Sudah sebulan lebih Rhea dan Mahesa menjalankan perjanjian yang mereka buat. Tanpa Esa sadari dia jadi lebih dekat dengan Rhea. Dia juga jadi sadar kalau Rhea bukanlah seperti yang dipikirkannya selama ini. Dia sering meminta Rhea menemaninya untuk belanja keperluannya. Mahesa merasa Rhea itu seperti Ibunya, tidak terlalu cerewet, perhatian, dan tidak terlalu kaku. Dia juga sering menawarkan mengantar Rhea jika dia harus bepergian, walaupun selalu ditolak oleh gadis itu dengan alasan tidak ingin merepotkan dan takut proses pendekatan Mahesa dengan Dahlia, gebetannya itu malah gagal. Padahal Dahlia bukan tipe orang yang pencemburu dan bersumbu pendek.
Hari ini Mahesa datang ke café bersama teman-temannya, seperti biasa dia memberi kabar pada Rhea melalui chat.
Gue di Café ya, Rhe
Kayaknya ntar balik jam 1an
Rhea Anggina
Eh iya gue di café juga kok di meja kita waktu itu
Cewe lo mana btw?
Cewe gue darimana?
Orang belum jadian
Rhea Anggina
Lah kok?
Belom yakin mau pacaran lagi doi
Kok malah curhat sih gue...
Rhea Anggina
Ohhh
Yang sabar ya, gue liat2 demen kok dia ke elu
Gapapa kali wkwkwk
gue harus bilang makasih atau gimana nih
Rhea Anggina
hmmmm
Mahesa mengalihkan pandangannya untuk menemukan Rhea di tempat yang dimaksud gadis itu. Dia melihat gadis itu memandang ke arah luar melalui Kaca besar disampingnya, ekspresi gadis itu berubah lesu dan sedih. Hal itu membuat Esa mengikuti pandangan gadis itu dan menemukan Bagas dan seorang gadis yang tidak familiar bergandengan tangan memasuki café dan berakhir duduk di meja yang berada tepat di sebelah mejanya dan teman-temannya.
"Eh, Bang Bagas. Makin nempel aja nih sama si kakak cantik." seru Raihan yang dibalas dengan senyuman malu oleh gadis dengan rambut sebahu yang bernama Janitra itu.
"Berisik banget sih lu" protes Mahesa pada Raihan yang suaranya begitu keras terdengar di telinganya tadi.
"Ya maap. Abis mereka cocok banget sih. Demen gue ngeliatnya." Mahesa hanya menatap Raihan kesal lalu kembali memandang Rhea yang terlihat sedikit gelisah. Awalnya Esa ingin abai tapi ketika gadis itu mulai menunduk sambil memukul dadanya ia jadi sedikit khawatir.
"Guys, gue nyamperin bu boss dulu ya" pamitnya pada Raihan dan teman-temannya yang ada disana.
"Lah balik dong lo?" tanya Willy si gondrong
"Nggak kok. Di ujung tuh anaknya. Sakit kayaknya" kata Esa lalu segera menghampiri Rhea.
"Lu kenapa?" tanyanya melihat gadis itu masih menunduk dan menghembuskan nafas kasar beberapa kali.
"Nggak. Gue gapapa" namun perkataan gadis itu tidak sesuai dengan keadaannya sekarang. Esa duduk di tempat kosong di sebelah gadis itu, memegang bahu yang tertutup surai panjang berwarna coklat tua itu, dia dapat merasakan gadis itu bergetar dan jadi sedikit panik.
"Hey...."
"Rhea," tiba-tiba gadis itu menggenggam tangan Esa kuat. Telapak tangannya dingin dan sedikit basah karena keringat.