Dit dit dit dit dit
Suara alarm jam membangunkan Jay dari tidur pulasnya. Jay yang baru setengah bangun melamun menatap pantulan dirinya di kaca.
Drett drett
Lamunan Jay terbuyar ketika mendengar getaran ponselnya di meja nakas. 'Jemput Mama.' setelah membaca pesan tersebut Jay menguap dan melirik jam weakernya. Ah, pikirnya, dengan cepat Jay membalas pesan Gianna. 'Jay baru bangun tidur Ma, mungkin jay jemput Mama agak terlambat.' -send.
Jay segera bangkit dari tempat tidurnya dan menuju toilet. Jay memutar kran wastapel, menbasuh wajahnya. Ah, bagaimana bisa ada lelaki setampan aku. Pikirnya. Jay merapikan rambutnya dengan jari-jarinya. "Oke.. Sekarang jemput Mama. Let's go mr.handsome." gumamnya.
Jay mengambil sweater dan jaket kulit yang tergantung di pintu kamarnya, bersiap menjemput sang ibu. Jay menaiki kuda besinya. "Kamu terlihat tampan, Jayden." wanita paruh baya dengan tongkat untuk menopang tubuh tuanya berjalan pelan di depan perkarangan rumah Jay.
"Oh my, thanks you, anda juga terlihat cantik, ms.braus. bahkan saya jatuh cinta setiap melihat ms.braus."
Wanita tua itu terkekeh geli mendengar jawaban Jay. Wanita tua itu sangat menyukai sikap Jay. Jay yang selalu ramah tamah kepada siapapun, bahkan ms.braus pernah menjaga Jay ketika Jay masih berumur tiga tahun. Menurut ms.braus Jay termasuk anak yang patuh, dan juga manis. Setiap Jay kecil bertanya ia pasti memiringkan kepalanya dengan matanya yang polos. Hal itu sering kali membuat orang di sekitarnya gemas bahkan mencubit pipinya yang gembul."Ya tuhan, manis sekali mulutmu. Aku yakin kau punya lebih dari tiga wanita." ucap ms.braus. Jay mengeleng sambil memasang sarung tangannya. "Tidak ms.braus, Mama akan memukulku jika aku berbuat hal itu. Mama selalu memperingatkanku akan hal ini. Mama bilang wanita itu di lindungin dan di hormati. Cintai dia karena kelak ia adalah ibu dari anak-anakmu."
Ms.braus tersenyum mendengar ucapan Jay. "Jika saja aku masih muda, aku pasti akan jadi istrimu Jay. Hahaha.." Jay ikut tertawa dan memakai helmnya. "Aku tahu secantik apa ms,braus sewaktu muda dulu. Hahah.."
"Aku permisi dulu ms.braus." Jay menarik pedal gas setelah mendapatkan anggukan dari ms.braus.Jay berhenti tepat di depan minimarket. Jay berjalan ke arah kulkas dan mengambil beberapa yogurt dan puding. Untung saja hari ini tidak banyak orang yang mengantri. Selesai melakukan pembayaran Jay segera melajukan kuda besinya ke tempat sang ibu berkerja.
Jay dapat melihat perawakan sang ibu dari jauh. Jay melihat Gianna sedang sedikit menunduk di samping kemudi mobil asing hitam yang mengkilap. Jay menaikkan kaca helmnya dan menyipitkan matanya.siapa pikirnya. Jay tidak dapat melihat kedalam mobil tersebut karena kaca yang di gunakan pemilik mobil itu full kaca film. Jay memarkirkan motornya dan mematikan mesin. Gianna yang menyadari kehadiran Jay langsung menghampiri Jay dan meninggalkan si pemilik mobil.
Jay dengan cepat meraih tangan Gianna dan menatap tajam ke arah mobil. Walaupun jay tidak tahu apakah si pemilik mobil balas menatapnya atau tidak, tetapi Jay terlihat memperlihatkan rasa tidak sukanya.
"Siapa Ma?" tanya Jay. Gianna mengelengkan pelan kepalanya dan memegangi kepala Jay dengan kedua tangannya supaya Jay mengalihkan pandangannya dari mobil itu. "Bukan siapa-siapa. Cuma orangtua anak murid Mama. Dia berterima kasih ke Mama soalnya Mama mau menemani anaknya." jawab Gianna.
"Dia lelaki?" tanya Jay lagi. Gianna meringis pelan merasakan sindrom mothercomplex Jay menguar. "Jadi dia lelaki. Dia ngak macam-macam sama Mama, kan?" tanya Jay. "Ngak kok. Kamu tenang aja." jawab Gianna.Ketika mobil itu berjalan hendak melewati Jay dan Gianna, Jay tidak mengalihkan pandangannya. Entah sengaja atau tidak Jay menarik Gianna kedalam pelukannya sembari menatap tajam kearah kemudi mobil tersebut. Setelah mobil itu menjauh, Jay menghembuskan nafas lega. "Safe..." ucapnya dengan lega. Gianna mendorong Jay pelan dan langsung mencubit pinggang sang anak. "Kamu ini ya..." ucap Gianna dengam geram. Jay meringis sakit dan terkekeh kecil. " Jay takut Mama tergoda. Hahaha..." Gianna hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan. Gianna kadang heran dengan sikap Jay. Terkadang Gianna merasa Jay jauh lebih dewasa darinya.
Gianna dan Jay berjalan beriringan menuju motor. Jay mengambil kantong plastik dan memberikannya ke Gianna. "Mama diet kan?! Tadi Jay sekalian beli yogurt sama puding." Gianna dan Jay kini berjalan menuju halte, duduk sembari memakan puding yang di belikan Jay untuknya.
Beberapa suapan, Gianna mendesah lelah. Jay yang kebingungan menatap Gianna dengan tatapan bertanya.
"Mama rasa hari ini melelahkan. Hiftt..." Jay mengalihkan pandangan ke pohon di sebrang jalan, menunggu Gianna melanjutkan perkataannya.
"Jay.." panggil Gianna.
"Ya, Ma."
"Apapun yang terjadi kamu harus bisa mengendalikan emosi kamu." Jay yang kebinggungan mengerutkan kedua alisnya lalu menatap Gianna. "Memangnya kenapa Ma?" Tanya Jay.
" berjanjilah Jay. Demi Mama.. "
Jay menatap lekat Gianna. "Maaf Ma, Mama tahu kan Jay gimana. Jay ngak janji."
Gianna menundukkan kepalanya, menatap ke aspal jalan.
"Entah kenapa Mama merasakan firasat buruk."....
Tbc
Jangan lupa comen yaaa

KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Need U, Daddy
Short Story"JAYYY... berhenti!!!" jay tidak memperdulikan perkataan ibunya dan terus memukul pria itu dengan membabi-buta. "kenapa kau kemari? pulanglah ke keluargamu kami tidak membutuhkan sedikit pun perhatian atau belas kasihmu... PERGI.. BRENGSEKKK.." pri...