Negeri tempatku tinggal terjebak dalam sebuah kutukan musim dingin abadi. Sejauh mata memandang, yang terlihat hanyalah hamparan putih salju yang depresif. Serta suhu dingin yang menusuk tulang. Penyebabnya karena Ras Winteria enggan melakukan ritual yang seharusnya mereka lakukan.
"Kau, sebagai Jiwa Yang Terpilih dari Ras Summerian, aku perintahkan untuk pergi ke Desa Winteria dan mencari cara untuk melepaskan kutukan ini."
Perkataan Raja kembali terngiang, membuatku menggeram kesal. Seakan takdirku tak cukup buruk, Raja malah membebankan masalah negara padaku. Meski aku Jiwa Yang Terpilih, tapi aku sama sekali tak memiliki kemampuan bertahan hidup. Bagaimana jika aku mati sia-sia sebelum waktunya? Perjalanan ini pasti berbahaya, mengingat tempat itu dikelilingi hutan berkabut. Paling tidak, seharusnya kerajaan memberikan aku satu ksatria untuk mengawalku.
Langit yang menggelap membuatku memutuskan untuk berhenti dan menyalakan api. Semakin dalam aku memasuki hutan, semakin dingin pula suhunya. Jika aku manusia biasa, aku pasti sudah membeku.
Haaah, alih-alih berada di depan perapian, aku malah terperangkap di antah-berantah. Sial.
Fokusku teralihkan ketika mendengar suara langkah kaki mendekat. Ketika sosok itu cukup dekat untuk kuperhatikan, aku terpana. Seorang pria muda tampan dengan rambut pirang pucat, kulit seputih salju, serta manik perak yang membuatku merinding.
Pria itu tersenyum timpang. "Melihat dari reaksimu, sepertinya ini pertama kalinya kau melihat Ras Winteria," ucapnya menyadari keterkejutanku. Bagaimana tidak, Ras Winteria tak pernah terlihat lagi sejak musim dingin ini dimulai beberapa tahun lalu.
"Aku boleh bergabung denganmu?" Namun tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menaruh pantatnya di dekatku. Pandangan sendunya menatap api yang menari-nari. "Maaf. Karena rasku, negara kita membeku dan tak ada jiwa baru yang lahir," katanya lagi.
"Kenapa kalian melakukan itu?"
Ia terdiam, terlihat sedikit ragu. "Jiwa Yang Terpilih kali ini merupakan anak Kepala Desa."
Apa?! Hanya karena itu, mereka tidak kunjung menjalankan ritual pergantian musim? Aku tidak habis pikir! Bagaimana bisa mengorbankan nyawa satu negara hanya karena sebuah jiwa yang memang ditakdirkan untuk diserahkan? Gara-gara itu, bangsa kami berada di ambang kepunahan!
"Aku tahu seharusnya aku lebih cepat bertindak. Maaf," bisiknya penuh penyesalan. Mataku memandangnya, menyadari maksud ucapannya.
Dialah Jiwa Yang Terpilih dari Ras Winteria. Takdir kami sama.
Selanjutnya, aku menyadari bahwa kami telah mengobrol hampir semalaman. Obrolan kami yang panjang membuktikan aku dan lelaki musim dingin ini memiliki banyak kecocokan lain. Tawanya yang secerah musim panas terus terdengar saat mendengar lelucon jelekku. Dia bahkan mengijinkanku untuk menyentuh kulitnya saat aku bertanya apa benar Ras Winteria memiliki kulit sedingin salju—dan itu benar.
"Kita sudah banyak mengetahui satu sama lain, tapi aku masih belum mengetahui namamu." Aku menguap, menahan rasa kantukku yang mulai menyerang.
"Kai." Lagi, senyum mentari itu kembali terlihat.
"Selamat malam, Kai," gumamku sebelum akhirnya tertidur.
Keesokan paginya, aku tidak mendapati Kai di mana pun. Sempat terpikir untuk mencarinya, lalu aku tersadar bahwa salju mulai mencair perlahan. Matahari bersinar terang tanpa ada satu pun awan kelabu yang biasa terlihat selama beberapa tahun terakhir. Seharusnya aku senang, tapi yang ada hanyalah rasa nyeri yang menusuk dada.
Pria musim dingin yang sehangat mentari itu... melakukan ritualnya.
-fin-
KAMU SEDANG MEMBACA
[Ficlet] The Chosen Souls | HUENING KAI
Fiksi Penggemar"Dia adalah lelaki musim dingin yang sehangat sinar mentari." You X Huening Kai / Fantasy / Ficlet: 496 words.