"Ingin menjadi sayap, untuk burung yang cacat."- Kencana Alora Wijaya
[4]
Bunga Matahari
Para siswa SMA Pelita Bangsa tengah berkumpul di lapangan basket menyaksikan pertandingan yang berlangsung antara sekolahnya dengan SMA Garuda yang datang untuk melawan sekolah mereka. Tentu saja team sekolah mereka di wakilkan oleh beberapa anggota Ravegor yang sangat ahli dalam permainan ini.
Pertandingan ini berlangsung sangat pelik dan ricuh. Dua kubu terbagi antara pendukung Garuda dan Pelita Bangsa. Sorakan dari tuan rumah menggema saat Kala berhasil mencetak satu poin mengungguli team lawannya. Lelaki itu terlihat sangat tampan dengan bulir keringat di wajahnya, bahkan beberapa siswa SMA Garuda hampir saja oleng untuk mendukung team Kala.
"Bangsat!" umpat Marvin saat menerima kekalahan mereka kesekian kalinya. Matanya menyorot penuh amarah ke arah Kala yang sedang berkumpul dengan teamnya.
Kala menghampiri Marvin menepuk pundak lawannya itu. "Belum puas juga? Buka mata lo kalo Ravegor lebih unggul dari sampah kaya lo," ujarnya tenang.
"Jangan lupa perjanjian kita bro, cewek itu harus lo taklukin. Kalo nggak gue dan anak buah gue bisa hancurin nama baik Ravegor. Kali ini gue ngaku kalah, tapi jangan seneng dulu," balas Marvin tak kalah tajam. Langkahnya meninggalkan Kala yang berdiri di tengah lapangan.
Setelah kepergian para siswa SMA Garuda, lapangan mulai sepi tersisa para pemain inti.
"Emang tai si Marvin, bisa-bisanya masih berani nantangin kita setelah dia main curang kemarin," maki Rayhan.
"Biasalah, wafer penyakit hati." balas Bintang.
"Caper goblok!" ujar Rayhan.
"Dengan ngancem kaya gitu dipikir kita takut? Pake nyuruh Kala jadian sama anak baru itu lagi, the real of cupu," ujar Rayhan.
"Kamseupay!" ujar Alvisto yang juga geram dengan Marvin dan anak buahnya.
"Tak sudi berteman sama rakyat jelata," balas Bintang.
"Mendingan lo semua ke laut ajah," Alvisto yang sudah berdiri dengan memegang botol mineral yang ia pakai sebagai mic itu menggerakan pinggulnya ke kanan dan kiri.
"Malu gue punya temen ayan kaya lo berdua!" ujar Rayhan.
Gibran hanya melirik malas, teman temannya itu memang sudah jauh dari kata waras.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDIKALA
Fiksi Penggemar'𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚞𝚔𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚔𝚎𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚍𝚞𝚔𝚊' Kencana Alora Wijaya yang hanya dijadikan bahan taruhan untuk sebuah pertandingan. Sandikala Cakra Agraham lelaki yang tiba tiba d...