"Pergi sebagai pejuang, pulang sebagai pemenang."
- Ravegor -
[2]
Kekalahan Ravegor
Bangunan tua yang masih berdiri kokoh terlihat sangat garang saat berbagai pernak pernik milik Ravegor yang terpajang di berbagai sudut. Mulai dari bendera kebanggaan Ravegor, spanduk sebagai tanda bahwa tempat itu adalah hak paten mereka, juga ada berbagai peralatan seperti tongkat dan beberapa benda tajam.
Barang-barang itu tidak pernah digunakan dengan asal. Hanya keadaan tertentu mereka memakainya. Jika kalian pikir mereka adalah anak anak yang suka menggunakan kekerasan dan kebrutalan. Salah besar. Mereka akan melihat bagaimana lawan mereka.
Para lelaki berjaket kulit berlogo harimau kebanggaan mereka itu sedang asik berbincang. Ada yang sedang merokok, membersihkan koleksi-koleksi mahal mereka, bahkan ada yang sedang berjoget ria menikmati alunan musik yang menggema diruangan bernuansa hitam itu.
Kala yang baru saja datang melepaskan jaketnya menyisakan kaos hitamnya lalu duduk di samping Gibran yang sedang mengobrol dengan Harris, salah satu anggota mereka.
Gibran menoleh ke arah Kala yang mendudukan diri di sampingnya.
"Tumben telat, darimana lo?" tanyanya. Kala tidak menjawabnya.
Lelaki itu mengeluarkan ponselnya lalu menyodorkan ke Gibran.
"Balapan?" dahi Gibran berkerut saat membaca pesan yang ditunjukan Kala. Kala mengangguk lalu memasukan kembali ponselnya.
Kala menatap para anggota lainnya lalu memanggil mereka untuk berkumpul. Ada suatu hal yang ia bicarakan. Mendengar perintah dari sang ketua, mereka langsung berkumpul tanpa ada bantahan saling mendekat.
"Anak Aldevis ngajak kita balapan nanti malem. Mereka masih dendam karena kalah minggu lalu." ujarnya to the point saat semua anggota berkumpul. Sedangkan yang lain saling menatap satu sama lain. Jarang sekali musuh mereka mengajak mereka balapan.
"Balapan? Cih, udah kalah masih aja sok sok an." ujar Rayhan yang geram. Aldevis memang kalah telak setelah kejadian pertempuran mereka satu minggu yang lalu. Bukan Aldevis namanya jika tidak mencari keributan dengan anggota Ravegor.
"Lo terima Kal?" tanya Gibran ragu.
Pasalnya mereka jarang melakukan aksi adu kecepatan itu, bahkan hampir tidak pernah. Gibran ragu akan kemampuan mereka. Hanya satu orang yang bisa diandalkan, Kelvin anggotanya yang pindah ke luar negeri. Tapi tidak mungkin mereka meminta Kelvin kembali hanya untuk meladeni Aldevis.
Ravegor bukanlah pengecut yang hanya mengandalkan kemampuan anggotanya. Mereka akan bersatu apapun yang terjadi melawan musuh mereka sampai titik darah penghabisan. Harga diri Ravegor seperti harga diri mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDIKALA
Fanfiction'𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚞𝚔𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚔𝚎𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚍𝚞𝚔𝚊' Kencana Alora Wijaya yang hanya dijadikan bahan taruhan untuk sebuah pertandingan. Sandikala Cakra Agraham lelaki yang tiba tiba d...