Part 6 | Koma

671 611 368
                                    

- Don't be a dark reader! -

- - -

"Jika aku tau semua ini akan terjadi, sedikitpun aku tidak akan pernah melepas pandanganku dari mu."

- Vania Larissa Adelard -

- - -

| Happy reading

Sudah sejak tadi, Vina tak henti-hentinya menangis. Meskipun Bima sudah mencoba berkali-kali untuk menenangkannya.

"Lo harus tenang, Vin. Lo gak boleh kek gini!"

"Gimana gue bisa tenang, Bim?! Dokter bilang Vano koma! Lo gak denger tadi huh?!"

Beberapa jam yang lalu, usai menjalankan operasi, Vano memang dinyatakan koma oleh dokter akibat mengalami pendarahan otak saat operasi masih berjalan. Dan kini, laki-laki itu sudah dipindahkan ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif.

"Bima."

"Iya, om?" Andreas yang baru saja keluar dari ruangan Vano menghampiri mereka berdua.

"Lebih baik kamu bawa dia pulang. Seharian ini om terus melihatnya menangis. Dia butuh istirahat. Lagipula kalian ke sini kan tanpa memberitahu orang tua kalian. Mereka pasti khawatir dan saat ini tengah mencari kalian."

Bima yang mengangguk dan menyetujui ucapan Andreas segera mengajak Vina untuk pulang.

"Baik om. Kalau begitu kami-"

"Enggak! Saya mau nemenin Vano disini. Biarin saya disini, om. Saya gak mau pulang." Vina menjauhkan dirinya dari Bima dan berlutut dihadapan Andreas.

"Saya gak mau pulang. Biarkan saya disini, om. Saya mau nemenin Vano. Nanti Vano gak ada yang jagain."

Andreas ikut berlutut dihadapan Vina. Gadis itu benar-benar terlihat kacau saat ini. Matanya pun sembab dikarenakan menangis seharian.

"Dengar. Kamu harus pulang. Orang tua kamu di rumah pasti tengah nyariin kamu. Lagipula, masih ada om yang bakalan jagain Vano. Besok kamu bisa datang lagi ke sini."

Andreas mengusap kepala Vina dengan lembut, lalu menghapus air matanya. Sudah sangat lama ia menantikan seorang anak perempuan, tapi yang maha kuasa tak kunjung memberikannya. Bahkan, sampai ia sudah berpisah dengan istrinya.

"Sekarang pulang yah? Besok kamu bisa kesini lagi untuk menjenguk Vano."

Vina masih tak rela jika harus meninggalkan Vano sendiri. Meskipun sebenarnya, masih ada Andreas yang akan menjaganya di rumah sakit.

"Bima, antar dia pulang."

"Ayo Vin." Bima merangkul pundak Vina dan menuntun gadis itu untuk berjalan. Sambil berjalan, Vina terus saja memperhatikan pintu ruangan dimana Vano dirawat.

"Sebentar." Vina melepaskan rangkulan Bima sambil menghapus air matanya. Lalu ia berlari kecil menghampiri Andreas yang hendak masuk kedalam ruangan Vano.

"Om, saya mau lihat keadaan Vano sebentar saja. Boleh kan?" Andreas tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

Begitu mendapat izin dari Andreas, Vina segera bergegas masuk, tentunya setelah ia mengucapkan kata terimakasih.

Melangkahkan kakinya masuk, Vina disambut oleh suara mesin monitor yang memperlihatkan kondisi detak jantung, tekanan darah, serta kadar oksigen dalam darah Vano.

Dan sesampainya didalam ruang ICU, Vina melihat Vano yang terbaring lemah diatas hospital bed dengan banyaknya alat yang menyelimuti tubuhnya. Termasuk, Ventilator yang terpasang sempurna di hidung laki-laki itu.

GeovanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang