang terdengar seperti merengek.

"Maaf aku tidak memberitahu mu sebelumnya. Aku ada urusan penting yang harus dikerjakan," jelasnya.

Aku mengangguk saja. Aku mencepol rambutku agar tidak menggangu. Saat aku ingin turun untuk pergi ke dapur, dia menahanku.

"Apa?"

"Aku ada sesuatu untukmu," ucapnya.

Kemudian aku melihatnya merogoh saku dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah.

Aku takjub saat kotak itu dibuka. Di dalamnya ada sebuah kalung berbandul bulan sabit yang indah. Simple but elegan.

"Waw! Itu cantik sekali. Apakah ini milikmu?"

Aku memegang kalung itu dengan berbinar. Benar-benar cantik.

"No. It yours, babe."

Aku melihatnya untuk mempertanyakannya maksudnya.

"Ini kalung yang aku beli untukmu. Sebagai permintaan maaf."

Hah?! Dia memberi kalung emas hanya untuk minta maaf? Yang benar saja. Dia selalu berlebihan.

"Itu terlalu berlebihan."

"Tidak ada kata 'berlebihan" untukmu."

Dia mengambil kalung itu dan memasangkannya di leherku.

"So pretty."

Aku tersenyum mendengarnya. "Thank you."

Saat aku ingin berdiri dia menahanku lagi. Ada apa lagi? Padahal aku sudah sangat lapar.

"Katakanlah dengan cepat. Aku sudah sangat lapar."

Dia tidak menjawab. Dia malah mendorongku dan membuatku kembali berbaring. Aku sedikit berteriak karena kaget.

Sekarang dia ada di atas tubuhku dengan wajah kami yang sangat dekat. Badan kamu sudah hampir bersentuhan.

Tanpa aba-aba bibirnya menabrak bibirku. Setelah mengecupnya beberapa detik kemudian bibirnya bergerak melumat bibirku.

Dia menciumku dengan lembut. Bibir bawahku sesekali dihisap pelan. Aku memilih diam dan mengalungkan tanganku ke lehernya.

"Buka mulutmu, sweetie."

Sesuai ucapannya, aku membuka bibirku sedikit. Lidahnya langsung masuk kedalam mulutku. Mengabsen satu-satu gigi ku.

Aku meremas rambutnya saat nafasku mulai habis. Dia melepaskan ciumannya dan terlihatlah benang saliva diantara bibir kami.

Dia tersenyum dan mengecupku lagi sekilas. "Morning kiss."

Setelah itu dia membersihkan bibirku akibat ulahnya.

"Ayo makan, aku akan memasak sesuatu untukmu."

"Aku tidak yakin kau bisa masak," ucapku yang sangat-sangat meragukan dirinya.

"Lihat saja nanti."

Dan benar saja dia memasak spaghetti untuk kami berdua. Aku melihatnya memasak yang kadang ragu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Tapi masakan itu akhirnya jadi. Dua piring spaghetti sudah ada di atas meja. Aku penasaran dengan rasanya. Apakah asin? Atau malah kemanisan karena mentang-mentang dia suka gula.

Aku mengambil garpu dan mulai memakannya. Dia melihatku dengan was-was. Mungkin takut jika rasanya tidak enak. Aku ingin tertawa melihat raut wajahnya.

Dia bertambah was-was saat aku selesai mengunyah.

"Not bad. Darimana kau tahu cara memasak spaghetti?"

Wajahnya perlahan rileks dan tersenyum lebar. "Aku sudah mempelajarinya dengan keras lewat tayangan di sebuah video."

Aku tertawa mendengarnya. "Aku mengapresiasi kerja kerasmu."

Kami pun menghabiskan makanan kami dengan diam. Lalu seperti biasa, Rey pasti ingin teh. Jadi aku membuatkan untuknya dan sekaligus untukku juga.

"Setelah ini kau ikutlah denganku ke sekolah."

Aku berhenti mengaduk teh. "Aku masih dalam masa skorsing kalau kau lupa."

Di sini, saat ada siswa yang menjalani hukuman skorsing tidak diperbolehkan memasuki kawasan sekolah yang digunakan untuk kegiatan belajar. Jadi hanya diperbolehkan tinggal di asrama.

Dia mengangkat bahunya. "Siapa peduli. Pokoknya kau harus ikut."

"Apa tidak bisa besok saja?" Aku mencoba menawar permintaannya itu.

"Tidak bisa."

"Ta- "

"Atau kau mau aku menyuruh Viola dan menyeretmu agar mau pergi ke sekolah?" ancamnya yang tiba-tiba membawa nama Viola.

"Kenapa kau membawa-bawa nama Viola," ucapku kesal.

Kalau ada Viola dia pasti akan sungguhan menyeretku sambil berteriak-teriak sepanjang jalan. Dan itu pasti sangat memalukan.

"Baiklah aku akan ikut."

Selalu saja begini. Aku tidak pernah bisa menolak ucapannya. Membantahnya juga tidak berpengaruh. Akhirnya dia akan tetap memaksa atau mengancamku seperti tadi.

"Bagus. Bersiap-siaplah dan aku akan menunggumu." Dia berdiri dan mengusap rambutku pelan.

Aku menjatuhkan kepalaku di meja dan memikirkan alasan kenapa Rey memintaku ikut. Padahal dia tau betul kalau aku masih dalam masa skorsing.

ROOMMATE (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang