|| Dandelion's Chapter 4 ||
Pukul delapan malam. Kyla sudah biasa dengan kebisingan dibawah karena jam segitu; biasanya jam Papa pulang.
Suara Mama yang meneriakkan namanya berulang kali membuat Kyla mau tak mau bangkit dari kasurnya, berjalan malas-malasan menuruni tangga menuju lantai dasar.
"Kenapa, sih, Ma?"
"Sini, kenalan sama adik kamu!" Mama menariknya menuju sofa dimana ada Papa dan seorang gadis berbaju lusuh disana.
"Adik?" beo Kyla bingung.
Kyla duduk di sofa tunggal sementara Mamanya duduk di sebelah Papa. Kyla mengamati gadis yang menunduk di hadapan Mama Papanya, merasa tidak asing.
"Maaf, Papa baru nemuin dia. Bundanya meninggal sekitar satu bulan yang lalu. Papa baru nemuin dia karena surat-surat yang Bundanya simpan baru-baru ini ketemu oleh pengacara Papa."
"Bentar. Kyla, gak paham. Jadi, dia sebenernya anak siapa?" tanya Kyla.
"Dia anak Papa kamu, Kyla," jawab Mama kalem. Wanita itu tampak tenang meskipun tahu bahwa gadis di depannya adalah anak hasil perselingkuhan suaminya.
Kyla benar-benar tidak mengerti.
"Lo beneran anak Papa?" tanya Kyla pada gadis itu.
Si gadis mengangguk takut-takut. "I-iya, Kak."
"Kakak?" decih Kyla pelan.
"Kalian kenalan dulu. Saya mau bersih-bersih. Ingat, Kyla. Sambut adik kamu dengan baik, oke?" Papa berdiri seraya mengendurkan dasinya. Pria itu berlalu ke dalam kamar meninggalkan tiga perempuan beda umur di ruang keluarga.
Kyla menaikkan salah satu kakinya menjadi silang dengan tangan bersidekap. "Mama biasa aja gitu liat dia?" Dagunya mengedik pada gadis belia yang umurnya sekitar satu tahun di bawah Kyla.
"Ya, mau marah juga Bundanya udah nggak ada," jawab Mama kelewat kalem.
Kyla mendengus. "Beneran gak waras."
"Ya, kamu pikir aja. Abang kamu meninggal tiga tahun yang lalu. Kamu pikir, Mama baik-baik aja setelah itu? Mama nggak masalah kalau Adila jadi anak Mama juga. Setidaknya, meskipun dia bukan cowok dan bisa gantiin posisi Raka, anak Mama tetap ada dua."
".... yang masih hidup."
Kyla benar-benar tidak habis pikir dengan pikiran sederhana milik Mamanya. Kenapa dia tidak diturunkan pemikiran seperti itu juga?
"Yaudah, Mama tinggal, ya. Kalian kenalan aja dulu." Mama berlalu ke kamar meninggalkan Kyla bersama gadis asing yang masih menunduk itu. Kyla berdecak.
"Gue Kyla. Lo?"
Gadis itu mengangkat kepalanya takut-takut. "Adila Celina."
Kyla tertawa pelan. "Lucu banget. Bahkan nama belakang kita hampir sama." Nama Kyla adalah Kyla Orcelina, sedangkan gadis itu Adila Celina. Bagaimana mungkin Bunda gadis itu begitu pandai membuat nama tanpa orang tahu memiliki makna yang mengarah kepada keluarga mereka? Kyla menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐚𝐧𝐝𝐞𝐥𝐢𝐨𝐧'𝐬
Teen Fiction"Jangan memulai kisah bersama seseorang yang belum menutup masa lalunya." Mungkin pepatah itu memang benar adanya. Jangan memulai kisah bersama seseorang yang belum melupakan masa lalunya kalau kau tidak siap sakit hati. Kyla Orcelina, gadis 16 tahu...