Happy reading! Jangan lupa vote dan komen, karena itu membangun aku untuk cepat update~~~
.
Dini hari Natta baru pulang. Tepat pukul tiga pagi Natta menginjakkan lantai rumahnya, untung saja Pak Seto satpam rumahnya tertidur pulas. Ia sehening mungkin untuk membuka pintu gerbang kemudian memasuki rumah dengan langkah ringan layaknya seorang maling. Untung saja semalam Natta pergi tidak membawa motor ataupun mobil, dan tadi sahabatnya Jonathan mau mengantarnya pulang.
Sebenarnya Natta tidak tahu harus bersyukur atau tidak mengenai pak Seto yang ketiduran. Bersyukurnya karena pak Seto tidak mendapati Natta pulang larut malam, biasanya papahnya ini akan selalu bertanya mengenai jam kepulangannya pada beliau dan pak Seto tidak perlu berpikir panjang untuk langsung melaporkan pada papahnya. Dan untuk unsur tidak bersyukurnya, satpam rumahnya itu ketiduran artinya dia kerja makan gaji buta. Harusnya pak Seto melek dan membuka matanya lebar-lebar untuk menjaga rumah agar tidak ada maling yang masuk. Eh dianya malah ketiduran.
Karena sudah biasa Natta pulang layaknya seorang maling. Natta tahu betul pintu utama sudah pasti terkunci. Mbak Rina, pembantu di rumah pasti sudah menguncinya apalagi ini jam tiga pagi. Sudah pasti 💯 deh Natta jamin.
Untuk itu sekarang Natta berjalan menuju samping rumah. Dimana terdapat jendela penghubung antara kolam renang dan dapur, jendela itu rusak karena dulu Natta yang membobolnya dengan cangkul di kebun tepat halaman rumah. Natta biasanya masuk lewat sana. Alhamdulillah-nya jendela itu belum pernah terjamah oleh papahnya.
“Aden pulang telat lagi?”
Astaghfirullah.
Natta mengelus dadanya. Mbah Sunari, pengasuh adik angkatnya itu tengah berdiri di samping meja makan. Rambut panjangnya yang sudah memutih itu tidak digelung seperti biasanya. Hal itu membuat Natta terkejut bukan main, karena jujur saja penampilan mbah Sunari sekarang ini seperti nenek gayung, tokoh film horor yang dulu Natta pernah tonton. Kurang gayungnya saja.
“Aden dari mana aja, kok jam segini baru pulang?” mbah Sunari bertanya kembali. Sebutan Aden memang sudah biasa di dengar oleh Natta, awalnya memang keluarga memanggilnya Aden karena berdasarkan nama depan Natta yaitu Adenatta. Selain itu dari Natta kecil mbah Sunari memang biasa memanggilnya dengan sebutan itu.
Natta tersenyum manis, kemudian pemuda itu mendekat pada mbah Sunari mencium punggung tangan pengasuhnya itu ketika kecil yang sudah ia anggap seperti nenek Natta sendiri. Dulu sekali Bunda itu terbilang sibuk. Natta tahu persis bundanya itu bekerja sebagai dosen di salah satu universitas terkenal di semarang. Karena tidak ingin anaknya terlantar jadilah mbah Sunari yang mengasuh Natta jika bunda sedang pergi atau ada urusan. Tapi walaupun sibuk, bunda tidak pernah melupakan untuk memberikan kasih sayang dan pelajaran hidup untuk Natta. Contohnya seperti ini, bunda mewajibkan anaknya untuk mencium punggung tangan kepada orang yang lebih tua darinya.
“Natta tadi habis kumpul sama teman mbah, biasa anak muda.” Jawab Natta seadanya. Tapi memang benar kok, setelah urusan di rumah sakit tadi ia kumpul bersama kawan-kawannya.
Mbah Sunari mengangguk, perempuan itu mengambil air putih dengan cangkir biru kemudian di berikan kepada anak majikannya itu.
"Ngga aneh-aneh kan.”
“Engga mbah. Cuma kumpul kok.”
“Ingat kata bunda, hidup itu sekali jadi jangan sia-siakan hidup kamu dengan hal yang ga berguna atau berbau negatif. Narkoba, minuman keras, pergaulan bebas. Bunda-mu pasti sedih kalau anak gantengnya terjerumus.”
Natta menggeleng, “Natta masih sadar dan tahu betul baik sama enggaknya itu. Mbah juga udah tahu, temen-temen Natta itu baik semua. Kan udah sering main kesini.” ucap Natta diakhiri senyuman manis agar mbah percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERINDU
FanficSetiap yang bernyawa pasti akan mati. Dimulai dengan pertemuan pasti adakalanya juga di akhiri dengan perpisahan. Hidup itu juga tidak selalu bahagia dan tersenyum, tentu ada sebuah rintangan perjuangan hingga muncul rasa sedih, lelah dan menyebalka...