Bagian 3 🔥

1.5K 43 0
                                    

Pria tampan bernama Jordan baru saja turun dari mobil mewahnya. Ia memasuki rumah bercat putih tersebut, rumah bergaya Eropa yang begitu besar bagai istana. Banyak pelayan dengan baju yang senada menyambut kedatangannya. Ya, ia baru bisa pulang pagi ini, dan ketika melewati ruang makan, ia langsung di sapa oleh wanita cantik yang meski sudah termakan usia.

“Kau baru pulang, Sayang? Apa kau habis bersenang-senang?” tanya wanita paruh baya itu.

“Pagi, Bu.” Jordan hanya menyapa.

“Jawaban apa itu? Ibu sedang bertanya, Jordan.”

Jordan tersenyum, ia menghampiri sang ibu dan memberikan kecupan pada kening.

“Apa kau bersenang-senang dengan wanita? Siapa dia?” Luna, sang ibu yang terlihat penasaran dengan putra semata wayangnya itu.

“Apanya yang bersenang-senang? Aku hanya ketiduran di kantor saja.” Jordan berkilah.

“Kau pikir, kau bisa menipu ibumu ini?”

“Baiklah, baiklah, terserah Ibu saja.”

“Kau ini, mau sampai kapan kau terus seperti ini, Jordan? Apa kau mempermainkan wanita itu?”

“Ibu, apa yang kau pikirkan? Untuk apa aku mempermainkan wanita?” Jordan sedikit tak terima dengan ucapan wanita yang telah melahirkannya itu. Karena yang sebenarnya terjadi, Jordanlah yang merasa telah dipermainkan oleh wanita yang berasal dari mana saja ia tak tahu. Namun, mampu mengganggu pikirannya hingga saat ini.

“Oke, Ibu tahu apa yang kau rasakan di masa lalu, Nak. Ibu harap kau tidak melampiaskannya pada wanita yang tak bersalah.” Luna mencoba menenangkan putranya. Ia sadar juga jika ucapannya telah menyinggung sang anak. “Maafkan, Ibu, ya.”

Jordan mengembuskan napas pasrahnya. Ia paling tidak bisa melihat ibunya merasa bersalah seperti ini. Bagaimanapun, wanita yang saat ini ia cintai hanya sang ibu. Baginya, hanya Luna cinta terbaiknya, cinta dan kasih sayang yang tak akan pernah lekang ditelan waktu. Meski kini usia Jordan sudah terbilang sangat dewasa, tetapi percayalah, di mata sang ibu ia tetap buah hati kecil yang menggemaskan.

“Aku tahu kekhawatiran Ibu. Ibu tenang saja, Ibu percaya padaku, ‘kan?”

“Baiklah, sekarang kau sebaiknya sarapan,” balas Luna sambil mengulas senyum hangatnya.

Jordan mengangguk, menuruti perintah sang ibu. Ia ikut duduk di kursi meja makan dengan tenang. Suasana sarapan pun begitu tenang. Meski rumah Jordan terbilang besar bak istana dan memiliki banyak pelayan di setiap sudutnya. Namun, penghuni sebenarnya hanya mereka berdua, apalagi setelah kepergian ayah Jordan dua tahun lalu dan sang mantan istri yang juga pergi setahun yang lalu.

Ya, mantan istri Jordan bernama Zea Anastasya Madison. Seorang model cantik dan seksi yang cukup terkenal di kota. Wanita yang sangat Jordan cintai, tetapi wanita yang juga telah menorehkan luka mendalam hingga saat ini.

Mereka memang tak dikaruniai anak selama menikah, tetapi Jordan sama sekali tak masalah. Namun, wanita yang begitu ia cintai sama seperti cintanya pada Luna itu telah membuat lubang di hatinya yang mungkin tak bisa tertutup atau di obati lagi. Banyak hal bahagia yang Jordan lewati bersama Zea, tetapi juga banyak luka tak tersentuh yang ia rasakan.

Jordan yang sudah menikmati roti isi selai kacangnya itu bergegas menuju kamar setelah berpamitan pada Luna. Luna hanya tersenyum menatap kepergian putranya. Ia tahu benar hal sulit yang putranya lalui semenjak ditinggalkan Zea. Luna bahkan sangat menyayangkan dengan sikap Zea selama ini yang membuatnya tak menyangka sedikit pun.

“Ibu selalu mendoakanmu, Nak,” ucap Luna lirih sambil tetap tersenyum.

Jordan kini telah berada di kamarnya yang cukup luas. Bernuansa monokrom kesukaannya, ditambah gaya kasual yang sangat mendominasi. Ia langsung membaringkan tubuhn yang tiba-tiba terasa lelah, menatap langit-langit kamar sambil mengembuskan napas yang begitu terasa berat. Tanpa diundang, kejadian panas semalam kembali melintas dalam kepala. Entah mengapa permainan ranjang wanita yang baginya asing itu terlalu membekas, belum lagi racauan demi racauan yang diucapkan. Membuat Jordan sedikit mengerti keadaan wanita tersebut.

Mas Duda, Nikahin Aku, dong!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang