Bagian 4 🔥

1.3K 37 0
                                    

Hari ini Tania begitu santai menikmati masa menganggurnya setelah mengundurkan diri dari perusahaan Juan. Bahkan yang biasa ia selalu tak sempat untuk membersihkan apartemen, kini dengan rajinnya ia lakukan hingga ruangan yang sering terlihat berantakan itu menjadi sangat rapi. Tania juga memasak dengan perasaan senang. Ya, menikmati hidup sendirian tanpa orang tua memang berat, tetapi Tania selalu berusaha mandiri selama ini.

Sedang Asyik menata makanan di atas meja, sebuah dering ponsel begitu nyaring hingga membuat Tania sedikit terkejut. Bahkan semakin terkejut ketika melihat nama yang tertera di layar.

“Tante Vero?” gumam Tania yang sudah paham mengapa Tantenya ini menelepon.

Tania memang hidup sendirian tanpa orang tua, tetapi ia masih memiliki Tante Vero, yang merupakan adik dari almarhum papanya yang kini mengurus perusahaan milik almarhum orang tuanya. Karena Tania tak mau mewarisi itu semua, ia ingin hidup bebas sesuai keinginannya. Tanpa harus memikirkan urusan perusahaan. Meski begitu, hidupnya tetap terjamin di bawah asuhan Tante Vero.

“Halo, Tan. Selamat pagi?” sapa Tania berusaha ramah.

“Kenapa pernikahanmu bisa batal dengan Juan?” tanya Vero yang tak memedulikan sapaan hangat keponakannya itu.

“Tan, nanti aku jelaskan. Aku dan Juan memang tidak bisa melanjutkan rencana pernikahan ini.”

“Apa yang sudah Juan lakukan padamu, Sayang? Katakan pada Tante.”

“Nanti, deh, Tania ke rumah Tante dan ceritain semuanya.”

“Oke, Tante tunggu penjelasan kamu, ya. Kalau dia menyakiti kamu, bilang sama Tante.”

Tania tersenyum, “Iya, Tan. Makasih, ya.”

“Ya sudah, Tante tutup dulu telponnya. Dah, Sayang.”

Percakapan singkat itu pun berakhir. Tania hanya bisa mengembuskan napasnya lega. Vero memang seperti itu, sedikit protektif terhadap Tania. Meski terkesan seperti ingin ikut campur, tetapi itulah cara Vero menjaga Tania.

“Aku harap Tante Vero tidak melakukan apa pun pada Juan. Karena aku ingin membalasnya sendiri nanti.”

Tania masuk kembali ke kamar untuk mencari charger karena daya ponselnya segera habis. Ketika membuka laci nakas, ia mendapatkan kembali kartu nama yang ia temukan malam itu. Tania kembali teringat dengan sosok tampan yang menemaninya malam itu.

“Jordan Levino Madison,” ucapnya sambil tersenyum penuh rahasia, seolah-olah ia teringat kembali dengan rencana yang sempat ia pikirkan. “Mari kita lihat apakah hari ini takdir mempertemukan kita atau tidak,” lanjutnya.

**

Jordan tengah memeriksa beberapa dokumen kerjasama dengan perusahaan lain. Menjadi CEO perusahaan untuk menggantikan posisi ayahnya bukanlah keinginannya. Namun, Jordan tak ingin egois, menjadi anak tunggal bukanlah hal mudah. Karena ia tahu pada akhirnya orang tua pasti hanya akan berharap padanya.

Ketukan pintu mengalihkan atensinya pada dokumen-dokumen tersebut. Membuat pria itu sedikit mengembuskan napas. Ia pun segera mempersilakan orang di balik pintu itu segera masuk, yang ternyata adalah sekretarisnya.

“Maaf, Pak. Ini ada—”

“Hai, Jordan. Apa kabar? Lama tidak bertemu.”

Seorang wanita seksi dengan dress ketat menerobos masuk begitu saja. Tersenyum elegan tetapi terkesan sombong. Membuat Jordan mengembuskan napasnya gusar.

“Ya sudah, tinggalkan kami,” ucap Jordan yang langsung dituruti sekretarisnya.

Suasana berubah menjadi hening sejenak, sebelum wanita seksi itu langsung menghampiri Jordan dan duduk tepat di depannya tanpa dipinta.

Mas Duda, Nikahin Aku, dong!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang