Begitulah kira-kira lantunan lagu I'm so tired.... Dari Lauv yang bergema di café yang malam itu cukup ramai oleh kalangan mahasiswa, di antaranya adalah Mahesa Adrianda yang duduk di salah satu sudut café yang agak tertutup oleh dinding pemisah. Ia menikmati sebatang nikotin sambil memandang keluar melalui kaca besar disampingnya. Biasanya dia kesini bersama Dahlia gebetannya dan juga teman-temannya, kali ini dia sendiri. sebenarnya tidak sendirian juga karena tidak lama orang yang ditunggunya sejak 10 menit yang lalu akhirnya datang. Gadis yang terlihat lesu masuk ke café disambut ramah oleh kasir dan kini sudah duduk dihadapannya.
"Hai, Esa" Esa langsung mematikan rokok, menekan ujungnya ke asbak sambil tersenyum miring.
"Ga usah basa basi Rhe. Bilang aja mau lo apa" kalimat yang membuat Rhea mengerutkan dahinya bingung.
"Maksud lo apa ya? Yang ngajak gue ketemuan jam 10 malem kan lo. Gue ga merasa punya sesuatu buat diomongin ke elu. Apalagi kita selama ini saling nyapa pun engga." jawab Rhea berusaha tenang walaupun dia sudah mulai kesal.
"Lo ngasih tau nyokap gue kita satu uni kan? Ngapain coba? Mau cari muka lagi lo kayak dulu?" gadis itu malah tertawa.
"Ya ampun, Mahesa Adriandra, ternyata elu yang pikirannya dari dulu nggak berubah ya. Kekanak-kanakan banget. Ngapain coba gue tiba-tiba ngasih tau Tante Dila padahal kita udah hampir 2 tahun kayak gini. Ketemu kayak orang ga kenal. Ga ada untungnya buat gue, malah ngerepotin. Gue disuruh jagain bayi besar kesayangan keluarga Adriandra."
"Heh!! Lo jangan lupa Rhe, dulu yang ngebet deket-deket ke gue padahal gue risih banget siapa? Lo kan."
"Esa.... Esa, gue juga dulu kayak gitu gara-gara bang Yosi yang suruh dan buat jaga image pastinya, lagian kita masih anak-anak waktu itu. Mending lo tanya dari siapa Tante Dila tau kita satu uni. Protes ke Bang Yosi tuh. Gue juga ga ngerti ngapain Bang Yosi ngasih tau nyokap lo soal ini. Apa dia tau lo bebas banget di sini atau lu emang bandel gue ga tau dan ga mau tau juga."
"Jadi sekarang gimana? Lo disuruh laporan ke nyokap lagi kan?" tanya esa mencoba bernegosiasi.
"Ya, gue juga ga mau ribet sih. Kalo mau gampang, ya lo jangan susah gue hubungin aja, biar bisa ngakalin kalo Tante Dila minta kabar atau apa karena gue ga mau buntutin lo. Terus lo kabarin aja gue kalo ada apa-apa. Karena gue juga ga mau kena masalah kalo ga nurutin nyokap lo, ntar gue malah dilaporin ke bokap gue." Esa berpikir sejenak dan akhirnya menghela nafas kasar.
"Okay . Lagian juga kita satu tongkrongan, jadi kalo soal laporan gitu masih gampang. Tapi, lo jangan sok ngadu kelakuan jelek gue, apalagi soal gue ngerokok ke nyokap atau bang Yosi juga jangan. Awas aja lo."
"Iya tenang aja. Gue orangnya ga bocor kok lagian gue bukan orang yang bener banget sampe harus ngadu-ngadu gitu."
"okey berarti kita deal ya?" Esa mengulurkan tangannya. Rhea pura-pura berpikir namun tak lama langsung menjabat tangan Esa.
"Deal." ketika jabatan tangan mereka terlepas kasir yang tadi menyapa Rhea datang dan meletakkan Segelas Iced Matcha Latte di depan gadis itu.
"Gue ga mesen Bas." Rhea mengenal Bastara karena mereka teman sekelas. Bastara orang yang kelihatan kaku dan pemalu tapi sangat ramah dan baik.
"Gapapa, Rhe. Muka lu tadi kusut banget. Makanya gue minta bang Leo buatin. Tenang aja gratis kok." Pria dengan kaos hitam dan apron senada itu hanya tersenyum. Saat mendengar protes Rhea.
"Gue duluan ya bro. Ini cewe pendiem tapi kalo ngomel rada bikin sakit kuping soalnya" ucapan Bastara membuat yang dimaksud bangkit dari duduknya sambil menunjukan kepalan tangannya hingga dia dengan cepat mengambil langkah menjauh kembali ke belakang meja kasir.
Sementara, Esa hanya tersenyum melihat kelakuan mereka.
Rhea setelah itu sibuk menghabiskan minumannya sambil memeriksa beberapa akun sosial media miliknya, ketika ia sadar laki-laki di depannya mengetuk pemantik berwarna putih kemeja.
"Lo ga balik?" tanya gadis itu.
"Kosan lagi rame keluarga maba, males gue di ajak ngomong sm bapak atau ibu mereka." jelas esa yang disambut anggukan oleh Rhea.
"Tapi lo gapapa kan gue disini, sambil ngabisin ini atau gue perlu pindah?" tanya Rhea karena ia takut membuat Esa tidak nyaman.
"Ya gapapa. Justru gue yang mau nanya gue gapapa kan ngerokok disini?"
"Santai aja. Lo inget emang Samuel, Bagas, atau temen temen gue yang biasa gimana? Mereka tetep ngerokok kalo nongkrong ada gue"
"Benar juga" gumam Esa.
Setelahnya dimulailah percakapan mereka tentang hal-hal acak yang terjadi di kota rantau ini.
Bersamaan dengan Esa yang memadamkan rokok yang sedari tadi dihisapnya, Rhea bangkit dari duduknya.
"Gue balik duluan ya, Sa." pamit gadis itu
"Eh bentar. Bareng aja. Gue juga mau balik"
"Ihh, gak usah tau. Apart gue deket kok"
"Ikut aja lah Rhe. Apa kata temen lo yang tadi kalo lo pulang sendiri tengah malem gini. Bisa rusak image gue ntar."
Rhea berdecak, ia tidak begitu yakin namun akhirnya mengiyakan tawaran Mahesa. Lagipula dia bisa sampai lebih cepat di apartemennya.
-----
"Lo seriusan jalan kaki tadi ke cafe?" tanya Mahesa ketika Rhea turun dari motornya.
"Ya serius. Deket kan." pria itu mau tidak percaya tapi ini Rhea.
"Ini lumayan jauh woi. Mana tadi lo nyampenya lumayan cepet"
"Nah ini... lo sepele sama gue. Ups lupa kan lo dari dulu emang suka nganggep gue remeh." ujar gadis itu yang membuat raut wajah Mahesa kecut.
"Udahlah. Makin lama gue di sini yang ada malah ribut kita. Gue balik ya."
"Iya. By the way, makasih ya udah nganterin gue balik" ujar Rhea yang dibalas dengan anggukan oleh Mahesa sambil kembali memakai helm yang sempat dilepasnya dan langsung melajukan motornya.
Setelah Mahesa dan motornya menghilang dari pandangan barulah Rhea masuk ke lobby apartemennya sambil menghela nafas ketika mengingat bahwa orang yang ditunggunya sejak kemarin sedang asik mengobrol dengan seorang gadis cantik di cafe tadi sampai tidak menyadari sama sekali kehadirannya. Perjalanan menuju unit apartemennya ia terus bergelut dengan pikirannya. Apa mungkin dia cemburu? Kalaupun iya apa haknya? Toh dirinya dan Bagas hanya bersahabat. Setidaknya itu yang orang-orang tau.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.