"Gue kangen banget nih sama lo. Lo kapan balik ke sini sih?"
"Gue juga kangen kok. Secepatnya begitu gue dapat izin dari Bokap gue langsung ambil flight tercepat ke sana"
"Gue tungguin loh. Jangan PHP. Pokoknya ntar kalo lo udah disini kita makan bareng lagi, jalan-jalan lagi."
"Iya iyaa. See you soon ya Bagas"
====
Ditengah hiruk pikuk bandara pagi itu, seorang pegawai bandara menghampiri seorang gadis di salah satu café yg ada di dalam bandara.
"Udah lama nunggu, Rhe?" gadis itu langsung berdiri dan memberi salam pada pria yang kira kira 12 tahun lebih tua darinya
"Belum kok, Pak. Baru 10 menit tadi ditemenin Papa juga. Tapi Papanya udah pergi duluan, ada rapat penting soalnya."
Jelas gadis itu.
"Ya udah kalo gitu langsung aja saya antar ke Gate sekarang ya"
Rhea Anggina, setelah satu tahun tinggal bersama orang tuanya, akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota perantauan. Dari sekian banyak alasan keberangkatannya, satu hal yang pasti adalah kerinduannya akan satu sosok yang selalu memberi kenyamanan di titik terendahnya dan selalu menemaninya, Bagas Aditama.
Setelah 6 jam Penerbangan, akhirnya gadis itu sampai di kota tujuan. Setelah mengambil semua barangnya dari bagasi, dia bergegas keluar sambil berusaha menghubungi seseorang.
"Bagas, lo dimana? Gue udah nyampe nih. Kalo belum di Bandara biar gue makan dulu nih di Mcd." gadis itu langsung berbicara panjang lebar, begitu tau panggilan nya di angkat. Tapi ternyata jawaban yang di dapatnya malah membuat nya diam.
"Aduh, Rhe maaf banget. Gue lagi sibuk banget, jadi nggak bisa jemput. Ini mendadak banget soalnya. Sendiri dulu ya. Ntar kalo urusan gue udah kelar gue langsung ke tempat lo kok." gadis itu hanya menghela nafas pelan dan berusaha tersenyum tipis walau yang di seberang sana tidak dapat melihatnya.
"Okay deh kalo gitu. Semangat ngerjain apapun yang lo lakuin sekarang. See you soon"
Walaupun sudah sangat lapar dan sedikit lemas, gadis itu akhirnya memutuskan untuk langsung kembali ke apartemennya dengan taksi. Dia seakan kehilangan nafsu makannya, karena bayangan dia akan makan ditemani Bagas yang sejak sejam lalu ada dipikirannya harus tetap menjadi bayangan saja. Sepanjang perjalanan, sekitar 20 menit itu, gadis itu masih merasa agak kecewa, karena dia berharap disambut dengan pelukan sahabatnya itu saat keluar dari bandara. Tapi Rhea berusaha menghibur dirinya dengan pemikiran bahwa akan ada banyak hari lain yang bisa dihabiskan dengan Bagas, karena yang terpenting dirinya sudah disini.
Begitu sampai di apartemennya gadis itu tidak bisa langsung beristirahat. Kondisi tempat tinggal yang sudah tidak di huni selama setahun itu memang tidak berantakan malah terbilang sangat rapi, namun debu yang sudah tebal dan udara pengap karena tidak adanya sirkulasi udara yang baik selama ditinggal membuat gadis dengan masalah saluran pernapasan itu tidak bisa abai dan harus membersihkan tempat itu, setidaknya pada tempat- tempat yang akan digunakannya seperti kamar tidur, dapur, kamar mandi dan ruang tengah. Selesai dengan kegiatan bersih-bersihnya, gadis itu langsung bergegas mandi karena merasa sangat gerah. Ponsel pintar yang sedang diisi dayanya tiba-tiba bergetar beberapa kali tanpa disadari sang pemilik yang baru saja keluar dari kamar mandi dan kini tengah sibuk memilih baju yang nyaman. Setelahnya Rhea langsung membaringkan dirinya di tempat tidur hingga ia terlelap.
Pesan yang masuk ke smartphone Rhea
Unknown Numbers
Halo Rhea, Ini Tante Dila, mamanya Edo dan Esa. Masih inget ga?
Tante dapat kabar dari Yosi, kamu satu universitas sama Esa. Kalo kamu baca pesan ini hubungin tante ya
--------
Setelah terbangun karena suara alarm yang cukup bising, gadis yang tadi bergelung di bawah selimut abu-abu yang tebal itu akhirnya menurunkan selimut itu sampai sebatas lehernya. Ia melihat jam digital di nakas yang menunjukan waktu 4.15 dini hari, menghela nafasnya berat lalu menatap langit langit kamar nya dengan pikiran yang mulai penuh dengan hal-hal random hingga akhirnya kedua matanya mulai mengeluarkan tetesan air mata.
"Nggak, Rhea. Lo Ga boleh cengeng. Jangan pikirin hal-hal itu" tegasnya pada diri sendiri. Belakangan ini tidak peduli seberapa keras dia mencoba menghilangkan pikiran buruk yang datang padanya, mencari distraksi atas segala permasalahannya, semuanya seperti sia-sia. Dia malah merasa semakin kehilangan dirinya. Merasa bahwa semua yang terjadi adalah salah dan itu karena dirinya. Setelah berhasil menyadarkan dirinya bahwa ada banyak hal yang harus di kerjakan hari ini, gadis itu bangkit dan langsung merapikan tempat tidurnya, setelah itu ia bergegas memeriksa ponsel pintar di atas meja belajar dan mencabut kabel pengisi dayanya. Dahinya mengkerut melihat ada pesan dari nomor yang tidak di kenal. Ia lekas membukanya dan menghela nafas ketika membaca pesan yang ternyata dari Dila, ibunya Mahesa.
Mahesa adalah sepupu dari Yosi, seorang pilot muda yang keluarganya dulu pernah mengasuh Rhea saat kecil ketika orang tua gadis itu harus bertugas ke tempat terpencil selama beberapa tahun. Melihat isi pesan Dila Rhea merasa sudah tahu apa yang akan disampaikan Ibu yang sangat modern dan baik hati itu kepada nya. Pasti meminta untuk bisa memperhatikan Esa atau hal-hal semacamnya. Dia langsung membalas pesan tersebut. Yang ternyata langsung di balas. dan benar tebakannya.
Dia sebenarnya sudah bertemu dan sempat berbincang. Sayangnya ternyata Esa dewasa terlihat masih membenci Rhea karena kejadian di masa lalu yang menurutnya sangat sepele. Itulah mengapa sejak pertemuan pertama mereka di waktu ospek kampus baik Esa dan Rhea memilih untuk saling mengabaikan seolah tidak saling mengenal walaupun mereka terbilang cukup sering bertemu di tongkrongan. Esa bahkan tau dan mengenal beberapa teman Rhea.
Gadis itu pada akhirnya membalas pesan Dila dengan basa basi seolah mengiyakan segala perkataan Ibu dua anak itu. Setelah percakapan itu berakhir ia bergegas membersihkan lagi bagian apartemen yang belum disentuhnya kemarin, sarapan, dan setelahnya mandi. Siapa tau tiba-tiba Bagas datang walaupun nyatanya hingga matahari kembali tenggelam pria itu tidak datang dan bahkan tidak memberi kabar apapun.