Haruto menunggu kedatangan pak Mois, sarapan kali ini terasa amat berbeda—ia terpaksa memakan roti tawar dengan selai strawberry, Yoshi menemani Junghwan di rumah sakit semalam. Sedangkan Hyunsuk sibuk membereskan barang-barang Asahi, kemungkinan Asahi sudah boleh pulang nanti malam, itupun harus tetap memakai infus.Haruto kepikiran lagi, sudah sepuluh hari, kasus penculikan Mashiho belum juga tuntas. Haruto berharap kasus ini tak akan seperti kasus kematian orang tuanya yang tak kunjung dapat jawaban—keluarganya benar-benar kacau, luka di hatinya belum tertutup setelah kematian orang tua, lalu berselang dua bulan Mashiho dinyatakan hilang, dan sekarang? Junghwan dalam perawatan, jika yang dikatakan Detektif Jihoon benar Junghwan akan mengalami gangguan kejiwaan lalu apa kata teman-temannya di sekolah? Hal itu lebih mengerikan ketimbang luka sayatan di tangan.
Mobil yang ditunggu akhirnya muncul juga, dengan langkah yang biasa saja, Haruto kemudian masuk kedalam mobil. Tak ada percakapan, masing-masing saling diam—hingga tak terasa mobil melaju dengan kecepatan sedang, berkisar dua puluh menit, mobil itu berhenti. Haruto kemudian mengucapkan terima kasih kepada pak Mois, kemudian ia langsung masuk ke gerbang sekolah.
"Haruto!" Panggil seseorang datang dari samping, Haruto menoleh sebentar, melihat wanita berambut panjang itu berjalan dengan langkah cepat.
"Bagaimana kondisi Junghwan?" Tanya wanita itu sesampainya berhadapan dengan Haruto.
"Lengan kirinya patah, dan lebih buruk lagi ia akan mengalami gangguan kejiwaan sementara." jawab Haruto sekenanya, mereka berdua kini melangkah menaiki tangga.
"Malang sekali, aku berharap kalian kuat menghadapi ini." tangkas Amelia Earhart sambil menatap manik mata Haruto sebentar.
"Semoga saja, terima kasih sudah mengkhawatirkan Junghwan." tukas Haruto sambil melempar senyum, dan Amelia Earhart mengangguk lalu pergi karena kelas mereka berbeda namun masih di lantai yang sama.
Haruto melanjutkan langkahnya, yaitu masuk ke dalam kelas. Haruto meletakkan tasnya kemudian ia membenamkan wajahnya diantara lipatan tangannya, di pojok kelas—beberapa temannya mulai bergosip yang sudah membosankan bagi Haruto.
"Bukankah mereka itu keluarga yang sombong? Dan sekarang lihat saja! Setelah orang tuanya mati di bunuh mereka jatuh miskin, sangat mengibakan." Haruto hanya terus menerus menyembunyikan emosinya ketika teman sekelasnya bergunjing tentang keluarganya.
Haruto tahu betul bagaimana keluarganya, mendiang ayah dan ibu bukan orang yang sombong—pasti ada orang lain yang mengatakan tentang keluarganya yang mengada-ada, mulut para penggosip terkadang selalu punya bumbu khas dari mereka. Entah ditambah dengan berita yang akurat atau mungkin ditambah dengan berita yang dibuat-buat, lalu berita mulai menjalar dari mulut ke mulut hingga berita itu bisa saja menyudutkan keluarga Hamada.
"Tetangga ku bilang; keluarga Hamada itu adalah keluarga yang terkutuk, kalian sudah pasti tahu kan? Kalau kakaknya itu di culik, dan lebih parahnya lagi kakaknya sendiri yang memukul dirinya sendiri, bukankah itu masuk akal? Mana mungkin kakaknya diculik, aku berasumsi mungkin saja si Mashiho bersembunyi karena merasa malu mengetahui penyebab kematian orang tuanya." anak laki-laki dan perempuan itu menyatu untuk membicarakan keluarganya, di pojok kelas sana, mata mereka tak lepas melihat ke arah Haruto—seperti sengaja supaya Haruto marah terhadap mereka.
Haruto mengepalkan tangannya, telinganya mulai panas jika terus mendengar orang-orang itu membicarakan tentang keluarganya yang belum tentu ada benarnya, Haruto menyandarkan dirinya, matanya menghunus kepada anak laki-laki dan perempuan yang menyatu di pojokan kelas itu.
"Kalian bisa diam? Kalau kau tak tahu menahu tentang keluarga ku, tak perlu membicarakan yang bukan-bukan." tangkas Haruto.
Anak-anak dipojokkan kelas itu saling melirik lalu tertawa bersama tanpa sebab, "Apa? Kau meminta kami untuk diam? Hahaha lucu sekali, kenapa kami harus diam jika berita itu memang ada benarnya, bukan begitu?" Anak laki-laki bermulut lemas itu menatap manik mata Haruto yang mulai berair.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMADA (Ruang Tengah)
Mystery / ThrillerKematian kedua orang tua keluarga Hamada menjadi awal dari sebuah petaka, pembunuhan berencana yang menewaskan Ericsson dan Jung-Eomi. Penculikan Mashiho, kasus percobaan pembunuhan terhadap Junghwan dan Haruto yang dikucilkan. Hyunsuk dan Yoshi...