"Sabtu, hari yang membosankan.." Ucap Dirga yang sibuk membereskan buku di atas mejanya sembari merangkul tas dan hedak pulang ke rumah.
Siang hari yang terik, suhunya panas hingga sinarnya menembus kaca jendela kelas, perlahan sinarnya mulai redup saat awan besar melintas menutupi matahari. Seorang anak berusia 18 tahun yang selalu ingin tahu tentang hal baru, itulah Dirga.
Ia berjalan meninggalkan ruang kelas sambil tersenyum karena mendapatkan hasil ujian yang ya.. bisa di bilang lebih baik dari biasanya.
Meski tidak sempurna, dirinya tetap merasa puas karena rela belajar hingga larut malam untuk ujian. Kerja kerasnya terbayar dengan hasil yang sempurna untuknya.
"Aku pulang.." Ucapnya sesaat setelah menutup pintu.
Dirga melepas kedua sepatunya usai meregangkan kaki sejenak, ia mendapati sebuah kertas daftar belanja tergeletak di atas sofa.
Hanya ada Dirga, Aira, dan ibu di rumah. Sedangkan sang papa sibuk bekerja di Jakarta, hanya pulang ke rumah pada akhir tahun. Itupun tidak tentu mengingat jadwal kerja yang padat juga jarak kota yang jauh.
Terkadang dirinya merasa kesepian sebab papa tidak ada di rumah, tidak seperti teman teman sebayanya yang bisa menghabiskan waktu dengan keluarga lengkap di akhir minggu. Meskipun begitu, Dirga tetap sibuk dengan pekerjaan paruh waktunya.
"Ma.. mama.." Ucap Dirga dengan membawa secarik kertas ujian sembari mengetuk pintu kamar berharap ibu akan senang melihat hasilnya.
kreeekk...
Nyatanya ibu tidak ada di dalam dan hanya terdengar suara pintu yang terbuka saat ia masuk.
Dirga menghela nafas ketika ibu tidak ada di dalam kamar, dan berniat lekas pergi menutup pintu. Seketika itu tatapan matanya justru tertuju pada sebuah kotak yang mengeluarkan cahaya, Ia mendekat dengan langkah kaki yang pelan dan berhati-hati mendekati cahaya berwarna biru tersebut.
Kotak itu bersinar di tengah suasana kamar yang remang-remang. Kini pandangan Dirga hanya fokus dan tertuju pada kotak tersebut.
Jemarinya mulai membuka kotak itu, nampaknya kotak tersebut merupakan wadah perhiasan dengan ukiran antik. Seketika ia terkagum dengan apa yang di lihatnya, sebuah cincin safir berwarna biru dengan ukiran "Aphrodite" yang berkilau.
Hingga terbesit dalam diri Dirga untuk menyentuh cincin tersebut, ia hanya berniat memakainya dan mengembalikannya ke tempat semula. Namun tepat pada saat cincin itu terpasang di jemarinya, ibu datang dengan cemas dan memerintahkan agar ia melepas benda itu dengan segera.
"DIRGA, TIDAKK!!" Seluruh ruangan bergetar disusul barang barang yang berjatuhan setelah pekikan ibu.
Tapi.. semua sudah terlambat baginya. Secara mengejutkan cahaya biru cincin aphrodite berubah menjadi sangat terang hingga mengaburkan pandangan. Di waktu itulah Dirga pingsan sesaat setelah menatap ke arah sang ibu.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLASTICA
FantasyDirga, seorang anak dari Bumi yang terlempar ke dunia pararel bernama Atlastica setelah mengenakan sebuah cincin safir bernama Aphrodite. Siapa sangka ia akan menemukan kerajaan yang hilang persis seperti yang di katakan pada legenda. Petualangan Di...