"Inspektur, tim Shino sudah berhasil menangkap Honoka."
"Oke, kita selesaikan yang di sini."
Investigasi di rumah Naruto dilakukan oleh tim Anbu, di bawah tanggung jawab Inspektur Tenzo sebagai Kepala Divisi Penyelidikan. Pria paruh baya tersebut membawa tiga anak buah guna mengamankan beberapa barang sebagai bukti.
Penggeledahan dilakukan di lantai satu hingga lantai dua; seluruh kamar, termasuk toilet dan garasi.
Kebetulan rumah yang didominasi warna putih tulang ini sedang dalam kondisi kosong. Dari hasil laporan, terduga pelaku memang tinggal sendirian. Pintu depan dan kamar utama menggunakan kode akses, cukup mudah, lantaran mereka telah memilikinya dari si pelapor.
"Lee kau ke sana ya, aku akan memeriksa di sekitar rak dan meja-meja."
"Oke."
Yamanaka Ino menggulung rambutnya yang panjang. Dalam balutan seragam polisi berwarna hitam, dia membungkuk menggeledah tiap buku-buku yang ada di kamar Naruto.
Sarung tangan karet yang dia kenakan membuat jemarinya berkeringat. Ino sempat menarik sarung tangan itu beberapa kali lantaran licin.
Ketika mendekati ranjang, pupil matanya menangkap sejumlah pigura berisikan potret lelaki berambut pirang, bersama wanita berambut gelap.
Ino menjamin, orang-orang tidak akan menyangka, bila dua insan dalam satu frame yang terlihat bahagia itu adalah seorang pelaku dan seorang korban. Mereka kentara serasi di luar semua yang telah terjadi.
"Pria zaman sekarang mencari wanita kaya raya untuk ditipu. Tapi si kuning ini lebih berengsek lagi, dia menipu gadis yatim piatu."
Menarik loker nakas di sisi kiri ranjang, Ino menemukan sebuah kotak menyerupai tempat perhiasan.
Awalnya dia mengira isinya adalah cincin pernikahan, setelah dibuka, justru menemukan kapsul berwarna merah. Ino segera melaporkan temuannya kepada Inspektur Tenzo.
"Kirim ke laboratorium forensik untuk dikaji. Kalian, geledah lagi setiap celah sempit di rumah ini. Pot-pot, bawah akuarium, bawah ranjang, ada kemungkinan dia juga pengguna obat-obatan."
"Baik, Pak!"
.
.
|Kantor Kepolisian Distrik Yokohama, 17: 00|
"Pak, aku tidak memukul wanita itu. Dia menendang selangkanganku, aku tidak sengaja mengenai pipinya!"
"Ayo, kau bisa menjelaskan di ruang penyidik."
"Assh ... bagaimana bisa perempuan diloloskan sedang pria harus bertanggung jawab? Hei, Pak! Dengar aku!"
.
Dari balik sel tunggu, dia mampu mengetahui segala hal yang terjadi di kantor polisi. Betapa banyak kasus kriminal dalam satu hari ini; tabrak lari, kekerasan, pelecehan. Antara polisi memang melakukan tugasnya dengan baik, atau keberadaan mereka sebenarnya tidak memiliki dampak signifikan. Sulit bagi manusia untuk merasa takut terhadap manusia yang lain.
Malah, manusia cenderung takut dengan karma. Hal fana yang sebenarnya tidak berwujud.
Dalam sel tahanan berukuran 3x6 meter, Naruto menekuk lutut. Enam jam dia diperiksa polisi, dicecar berbagai pertanyaan silih berganti. Entah apa yang mereka dapat dan simpulkan, yang jelas sekarang otak Naruto mengebul. Dia seperti tikus yang baru dikepung sekawanan pemangsa. Sebagai rantai terbawah dalam perburuan karnivora, gerak apapun pasti berakhir mati; mengelak seperti apapun, dia bakal dijebloskan ke jeruji besi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Wedding
FanficKematian adalah takdir yang tak terprediksi. Kau baru menyentuhnya, menciumi baunya, lalu dia terkapar di kamar mandi. Sebagian besar percaya dia dibunuh, segelintir percaya dia mati karena takdir. . . . "Melaporkan ke polisi dan aku tidak bisa meng...