Pulang

18 1 0
                                    

Kembali ke tempat semula adalah jalan terbaik setelah kehilangan tujuan.
~

Terkadang manusia memang perlu melepaskan apa yang berharga baginya. Semua yang dimiliki hanyalah titipan, ya memang berat. Tapi memang begitu adanya.

Kali ini bukan untuk melepas orang yang sudah tiada, tetapi untuk melepas benda yang sudah dibuat dengan jerih payah.

Ini yang ayah rasakan sekarang. Semua yang sudah dibentuk, dibuat, disusun dengan jerih payah sambil memeras otak dan tenaga kini harus dilepasnya.

Rumah kami..

Rumah yang sudah ayah buat dengan kerja kerasnya dengan terpaksa harus ditinggalkan. Tidak percaya, itu yang kami rasakan.

Kenapa itu bisa terjadi, semua bermula dari penyakit ayah yang tiba-tiba muncul. Sebenarnya ayah sudah mengidap penyakit itu dari lama, tapi entah kenapa ayah merahasiakannya.

Aku juga tidak terlalu mengerti tentang penyakit ayah. Ibu hanya bilang kalau penyakitnya berat dan butuh waktu yang lama untuk kembali pulih.

Dan kalaupun aku tau nama penyakitnya, ibu bilang aku juga tetap tidak mengerti apa-apa. Intinya tentang penyakit paru-paru.

Sering aku dengar, ibu selalu bertanya kenapa  ayah menyembunyikan penyakit ini.

"Ayah ga mau kalian khawatir"

Padahal hal ini yang membuat kami lebih khawatir. Melihat ayah yang tersenyum senang dan bahagia tiba-tiba terbaring lemah di salah satu ruang RS.

Kalaupun kita tau sebelumnya, setidaknya ibu bisa menemani chek-up di puskesmas atau RS. Tapi ini pilihan ayah, dan pilihan ini membuat semua yang telah ayah bangun harus dijual untuk biaya pengobatan. Dimulai dari perhiasan yang dipakai ibu sampai rumah kamipun ikut dijualnya.

Dan disinilah awal dari cerita ini.

Kemana kita harus tinggal sekarang. Ayah sudah tidak lagi bekerja. Sebulan pertama kami tinggal di kos-kosan sempit jauh dari rumah kami sebelumnya. Untungnya dekat dengan sekolahku.

It' okay, walau pada awalnya aku susah sekali untuk tidur karena ruangannya yang sempit dan panas.

Tapi untuk membayar kos-kosan ini ayah tidak tau harus mendapat uang dari mana.

Untungnya, masih ada uang simpanan ibu yanh tersisa. Dan itu cukup untuk hidup kami beberapa bulan kedepan.

Semoga saja.

Rasa ingin membatu ayah untuk mencari uang pun muncul, tapi setiap aku bilang mau kerja atau apapun yang menghasilkan uang ayah selalu melarang.

"jangan, kamu masih kecil. Sekolah yang rajin saja sudah membantu ayah, nak"

Aku tetap berangkat sekolah seperti biasanya, bedanya penampilanku yang sedikit kucel dari sebelumnya. Berangkat jalan kaki bukan lagi diantar naik kendaraan pribadi.

Ini hari pengumuman kelulusanku. Ya, aku adalah siswi kelas sembilan SMP PANJANG.

Aneh ya, nama sekolahku? Kalau menurut sejarah, nama sekolah ini dibuat karena pendirinya ingin adanya antrian panjang para calon siswa-siswi yang ingin masuk kesini.

Maksudnya sekolah ini akan mempunyai banyak siswa dan siswi nantinya. Dan benar saja, setiap pembukaan penerimaan peserta didik baru, banyak sekali yang mendaftar. Bahkan ada yang orang tuanya rela menunggu dari jam 5 pagi untuk mendapatkan formulir pendaftaran.

Bisa dimaklumi, SMP PANJANG adalah salah satu sekolah menengah favorit di daerah ini.

Perpisahan kembali terjadi setelah tiga tahun yang lalu. Teman-teman, guru, dan sekolah. Ya, yang datang akan pergi dan yang dimiliki pasti akan dilepaskan.

Ini yang terjadi saat ini. Meninggalkan sekolah dan meninggalkan rumah.

Kalau yang lain lagi double date bareng pasangan dan temennya, disini seorang Alfarizki sedang double loss.

Setidaknya, aku masih senang karena baru saja lulus dan masuk lima besar. Ini kesempatan besar untuk masuk SMA yang kuimpikan tanpa seleksi.

Aku kembali kerumah dengan wajah yang tersenyum, tidak sabar melihat reaksi ayah nanti. Ayah ingin sekali aku bisa masuk ke SMA itu.

"Ayah! Alfa masuk peringkat lima besar" teriakku dengan bangga dari depan rumah.

Ayah hanya tersenyum bangga. Tapi aku terdiam seketika setelah melihat semua barang yang sudah disusun rapi didalam tas dan karton.

"Kita mau pindah lagi, yah, bu?"

Ayah dan ibu menganggkat kepalanya dan melihatku. "Iya nak, kita kembali kerumah nenek ya," Jawab ibu dengan mengusap puncak kepalaku.

Alfa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang