4. Jadi Dia

2 0 0
                                    

Setelah membeli jajanan di kantin, Aileen dan teman-temannya pun segera beranjak untuk memakan jajanannya di taman belakang sekolah mereka.
Setelah sampai di taman, Aileen mengajak Elina dan Friska untuk duduk di salah satu bangku tepatnya di bawah pohon besar yang ada di taman itu.

“Eh Ai, lo gak mau nih ada gorengan kesukaan lo gue beli juga tadi.” Tawar Elina kepada Aileen yang hanya duduk diam sambil memperhatikan kedua temannya itu memakan jajanan mereka.

“Enggak El, aku udah kenyang, tadi udah sarapan juga di rumah.” Tolak Aileen.

“Oohh…yaudah deh kalau gitu, ntar kalau lo mau tinggal ambil aja ya Ai. Gue belinya juga banyak ini, gak bakalan habis kalau yang makan cuma kita berdua.” Kata Elina kepada Aileen lagi. Aileen hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Tak terasa bel masuk pun berbunyi, murid-murid SMA Kanigara pun berbondong-bondong untuk memasuki kelas mereka masing-masing, begitu pula Aileen, Elina, dan Friska segera pergi dari taman untuk kembali ke kelas dan melanjutkan pelajaran meskipun baru hari pertama semester baru.

Disisi lain, ketiga anak muda yaitu Yardan, Damian, dan Elvano masih duduk anteng di kantin, belum ada niatan mereka untuk kembali ke kelas.
Yardan yang duduk santai dengan mengangkat kaki ke atas meja, ntah apa yang sedang otak tampannya itu pikirkan.

Sedangkan Damian dan Elvano sedang sibuk bermain game di ponsel mereka.

Tiba-tiba Elvano menghentikan kegiatan bermain game di ponselnya dan menatap kedua temannya “Gak ada nitan mau balik kelas nih kita?” tanyanya.

“Malas banget gue di kelas, lagian baru hari pertama semester baru juga, gak usah ambis-ambis bangetlah.” Kata Damian dengan masih sibuk memainkan gamenya.

Yardan yang mendengar jawaban Damian langsung menorehkan kepalanya, “Cih, gak hari pertama juga lo gak ada ambis-ambisnya An, lagak banget bacotnya.”

Damian yang mendengarkan pun sontak saja menatap Yardan dengan sorot tidak terima, sedangkan Elvano malah terkekeh sambil menepuk-nepuk bahu Ian.

Yardan kembali bicara lalu meneguk es jeruknya hingga habis “Udah, bentar lagi juga bakalan pulang, biasanya kan awal semester emang pulang cepat.”

Dan benar saja, tak sampai 10 menit kemudian bel berbunyi nyaring yang menandakan waktunya murid-murid untuk pulang. Seluruh warga SMA Kanigara yaitu guru, staff, serta murid-murid berhamburan untuk keluar dari sekolah mereka. Tak terkecuali Aileen dan kedua temannya itu.

“Ai, hari ini mau langsung pulang?” tanya Friska pada Aileen dan hanya dijawab dengan anggukan kepala.

“Gak mau ikut bareng kita gitu Ai, nongki-nongki di mall?” kali ini Elina ikut menimpali.
“Enggak dulu ya El, Fris, aku udah ada janji lain.” Jawab Aileen pada kedua temannya.

Elina dan Friska pun hanya menganggukkan kepala mereka pertanda mengerti. Setelahnya mereka pun berjalan bersama melewati lorong-lorong kelas menuju gerbang sekolah.

Sedari tadi Yardan, Damian, dan Elvano sudah nongkrong di parkiran sambil sesekali bertegur sapa dengan siswa-siswa yang mereka kenal.
Yardan sendiri hanya sekedar tersenyum tipis atau mengangat tangannya saja untuk membalas sapaan yang ditujukan padanya, beda dengan Damian yang akan selalu membalas sapaan mereka dengan berbagai bacotan tengil miliknya.

“Woi, apa kabar lo Sam?” sapa Damian pada salah satu murid laki-laki bernama Samuel yang cukup dekat dengannya.

“Baik gue mah, tambah ganteng juga. Lo aja yang mukanya gitu mulu gak ada baik-baiknya.” Jawab Samuel sambil tertawa yang sangat menyebalkan menurut Damian.

“Iya, emang muka lo tambah ganteng tapi akhlak lo yang makin jelek” balas Damian dengan muka dongkolnya terhadap Samuel. Sedangkan Samuel hanya tertawa semakin keras melihat wajah kesal Damian.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi tatapan seorang Yardan hanya tertuju pada si gadis tanpa ekspresi yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah. Gadis itu tiba-tiba tersenyum dengan begitu manisnya dan melambaikan tangannya pada seorang laki-laki berjas yang juga sedang melambaikan tangannya di depan mobil Mercedes Benz berwarna hitam.

Yardan sempat tertegun melihat akhirnya wajah datar seorang gadis bernama Aileen itu bisa berekspresi juga, namun ia lebih terkejut saat melihat orang yang menjadi alasan wajah datar itu berekspresi adalah Dilan Adelio. Orang yang ia benci, yang sialnya adalah saudara tirinya sendiri.

Tanpa sadar tangan Yardan mengepal dan matanya memandang lurus tepat dimana kedua orang lawan jenis ini itu berada.

“Jadi dia” gumam Yardan yang hanya bisa didengar olehnya sendiri.
.
.
.
.
.
Hallo readers…! Long time no see and finally I’m comeback again. Maaf ya, lama banget aku gak lanjutin cerita ini, mungkin beberapa dari kalian ada yang udah lupa sama cerita ini. Tapi jangan khawatir, aku bakalan berusaha untuk buat kalian kembali menikmati alur cerita Feliz yang akan berlanjut kembali.

Semoga kalian suka ya. Jangan lupa untuk vote dan comment biar akum akin semangat buat nulis. Terima kasih, sehat dan bahagia selalu ya..! 💜😊

FelizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang