Mendung bergelayut di angkasa sejak pagi masih buta. Di akhir musim gugur, suhu akan perlahan-lahan turun, curah hujan beranjak meninggi dengan intensitas yang lebih sering. Secara tidak langsung, memaksa orang-orang membawa payung kala keluar rumah, mengenakan jaket tebal, dan sepatu boot agar kaki tidak basah.
Bagi yang kaya, ini adalah momentum membawa mobil mereka keluar dari garasi. Bagi orang yang luar biasa kaya, hujan atau musim biasa tak ada beda. Mereka tinggal duduk di belakang, dan sopir akan membawanya ke tujuan.
Mercedes-Benz hitam metalic membelah jalanan Kanto yang siang itu tengah gerimis. Uzumaki Naruto baru mendapat notifikasi meeting darurat pagi tadi. Dia belum mempersiapkan apapun, tapi kalau boleh menebak, sepertinya Naruto sudah tahu apa yang akan dibahas.
.
.
.
|Hyuuga Corp|
"Kejadian ini memang di luar prediksi kita semua. Namun, perusahaan harus tetap berjalan. Kita juga tidak bisa membiarkan para pemegang saham khawatir. Kekosongan posisi presdir dapat menimbulkan kecemasan internal yang berpotensi menurunkan nilai saham." Ibiki memberikan pernyataannya. Sebagai penasihat perusahaan, hal krusial semacam ini harus segera diselesaikan.
Meeting darurat diikuti oleh sepuluh orang; empat orang eselon satu, perwakilan pemegang saham, satu dari fraksi pertimbangan, satu penasihat yaitu Ibiki, Naruto, dan seorang lagi moderator.
Pria dengan name tag Kataduke Tono turut memaparkan pendapatnya, "Saya setuju dengan Pak Ibiki. Kekosongan ini adalah urgensi yang harus cepat dituntaskan. Saya menarik suara untuk Pak Naruto. Beliau adalah suami mendiang Nona Hinata. Secara kredibilitas, beliau doktor lulusan luar negeri, dan sudah sering membantu pekerjaan nona setelah Pak Hiashi meninggal."
Peserta rapat tampak saling toleh. Menilik dari garis keluarga, kapasitas Naruto hanya sebagai menantu. Hiashi sendiri merupakan anak tunggal, pun Hinata yang terlahir tanpa saudara. Jika seperti ini, tidak ada pilihan lain.
Di antara wajah-wajah itu, tak sedikit yang masih meragukan kapabilitas Naruto. Bagaimanapun menyerahkan otoritas kepada orang yang baru dua tahunan bekerja di perusahaan, seperti melempar batang kayu ke sungai asing. Entah itu akan mengapung atau tenggelam, tergantung kedalamannya. Tentu ini risiko yang patut dipertimbangkan.
Naruto membetulkan posisi dasinya. Dia berdiri, "Saya Uzumaki Naruto." Ucapnya mengenalkan diri.
Meski terlihat baik-baik saja, sebenarnya dia gugup sejak memasuki ruangan ini. Terbukti pemuda itu terlihat beberapa kali mengambil napas panjang. Naruto hanya berusaha bersikap profesional. Dia melanjut kalimatnya, "Merupakan tanggung jawab besar memangku posisi presdir di atas senior yang jauh lebih lama mendedikasikan diri kepada perusahaan.
"Selama di luar negeri, saya belajar bisnis dan ekonomi; bagaimana memperhatikan indeks saham, profitabilitas, stabilitas pasar, termasuk mengkaji financial leverage. Istri saya, Nona Hyuuga, juga telah banyak membimbing saya selama menjadi asisten mendiang. Seperti kata Pak Ibiki. Banyak yang menggantungkan harapannya kepada perusahaan. Lelah dan keringat yang telah terbuang tidak boleh berakhir sia-sia. Saya optimis dapat mengimbangi Nona Hinata, sekaligus membawa perusahaan ke arah lebih baik. Oleh karena itu, mari sama-sama bekerja keras untuk mendorong roda perusahaan agar tetap berjalan." Naruto membungkukkan badannya. Kedua tangannya tepat di samping pinggang, "saya ... dengan segenap kerendahan hati, memohon dukungan untuk sama-sama membawa perusahaan ke arah lebih maju."
Seketika bising menjelma jadi hening. Orang-orang yang semula vokal memandang remeh Naruto, agaknya mulai berbalik arah.
"Wow, lulusan luar negeri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Wedding
Fiksi PenggemarKematian adalah takdir yang tak terprediksi. Kau baru menyentuhnya, menciumi baunya, lalu dia terkapar di kamar mandi. Sebagian besar percaya dia dibunuh, segelintir percaya dia mati karena takdir. . . . "Melaporkan ke polisi dan aku tidak bisa meng...