Kapal itu berlayar meninggalkan pelabuhan, angin membawanya jauh sampai hilang di cakrawala. Angin juga mengibarkan rambukku, membuatnya kembali berantakan. Padahal sebelum ini Dhara bersusah payah merapikannya. Tidak ada waktu untuk kembali ke Mansion, aku juga tidak ingin bertemu dengan Count Deana. Lebih baik kuminta Dhara dan Bea merapikannya saat perjalanan menuju istana.
"Apa kau mengenal pria tadi?" suara dari orang yang tidak kuharapkan bertemu saat ini.
Aku menoleh, dan melihat rambut panjang sebahu yang diikat menjadi ke belakang berwarna merah. Sorot mata yang dingin dan datar tidak pernah berubah sejak awal kami bertemu. Tidak aneh melihat seorang Grand Duke berjalan-jalan dengan baju dinasnya di pelabuhan. Dia bisa saja sedang melakukan pekerjaan kecilnya di sini. Namun aku benar-benar tidak mengharapkan dia menegurku. Akan lebih baik jika Ryan berpura-pura tidak mengenalku, atau setidaknya aku bisa berpura-pura tidak mengenalinya. Tapi itu tidak mungkin kan?
"Salam yang mulia," aku memberi salam singkat padanya sebelum menajwab pertanyaan itu. "Kenapa setiap kita bertemu anda selalu tertarik dengan urusan saya?"
"Karena setiap kita bertemu lady selalu melakukan hal yang berbeda dari biasanya."
Dia sedang mengkhawatirkanku atau sedang memojokkan? Ryan pasti tahu pria tadi- Sam, yang istrinya ia rebut. Salah, sekarang Layla adalah mantan istri Sam. Ryan hanya sebatas tahu dan tidak pernah berbicara langsung pada Sam.
Aku tidak ingin dia berfikir bahwa aku berhubungan dengan Sam untuk membalas dendam pada Layla yang telah merebut Ryan dari Real. Ya mungkin untuk orang yang tidak tahu dasarnya akan berfikir seperti itu. Tapi alasan sebenarnya aku ingin menyelamatkan Sam dari akhir menyedihkan. Pemutusan pertuangan sudah cukup bagiku untuk tidak lagi ikut dalam alur cerita bodoh itu.
"Dia salah satu pegawai yang bekerja di tempat Saya. Karena bisnis saya sudah selesai, semua pegawai saya juga harus meninggalkan Mansion saya," jawabku.
"Apa lady harus secara khusus mengantar salah satu pegawai anda seperti ini?" tatapannya benar-benar mengintimidasiku.
"Bukan salah satu, tapi semuanya juga. Kenapa anda sangat tertarik dengan itu, apa anda mengenal siapa dia?" tanyaku balik. Aku malas dengan pertanyaan yang berbelit-belit.
Dia diam, ada kata yang ia tahan untuk pertanyaan itu. Aku juga akan tertawa jika ia jujur menjawab bahwa pria tadi adalah mantan suami dari wanita yang ia jadikan kekasih sekarang. Itu berarti dia secara terang-terangan mengakui skandal perselingkuhannya.
"Tidak, saya hanya penasaran dengan apa yang sedang lady lakukan," jawabannya.
"Saya rasa yang mulia harus mengurangi rasa penasaran anda terhadap saya. Mengingat sudah tidak ada hubungan di antara kita saat ini. Lalu sejauh yang saya tahu, Grand Duke tidak terlalu peduli dengan urusan orang lain."
Dia menatapku dengan aneh, seperti aku baru saja memukul keras badannya dan dia menahan kesakitan. Masa ucapanku ini membuatnya sakit, harusnya aku kan yang merasa sakit setelah di selingkuhi?
Matanya menatap kereta kuda emas dengan beberapa muatan di belakangnya. Ada logo matahari di sana, yang mengartikan bahwa kereta itu milik kerajaan. "Lady akan ke istana hari ini?"
"Pertunangan saya dengan putra mahkota akan di umumkan beberapa hari lagi. Sebelum itu, dia meminta saya untuk tinggal di istana seperti trdasi yang berlaku." Anggap saja ini juga bagian dari pukulanku untuknya.
Ryan terdiam lebih lama dari tadi, wajahnya nampak murung. Sebenarnya sejak pertama kali ia menyapaku, wajahnya sangat kusut dan terlihat seperti orang yang tidak tidur berhari-hari.
"Apa anda baik-baik saja yang mulia?" tanyaku.
Dia terteguk dan melongok padaku, lalu ketika aku menatapnya bingung, dia segera memalingkan wajah dariku. "Maafkan saya, saya sedang banyak pekerjaan akhir-akhir ini."
Untuk apa dia meminta maaf dan memberikan alasan untukku. Lagipula aku hanya bertanya sebatas rasa kemanusiaan. "Jangan melakukan pekerjaan yang melebihi kemampuan yang mulia. Itu akan membuat orang di dekat anda khawatir." Yang kumaksud adalah Layla. Sebenarnya aku tidak ada dendam pribadi para kalian, namun hanya saja cara bekerja alur cerita ini yang membuatku harus mengacaukannya sedikit. "Kalau begitu saya permisi."
"Sebelumnya, izinkan saya," dia mengeluarkan tangan padaku. "Anggap saja ini permintaan maaf dari saya."
Dia meminta izin untuk mencium tanganku, ini memamg tata krama dalam bangsawan. Real asli sudah biasa di cium tangannya oleh oara bangsawan pria lain. Namun bagiku ini hal baru, walaupun Silas pernah melakukan padaku. Kata 'maaf' yang di maksud Ryan untuk tadi, atau semuanya yang telah ia perbuat pada Real?
Aku tidak ingin bertanya soal itu. Aku mengulurkan tangan padanya, dan dia menggemanya dengan sangat lembut. Aku merasa aneh saat dia mulai mengecup punggung tanganku. Saat itu yang kufikirkan adalah, aku harus mengganti sarung tanganku sebelum ke istana.
"Semoga kebahagiaan selalu menyertai anda lady," ujarnya dengan suara lembut.
#
Sebuah tangan terulur dari bawah ketika pintu kereta baru saja di buka. Aku tertawa kecil melihat Silas yang berlutut sambil mengulurkan tangannya padaku. Dia benar-benar sedang menghancurkan harga dirinya sebagai putra mahkota. Apalagi dengan senyuman seolah semua ini tidak berdampak apa-apa baginya. Semua orang yang melihat inipun melongok.
"Bisakah cepat, begini sangat pegal," celotehnya.
Aku terkekeh. "Iya maaf, siapa suruh kau seperti ini."
"Tentu saja karena menurutku ini menyenangkan."
"Merusak harga diri pangeran menyenangkan menurutmu? Sangat lucu."
Aku memegang tangannya, dan Silas langsung mengecup punggung tanganku. Dia berdiri tegak saat aku turun dari kereta, walaupun tanganku masih ia genggam. Kami saling menatap, dan tertawa satu sama lain. Akting ini terlalu menggelikan, apalagi saat ini sedang ada puluhan orang baik pengawal maupun pelayan yang sedang melihat kami.
"Akan saya antarkan lady ke kamar," tegasnya.
"Dengan senang hati yang mulia," jawabku.
Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam istana pangeran yang sudah di dekorasi sedikit demi menyambutku. Orang-orang berdiri sambil menunduk hormat berderet sepanjang jalan yang kami lalui. Silas membawaku ke lantai 3, memang cukup jauh dan dengan luas istana yang sangat besar, itu membuaku lelah. Apalagi harus memakai pakaian berlapis juga hak pada sepatu.
Ada dua pintu besar yang saling bersebelahan di lantai tiga. Ada banyak pintu memang di sini, namun hanya ini yang nampak sangar mencolok dan lebih mewah dari yang lain.
"Itu kamar yang akan kau tempati," ujar Silas.
"Lalu yang itu?" aku menunjuk pintu di sebelahnya.
"Itu kamarku," jawabannya sambil tersenyum polos.
Aku merengut tidak percaya. "Haruskah kita bersebelahan kamar?"
"Tentu, dengan begitu kita mudah masuk ke kamar satu sama lain. Ada jalan rahasia di antara tembok itu."
Aku menepuk jidaku sendiri. "Terserah kau saja. Tapi jangan masuk ke kamarku sesuka hati."
Dia memasang senyum yang tampak mencurigakan. "Baiklah." kata-kata tampak sangat tidak bisa dipercaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Real What You Know (End)
Fantasy[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] #Fantasi-Historia-Romance 'Love Rose' cerita yang kukarang saat masih SMA dulu. Berisi tentang percintaan antara Grand Duke dengan seorang pelayan keturunan budak. Namun ada fakta gelap di balik percintaan manis mereka. Per...