[3]
Dimulainya Permainan
Kencana melangkahkan kakinya menyusuri koridor berjalan masuk menuju kelasnya. Gadis itu berusaha menulikan pendengarannya ketika banyak cemooh yang ditujukan kepada dirinya. Ia meremat tasnya sambil mempercepat langkahnya. Kencana harus menahan air matanya agar tidak menetes mencoba menghilangkan semua suara suara yang sangat menyayat hatinya.
Langkah gadis itu terhenti saat ada yang menarik tas miliknya. Ia menoleh mendapati Kala yang berdiri dengan wajah datarnya. Sontak saja gadis itu mundur beberapa langkah sedikit menjauh dari Kala karena ia menjadi pusat perhatian sekarang.
"Urusan kita belum selesai." Kencana mengernyitkan dahinya.
Urusan apalagi? Apa tentang seragam lelaki itu yang kotor karena kecerobohannya kemarin.
"Ikut gue." sebelum Kencana menjawab lelaki itu menarik tangannya menjauhi kerumunan. Siswa lain yang melihat itupun berteriak heboh. Baru kali ini Kala menyentuh seorang perempuan.
Kala membawa Kencana ke gudang belakang sekolah yang lumayan sepi. Karena bagian gedung itu jarang dilewati siswa lain. Kencana menatap Kala yang terduduk di bangku yang ada di depan gudang itu.
Lelaki itu mengeluarkan sebuah buku dari tasnya menaruhnya diatas meja.
"Gue denger lo anak pinter. Kerjain tugas gue." ujarnya santai sambil membuka bungkus rokok dari saku celananya.
Kala menghembuskan kepulan asap itu dari mulutnya. Ia memandang ke arah Kencana yang masih berdiri tanpa melakukan apa yang ia suruh.
"Lo tuli?"
Gadis itu duduk dengan ragu dibangku sebelah Kala yang kosong. Tanpa membantah lagi ia membuka buku milik Kala. Kencana rasa ini adalah salah satu cara untuk meminta maaf karena kesalahannya kemarin. Gadis itu membuka tempat pensil berwarna ungu miliknya lalu mulai mengerjakan soal yang sebenarnya kurang ia pahami. Tapi ia mencoba untuk memecahkan angka demi angka agar ia segera pergi dari sini.
Kala menatap Kencana yang serius mengerjakan tugas miliknya. Ia heran bukankah gadis itu mengambil jurusan IPS tapi yang dilihatnya Kencana dengan mudah memecahkan soal fisika itu. Bahkan gadis itu sudah menyelesaikan lima soal.
"Dikali atau ditambah ya?" tanya Kencana pada dirinya sendiri. Gadis itu menyelipkan poninya yang sedari tadi cukup menganggu karena posisinya sedikit membungkuk.
Kala yang melihatnya merasa risih. Lelaki itu mengambil sesuatu dari kantongnya.
Kencana menoleh saat dirasa seseorang menyentuh rambutnya.
"Diem. Lanjutin bentar lagi bel." ujar Kala datar sambil melanjutkan aktivitasnya menyatukan rambut Kencana dengan karet miliknya. Dengan terampil lelaki itu mengikat rambut panjang Kencana. Walau tidak rapi tapi hasilnya lumayan untuk para kaum lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDIKALA
Fanfiction'𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚞𝚔𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚔𝚎𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚍𝚞𝚔𝚊' Kencana Alora Wijaya yang hanya dijadikan bahan taruhan untuk sebuah pertandingan. Sandikala Cakra Agraham lelaki yang tiba tiba d...