39. KECELAKAAN

2.6K 350 135
                                    

39. KECELAKAAN

"Mereka ngapain di sini?" gumam Arfiza yang masih dapat didengar oleh Alvan. Arfiza melirik Alvan sejenak, "Yuk samperin,"

Arfiza melangkah mendekati Utara dan Syerla, diikuti oleh Alvan yang masih setia terdiam. Saat sudah dekat, langkah Arfiza terhenti begitu pun Alvan saat mendengar pembicaraan Utara dan Syerla yang sudah melepas pelukan mereka.

"Sayang, jangan nangis lagi, ya? Alvan emang nggak pantas buat kamu. Aku yang pantas. Lagi pula, aku nggak ada rasa sama sekali dengan Arfiza, aku sukanya sama kamu semenjak kamu sama Alvan. Aku pura-pura baik ke Arfiza untuk ngerencanain balas dendam yang pernah aku bilang. Kamu percaya 'kan sama aku?" ujar Utara sambil mengelus pipi Syerla membuat gadis itu tersenyum.

Sementara Arfiza dan Alvan sudah mematung di tempat. Bagai di sambar petir, perasaan Arfiza benar-benar hancur. Air matanya meluruh begitu saja. Ia menemui Utara dan Syerla, Alvan menyusulnya.

"Utara..." panggil Arfiza lemah. Utara dan Syerla yang tadinya saling menatap sambil tersenyum kini reflek berdiri dengan wajah panik dan terkejut.

Syerla yang tadinya panik, merubah ekspresi menjadi tersenyum kala kedatangan Alvan di samping Arfiza. Gadis itu segera menggandeng tangan Utara sambil tersenyum cerah.

"Udah dari tadi, ya? Pasti udah denger semua yang Utara ucapin 'kan? Jadi, nggak perlu penjelasan lagi deh," ucap Syerla dengan senyuman mengejek Arfiza. Ia menatap kepalan tangan Alvan.

"Tar ..." Lirih Arfiza sambil menatap Utara. Utara berdehem, kemudian menatap Syerla. Senyumannya mengembang begitu saja, kemudian ia menatap Arfiza kembali.

"Seperti yang lo dengar, dan nggak ada yang salah sama sekali dengan apa yang gue ucapin. Arfiza, sekarang lo udah tau semuanya. Jadi, lo maunya gimana? Cerai?"

Arfiza terbelalak. Begitu pun Alvan, lelaki itu maju di depan Arfiza. "Tar, nggak lucu."

Utara terkekeh remeh. "Gue nggak lagi bercanda, Van. Jelas lah nggak lucu,"

"Lo—"

Ucapan Alvan terpotong kala Arfiza berdiri di depannya. Gadis itu menatap Utara dengan tatapan lemah. Napasnya terdengar sangat berat.

"U—utara, aku salah apa? Kenapa kamu perlakuin aku begini?"

"Heh. Pake nanya lagi? Sadar, Za. Lo dulu yang bikin gue trauma, bener-bener trauma sampe sekarang. Nggak sadar sama kesalahan lo sendiri?" balas Utara dengan pertanyaan pula.

"J—jadi kamu nggak bener-bener sayang sama aku? Perkataan cinta kamu itu.."

"Ya, ya. Gue cuma sandiwara. Ngerti nggak sih? Gue cuma balas dendam. Orang yang bener-bener gue cintai itu Syerla, cuma Syerla. Lo nggak usah berharap. Mantan pembuli kayak lo nggak pantes dicintai,"

Bagai disambar petir berkali-kali, rasanya nyawa Arfiza seperti diangkat begitu saja, tapi ia tetap dipaksa untuk membuka mata dan berdiri tegak, walau tubuhnya sudah melemas. Gadis itu berjalan mundur perlahan, 5 langkah mundur, ia lalu berlari keluar cafe dengan tangis yang ia bawa.

Alvan tertinggal di sana, ia menatap Utara dan Syerla dengan tampang jijik. Jarang sekali, biasanya Alvan hanya berekspresi datar.

"Kalian benar-benar menjijikkan. Lebih dari sampah." ucap Alvan lalu melangkah pergi dari sana menyusul Arfiza.

Di sisi Arfiza, gadis itu berjalan di jalanan yang lumayan ramai dengan air mata meluruh, tatapannya kosong, ia tengah membayangkan masa-masa indah dengan Utara. Ucapan sayang Utara bersahut-sahutan di kepala Arfiza dengan ucapan pedas Utara padanya tadi. Karna melamun bagai tidak sadar, Arfiza berjalan di tengah jalan.

UTAFIZA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang