02

4 6 6
                                    

Suara derap langkah kaki yang sedang berlari terdengar memenuhi jalanan yang sepi dan mencekam itu berasal dari seorang gadis dengan surai panjang yang terurai dan keringat dingin yang membasahi wajah manis dan juga cantiknya itu. Terlihat dari raut wajahnya yang menampakkan raut ketakutan sembari sesekali ia menoleh ke belakang melihat sosok laki-laki yang terus mengejarnya membuat gadis itu semakin ketakutan.

Park Yoona. Itulah nama gadis tersebut. Gadis berusia 20 tahun yang sedang menempuh pendidikan S1-nya di salah satu kampus terbaik di Korea Selatan itu harus melihat peristiwa pembunuhan secara langsung di depan matanya ketika ia hendak pulang ke apartemennya setelah menyelesaikan kerja part time dan juga kuliahnya. Dan karena kejadian tersebut, alhasil sekarang Yoona dikejar-kejar oleh sang pelaku pembunuhan tersebut.

Yoona masuk dan bersembunyi di sebuah gang sempit sembari berdoa agar laki-laki tersebut tidak menangkap dirinya dan membunuhnya juga. Yoona bernapas lega saat ia tak melihat laki-laki pembunuh tadi mengejarnya lagi. Beribu-ribu ucap syukur Yoona ucapkan karena ia tidak tertangkap atau yang lebih parahnya lagi ia tidak ikut dibunuh juga seperti orang yang dibunuh oleh laki-laki tersebut.

"Mencari aku?" ucap seseorang dibelakang telinga Yoona membuat sang empu terkejut dan menoleh ke belakangnya.

Betapa terkejutnya Yoona saat melihat orang yang ada di hadapannya itu adalah laki-laki pembunuh yang mengejarnya sedari tadi. Dengan refleks Yoona langsung berjalan mundur dengan seluruh tubuhnya yang gemetaran karena melihat pisau kecil di tangan laki-laki tersebut.

"Mau lari kemana lagi, Nona manis?" ucap Hyunjin sambil berjalan mendekati Yoona.

"Ja—jangan mendekat!" kata Yoona sembari memegang buku-bukunya dengan kuat sebagai satu-satunya alat perlindungannya saat ini.

Hyunjin mengeluarkan senyum smirknya sembari menatap lekat gadis yang sedang ketakutan di hadapannya itu.

"Matamu sangat indah. Sepertinya kita bisa bermain-main sebentar, Nona manis." ucap Hyunjin membuat Yoona semakin ketakutan di tempatnya.

"A—apa maksudmu?" tanya Yoona tak mengerti.

Hyunjin tersenyum tipis dari balik maskernya. "Ikut aku," ucapnya sembari menarik tangan Yoona.

"Tidak! Aku tidak mau ikut denganmu," ucap Yoona memberontak berusaha melepaskan cekalan tangan Hyunjin.

"Ikut aku atau nyawamu melayang," kata Hyunjin penuh penekanan membuat nyali Yoona langsung menciut mendengarnya.

Hyunjin kembali mengeluarkan senyum smirknya ketika melihat gadis di hadapannya itu tak lagi memberontak.

"Good girl," ucapnya sambil menarik Yoona lagi menuju mobilnya dan melaksanakan rencana yang tiba-tiba terlintas dalam benaknya ketika melihat Yoona tadi.

Sedangkan Yoona? Ia hanya bisa pasrah dan mengucapkan beribu doa semoga ia bisa bertemu dengan keluarganya lagi dalam keadaan masih bernapas.

...

Hyunjin mematikan mesin mobilnya ketika ia sudah sampai di apartemen pribadinya. Ia menoleh dan menatap wajah Yoona sebentar kemudian turun dari mobilnya dan berjalan memutari mobilnya.

"Ayo turun," ucap Hyunjin langsung menarik tangan Yoona membuat Yoona yang terkejut dan belum siap pun kehilangan keseimbangannya dan hampir saja terjatuh jika saja Hyunjin tidak menahan tubuhnya.

Hyunjin menatap Yoona dengan tatapan datar membuat Yoona langsung berdiri dengan tegak lagi. "Dasar ceroboh," cetus Hyunjin sebelum menarik tangan Yoona kembali dan mengajaknya masuk ke dalam apartemennya.

Yoona yang mendengar ucapan Hyunjin tadi pun memalingkan wajahnya dan mempoutkan bibirnya.

Kesal?

Sudah pasti, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Mau berontak juga takut, ia masih sangat menyayangi nyawanya dan masih ingin bertemu kedua orang tuanya. Maka dari itu yang bisa ia lakukan sedari tadi hanyalah pasrah dan mengikuti Hyunjin walaupun sebenarnya ia sangat takut sekaligus bertanya-tanya kemana Hyunjin akan membawanya.

"Semoga saja dia tidak membawaku ke neraka. Ya tuhan tolong lindungi Yoona,"  batin Yoona sembari menatap sekelilingnya yang sepertinya Hyunjin  akan mengajaknya masuk ke sebuah apartemen.

Dan benar saja saat pintu lift terbuka ia langsung dihadapkan dengan sebuah pintu apartement pribadi milik Hyunjin.

Yoona menoleh saat tak sengaja ekor matanya menangkap sosok seseorang yang mungkin ia kenali masuk ke apartemen yang tak jauh dari apartemen milik Hyunjin. Tapi sedetik kemudian ia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan berpikir bahwa apa yang ia lihat tadi hanyalah halusinasinya karena terlalu takut dengan laki-laki yang sedang memasukkan password apartemennya itu.

"Masuklah," ucap Hyunjin namun Yoona hanya terdiam di tempatnya membuat Hyunjin menghela napasnya kasar.

"Masuk atau kupatahkan kakimu sekarang juga," ucap Hyunjin dengan datar membuat Yoona langsung merinding dan masuk ke dalam apartemen Hyunjin.

Yoona merasa sedikit terpukau melihat keadaan apartemen Hyunjin yang sangat bersih dan juga rapi untuk kalangan pria sepertinya. Belum lagi Hyunjin itu adalah seorang psikopat yang sempat membuat Yoona berpikir bahwa di setiap sudut ruangan apartemennya terdapat barang-barang yang berbahaya. Tapi sepertinya dugaan Yoona salah besar karena di ruangan itu Yoona sama sekali tak melihat barang-barang berbahaya itu.

"Masuklah ke kamar itu! Nanti aku menyusul," ucap Hyunjin sambil menunjuk sebuah kamar yang bersebelahan dengan dapur membuat kening Yoona berkerut.

"Kenapa aku harus masuk kesana?" tanya Yoona dengan bingung membuat Hyunjin menatapnya.

"Ikuti saja apa yang aku katakan jika kau masih mau selamat," kata Hyunjin dengan nada tegasnya sambil melangkah menuju dapur untuk mengambil minuman dari kulkasnya membuat Yoona kembali tersadar bahwa ia sedang berhadapan dengan seorang laki-laki psikopat.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Yoona langsung masuk ke sebuah kamar yang ditunjuk Hyunjin tadi membuat Hyunjin yang sedang meneguk minumannya mengeluarkan senyum smirknya.

"Saatnya permainan dimulai, Park Yoona." kata Hyunjin menyebutkan nama Yoona dengan penuh penekanan setelah itu ia berjalan memasuki kamarnya dan menemukan Yoona sedang terduduk di tepi kasurnya sembari menatap sebuah foto yang ia yakini sudah ia letakkan dalam laci mejanya.

Tapi bagaimana bisa Yoona menemukan foto itu? Pertanyaan itulah yang sekarang ada di benak Hyunjin. Amarah Hyunjin semakin tersulut ketika ia melihat sebuah buku diary yang selama ini tidak bisa ia buka dan baca berada dalam genggaman Yoona. Hyunjin mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat dan berjalan menghampiri Yoona.

"Apa yang kau lakukan?" ucap Hyunjin membuat Yoona terkejut dan langsung memasukkan foto dan juga buku diary yang dipegangnya ke dalam laci kembali.

...



Tbc...

Suka dengan ceritanya? Jangan lupa voment yaa😊

Terimakasih😄

See you next part❤👋

Psychopat Byuntae [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang