Prolog

234K 5.6K 232
                                    

Yang baru mulai baca... cerita ini akan dihapus di tanggal 4 September 2015. Ada beberapa part yang kosong... itu sudah aku repost yah, sila dilihat dulu.

Thank you

Dahulu kala hiduplah seorang pembuat sepatu tua. Suatu malam, dia terlalu lelah dan mengantuk hingga tidak menyelesaikan sepatu-sepatu yang sedang diperbaikinya.

Keesokan harinya dia menemukan sepatu-sepatu itu sudah selesai diperbaiki, bahkan terlihat seperti baru. Siangnya, ada seorang pelanggan yang memesan sepatu baru, namun dia lupa mengerjakannya. Padahal dia sudah berjanji sepatu itu akan jadi esok harinya. Pagi itu, terburu-buru dia datang ke toko sepatunya, tapi begitu sampai di sana dia menemukan sepatu baru sesuai dengan pesanan kemarin. Sempurna. Sang pelanggan sangat senang, jadi dia melipatgandakan pembayarannya kepada sang pembuat sepatu.

Kejadian itu terus berulang-ulang, sepatu yang diperbaiki ataupun dipesan akan jadi keesokan harinya dengan hasil yang sangat bagus. Para pelanggan sangat puas dan selalu membayar lebih banyak. Dalam waktu singkat sang pembuat sepatu menjadi terkenal dan kaya raya.

Suatu hari sang pembuat sepatu penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Jadi dia menunggu hingga tengah malam. Kemudian masuklah dua peri yang memperbaiki dan membuat sepatu, mereka memperbaiki semua sepatu dengan cekatan dan riang. Sang pembuat sepatu terharu atas kebaikan mereka. Maka malam berikutnya, sang pembuat sepatu meletakkan makanan enak dan baju baru yang sangat bagus untuk kedua peri tersebut. Namun, setelah itu kedua peri tersebut tidak pernah muncul lagi. Mereka menghilang seperti buih.

*****

Deru nafasnya beradu dengan nafasku, kami telah sama-sama terjebak dalam gairah. Dia terasa sangat nikmat. Berapa kalipun kami telah melakukannya, dia selalu memberikan rasa yang berbeda. Sentuhannya membuatku kecanduan. Sentuhannya membuatku lupa hubungan seperti apa yang kami miliki.

Dia tidak pernah egois dalam hal apapun, dia selalu mendahulukan kepentinganku. Bahkan di saat kami sedang terkukung dalam gairah tiada henti. Dia selalu memastikan bahwa aku sudah mendapatkannya terlebih dahulu.

Lelaki ini, aku mencintainya dengan alasan yang aku tidak tahu pasti. Mungkin saat dia pertama kali menghapus airmataku, mungkin saat pertama kali kita bertemu, mungkin saat dia menawariku perjanjian konyol atau mungkin saat pertama kali dia menyentuhku.

Aku memperhatikan fragmen wajahnya yang sekarang tepat di atasku. Peluhnya meluncur jatuh mengenai keningku. Tubuh kami sudah di basahi oleh keringat, akibat dari kegiatan yang sedang kami lakukan. Tangannya menyentuh tubuhku dengan kelembutan yang membuatku merasa begitu dicintai. Bibirnya selalu memberikan kecupan lembut yang membuat pikiranku langsung kosong

Dia mempunyai wajah yang setiap lekukannya terbentuk sempurna. Matanya selalu penuh tekad dan ketenangan. Aku menatap mata itu sama seperti dia terus menatapku. Tatapannya membuatku ingin mengungkapkan apa yang aku rasakan padanya. Rasa yang dulu tidak pernah terpikirkan olehku akan hadir di hidupku. Rasa yang aku anggap hanya sebagai masalah dan pembawa kehancuran.

"Aku mencintaimu." Bisikku di lekukan lehernya, suaraku yang bergetar dengan jelas memberitahu betapa gugupnya aku.

Mendengar pengakuanku, tatapannya yang sejak tadi mengunciku lembut berubah dingin. Matanya berkilat penuh kemarahan dan kekecewaan. Dia menarik tubuhnya dengan kecepatan yang membuatku terpekik kaget membuatku langsung merasa kehilangan dia.

Aku memperhatikannya yang dengan cepat berdiri dan langsung mengenakan pakaiannya asal.

"Kita sudah berjanji tidak akan pernah ada cinta diantara kita, itu yang membuatku mau menikah denganmu." suaranya tenang dan dalam. Dia memalingkan wajahnya kemanapun asal tidak padaku.

"Tapi...." aku tidak bisa melanjutkan ucapanku. Apa yang dia katakan adalah kebenaran. Itulah kesepakatan yang ada diantara kami berdua dulu.

Sebelum aku menyelesaikan kata-kataku dia sudah berjalan menjauh. Tepat saat dia menghilang di balik pintu, aku tahu aku telah kehilangan dia. Seketika penyesalan langsung menyelubungiku, harusnya aku tidak pernah mengatakannya. Harusnya aku menyimpan rasa itu hanya untuk diriku sendiri.

Miss IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang