2. Siapa Dia Sebenarnya ?

40 8 1
                                    

Aileen baru saja keluar dari kelasnya bersama  dua sahabatnya yaitu Elina dan Friska. Mereka bertiga berencana akan pergi ke kantin untuk membeli jajanan karena memang perut mereka sudah minta diisi. Aileen memang tidak lapar karena sudah sarapan di rumahnya sebelum berangkat ke sekolah. Tapi karena dua sahabatnya memaksanya untuk ikut bersama mereka, jadi Aileen akhirnya juga ikut ke kantin.

Namun, Aileen tetaplah Aileen. Yang tetap menunjukkan wajah datar tanpa ekspresinya walau dalam keramaian. Aileen, Elina, dan Friska sudah memasuki kantin dan disuguhkan dengan pemandangan para murid yang ramai mengantri di depan stand makanan dan minuman.

“Ih gila, rame banget nih kantin. Udah kayak pasar malam aja.” Ucap Friska saat pemandangan yang ia lihat di kantin sangat ramai dengan para murid SMA Kanigara.

Aileen dan Elina hanya menganggukkan kepala mereka menyetujui ucapan Friska.
Elina melihat ke seluruh tempat duduk yang di sediakan untuk makan dikantin. “Fris kayaknya gak ada tempat yang kosong lagi deh. Udah penuh semua.” Kata Elina.

“Yaahh…padahal gue pengen banget nongki-nongki di kantin, bosen di kelas mulu.” Balas Friska dengan wajah cemberutnya karena kesal.

“Yaudah beli aja dulu jajanan kalian, ntar makannya di taman belakang sekolah aja.” Ucap Aileen memberikan solusi.

“Hhmmm…yaudah deh, boleh juga tuh.  Kita pesan dulu ya Ai. Lo mau ikut kita atau disini aja?” tanya Friska pada Aileen.

“Aku tunggu disini aja.” Jawab Aileen.

“Oke, bentar ya Ai.” Ucap Friska sambil menarik tangan Elina untuk membeli jajanan di kantin.

Sedangkan Aileen hanya membalasnya dengan anggukan kepala.

Saat Aileen sedang berdiri di tempatnya itu, tiba-tiba ia mendengar suara teriakan seseorang  yang begitu keras memanggil dirinya. Dan Aileen sudah tau siapa orang yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu.

“Ai, Aiang…” yah, teriakan itu berasal dari seorang cowok yang sangat Aileen kenal.  Aileen menoleh kearah suara teriakan yang memanggilnya tadi. Dan benar saja, cowok itu sedang menatap kearahnya sambil melambaikan tangannya dari tempat ia duduk. Dia adalah Damian.

Aileen hanya membalas panggilan tersebut dengan wajah datar tanpa ekspresinya. Tanpa memperdulikan tatapan beberapa murid yang berada di kantin memandang kearahnya.

Sedangkan Damian yang melihat balasan Aileen hanya diam dengan wajah datar tanpa ekspresinya itu pun menghampiri Aileen, meninggalkan kedua sahabatnya yang menatap heran kearah mereka.

Damian berjalan dengan sedikit berlari agar cepat sampai didepan Aileen saat ini berdiri. Saat Damian sudah tepat di depan Aileen, Damian langsung menyapanya dengan panggilan spesial dan senyuman hangatnya untuk Aileen.

“Hai Aiang nya Dami…” ucap Damian sambil tersenyum pada Aileen.

“Hai Dam.” Balas Aileen singkat pada Damian.

Damian yang tau alasan atas balasan cuek dari Aileen itu pun kembali mencari bahan pembicaraan yang lain.

“Kamu ke sini bareng siapa? Kok diem aja disini? Gak jajan?” ucap Damian dengan pertanyaan bertubi-tubi pada Aileen.

Aileen yang mendapat pertanyaan bertubi-tubi itu dari Damian hanya membalas dengan tatapan datar tanpa sepatah kata pun.

Damian yang tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya itu akhirnya merubah ekspresinya, yang awalnya tampak ceria dan seolah tak terjadi apa-apa itupun menjadi ekspresi bersalah. 

“Kamu marah ya sama Dami? Karena tadi waktu upacara kata sambutan kamu harus terjeda karena ulah Dami?” tanya damian dengan ekspresi bersalahnya.

Sedangkan Aileen yang mendengar pertanyaan Damian itupun cukup terkejut, namun tertutupi oleh ekspresi tenang dan datar di wajahnya.

“Enggak.” Jawab Aileen singkat.

Mendapatkan jawaban singkat  seperti itu dari Aileen, membuat Damian menghembuskan nafas.

“Ai, please…jangan cuekin Dami kayak gini dong. Dami minta maaf Ai.”

Melihat Damian seperti itu, membuat Aileen merasa tak tega. Dan akhirnya niat Aileen untuk mencueki Damian menjadi batal.

Aileen menatap Damian dengan sedikit melunak. Tatapan mata yang teduh bercampur senduh  yang sangat jarang terlihat, hanya orang-orang tertentu yang tau dan dapat merasakan betapa tulus dan nyamannya tatapan itu. Dan Damian yang melihat tatapan itu merasa sedikit legah.

“Ai gak marah sama kamu, Ai cuma kecewa lihat kelakuan kamu saat upacara tadi. Bukan karena kata sambutan Ai yang terjeda, seperti yang kamu pikirin. Tapi karena Ai gak suka lihat kamu buat masalah dan kamu dihukum di sekola,  yang bakalan buat kamu rugi dan kecewain orang tua kamu Dami.” Jelas Aileen panjang lebar pada Damian.

Damian yang mendengar ucapan Aileen merasa bersalah namun juga legah, karena Aileen bukan marah seperti perkiraannya,  tapi Aileen perduli pada dirinya.

“Maafin Dami ya Ai, janji deh gak bakalan buat masalah gitu lagi waktu upacara.”

“Kamu gak perlu minta maaf sama Ai. Ai hanya mau kamu jangan membuat masalah di sekolah dan dihukum karena Ai perduli sama kamu Dami. Ai Cuma bisa ingetin dan nasehatin kamu saat kamu salah.”

Damian yang dapat merasakan keperdulian dan kasih sayang Aileen kepadanya, merasa sangat senang dan legah karena Aileen sudah mau bicara dan tidak marah lagi padanya.

“Iya, Dami tau kalau Dami salah. Makasih kamu selalu ingetin dan perduli sama Dami. Jangan marah dan cuekin Dami lagi ya!” ucap Damian dengan tampang memelas sok imutnya.

Aileen membalas ucapan Damian dengan anggukan kepala dan senyuman tipis di wajahnya, bahkan senyuman itu sangat tipis, hingga tak terlihat seperti senyuman . Tapi untuk Damian, itu lebih dari cukup membuatnya merasa senang.

Damian mengelus kepala Aileen dengan senyuman dan rasa gemas yang terpampang jelas di wajahnya.

Semua perilaku Damian terhadap Aileen itu menunjukkan kedekatan mereka, yang tak luput dari pandangan beberapa murid yang menyaksikannya, dan begitu pula dari pandangan kedua sahabatnya.
Kedua sahabat Damian, yaitu Yardan dan Elvano memang sudah memperhatikan kearah Aileen dan Damian sejak awal mereka melihat, betapa semangatnya sahabat mereka itu menemui cewek yang dipanggilnya  dengan sebutan “Aiang” itu hingga melupakan makanan dan minuman yang tadi sangat penting baginya.

Namun diantara keduanya, Yardan lah sosok sahabatnya yang paling penasaran siapa sebenarnya cewek datar yang sepertinya sangat dekat dengan Damian itu. Seberpengaruh itu kah dia terhadap Damian si sahabat tengil mereka itu? Dan tanpa ada yang mengetahui, sebenarnya seorang  Yardan yang terkenal dengan sikap cueknya sedang bertanya-tanya didalam pikiran dan benaknya Siapa dia sebenarnya?
.
.
.
.
.
.
.
Gimana nih Readers?  Kalian penasaran juga gak siapa sosok Aileen sebenarnya, dan apa hubungannya dengan Damian?

Yaudah deh ya. Biar kalian gak penasaran terus, tetap baca ya cerita Feliz ini. Semua rasa penasaran kalian akan terjawab seiring berjalannya cerita mereka. 

Semoga kalian suka sama cerita ini,  dan jangan lupa buat Vote dan Comment kalau kalian mau kasih saran buat diriku sang penulis pemula ini. 
Thank you soo much My lovely Readers...

FelizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang