Gerbong 2

46 6 0
                                    

Kata orang hidup suka membawa kejutannya sendiri. Bisa jadi hal baik, bisa jadi hal buruk.

Contohnya aku, yang sudah duduk selama 5 menit di kursi penumpang. Berpikir apakah aku harus turun dari kereta ini atau tidak.

"Bodoh" gumamku.

Pemberitahuan tentang keberangkatan kereta sudah terdengar, dalam 2 menit penting ini mungkin aku bermain - main dengan nasib.

Aku yang tidak yakin mulai berjalan dari tempatku, berpikir untuk keluar dan pulang ke kosan.

Tapi seseorang didepan menutup jalan keluarku. Dia sendiri sedang sibuk dengan tiketnya.

"Permisi mbak, masih lama ngga ya?"

Tas gunungnya terlihat sangat penuh. Seperti dijejalkan semua barang lalu ditutup rapat dengan tak acuh.

"Eh? Maaf mas"

Terlambat. Pintunya sudah ditutup. Anggaplah takdir, karena sebetulnya aku pun tidak mau keluar.

-----

Aku segera kembali ke tempatku dan menemukan bahwa orang yang tadi, sekarang duduk berhadap - hadapan denganku.

"Lho? Mas yang tadi ya?"

"Iya mbak, mau ke Bandung juga ya?" Aku berusaha basa - basi walau jawabannya sudah jelas.

"Ahaha iya mas, untuk acara reuni. Kalau mas nya?"

Reuni. Reuni. Reuni. Ini memang sedang musimnya reuni ya.

"Saya jalan jalan aja sih mbak"

Petugas datang untuk mengecek tiket kami.

"Selamat malam, gerbong 2 di kursi 4A dan 5A ya."

"Iya pak, terimakasih."

Aku tidak meneruskan pembicaraan kami. Dia menatap keluar jendela untuk banyak waktu. Sama sepertiku, melamun sepertinya.

-----

"Gerbong 2 ini.." dia membuka pembicaraan.

"...menurut saya gerbong yang paling bagus."

"Kenapa begitu?"

"Dekat dengan lokomotif. Kalau saya penjahat, sudah pasti saya duduk di gerbong ini."

Aku tertawa. Lelucon yang aneh untuk ku dengar.

"Kalau menurut saya, gerbong 5 yang paling bagus."

"Kalau itu kenapa?"

"Dekat dengan gerbong makanan."

Kami tertawa. Padahal lelucon ini tidak selucu itu. Kamu tidak pernah tertawa saat ku lontarkan lelucon ini. Tapi orang ini aneh, aku baru menyadari kalau senyumnya mempesona.

"Saya mau ambil makanan, mas nya mau ikut?" Dia menawarkan dengan santai. Aku mengiyakan ajakannya.

Kami terus bercerita di sepanjang perjalanan, sekarang aku tahu fakta kalau dia suka band rock tapi mendengarkan indie kalau sudah sore. Aku bilang aku lebih suka genre pop atau hiphop, katanya aku seperti anak 16 tahun.

Orang ini punya banyak karisma, pemberani dan menawan. Dia bilang simbolnya pasti kuda, aku bilang aku akan lebih seperti kucing.

Satu jam perjalanan tidak terasa sama sekali, aku dan orang ini seperti punya banyak sekali yang bisa dikatakan. Sekarang kami membicarakan apakah menjadi pedagang lebih baik ketimbang menjadi mahasiswa.

Mungkin aku seharusnya sadar, kalau disini tidak tepat untuk bersantai seperti itu.

-----

Aku melirik jam, sudah hampir pukul 12 malam. Banyak penumpang yang memilih untuk tidur dan beristirahat.

Kami masih berbincang - bincang, ditemani mie instan cup dan segelas teh hangat. Aku bahkan secara sukarela menceritakan keluh kesahku.

"Besok mungkin kita sampai" katanya.

"Saya juga tau sih mbak, keretanya kan akan tiba pukul 2 pagi. Itu besok kan?"

"Eh?" Dia merasa bingung tapi kemudian tertawa.

"Bukan itu maksud saya, lagunya hindia."

Dia memutar musik dari ponselnya dan memberikan earphone sebelah kanannya.

Lagu dimulai dengan lirik yang tidak biasa,

Luka silet di pipi
Sakitnya setengah mati
Kubawa bekasnya sampai mati
Setidaknya ku tak takut darah lagi

Lagu yang menarik, kupikir. 

Tapi mataku tidak bisa terlepas dari beberapa orang yang terus lalu lalang di sekitar kami.

Sepertinya dia juga menyadarinya, ada yang janggal dari mereka.

Dalam 2 menit kereta akan segera memasuki terowongan. Kurang lebih panjangnya 1 km, sebuah terowongan kuno.

Dia sedang menceritakan sejarah terowongan ini, terowongan yang akan segera kami lewati.

Masinis memberi sinyal dengan klakson kereta api, orang - orang tadi mengangkat tangan mereka dan memberi tanda.

Hoi, ini bukan permasalahan biasa.

Kereta pun memasuki terowongan gelap.

Besok Mungkin Kita SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang