02. Anu-nya Gede

21.7K 1.2K 105
                                    

"Ganteng sih, tapi sayang 'anu'-nya gede!"

•••










Jam istirahat makan siang memang menjadi surga sementara bagi para karyawan. Mereka menyempatkan diri untuk sejenak melupakan pekerjaan yang kadang menuntut. Namun, tak sedikit pula yang masih rajin bekerja hingga melewatkan makan siang mereka demi pekerjaan selesai dan bisa pulang tepat waktu.

Tapi, lain halnya dengan Rere. Waktunya istirahat, ya harus istirahat. Waktu pulang, ya harus pulang. Meski pekerjaannya belum kelar, bodo amat! Rere berpegang teguh pada pemikiran bahwa, dia hanya digaji dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Untuk selebihnya bukan lagi tanggung jawab dia. Kecuali kalau memang dia dapat gaji tambahan sebagai uang lembur. Rere itu bukan pemalas atau perhitungan. Tapi, Rere pikir dunia itu akan terlalu kejam, kalau terlalu patuh pada telunjuk orang.

Sebenarnya, hari ini adalah hari kelima Rere bekerja di Orion Engineers and Constructors. Memang gak selalu mulus setiap harinya, tapi Rere jalani dengan baik. Tak sedikit pula yang mengenal sang Sekretaris cantik itu. Selain supel, Rere memang mudah bergaul dengan siapa saja. Bahkan pegawai ISS yang mengelap kaca pun tak luput Rere ajak kenalan. Ada satu karyawati dari bagian Bussiness Process Advisory Department yang lumayan dekat Rere, namanya Anis--anak rantau dari Tuban yang usianya dua tahun lebih tua di atas Rere. Anis itu punya gaya bicara sangat medok. Hal itu jadi hiburan tersendiri untuk Rere.

"Re, kamu tahu ndak kata pepatah, kalau orang dengan hidung yang mancung dan gedhe, 'anu'-nya juga gedhe, loh!" ucap Anis di sela kunyahan nasinya.

"Ah, masa?" tanya Rere tak percaya.

Saat ini Rere juga tengah sibuk dengan kentang dan ayam gorengnya. Dia dan Anis sedang duduk di restoran makanan cepat saji berlogo M warna kuning di depan gedung kantor Orion untuk menikmati makan siang mereka.

"Tak kasih tahu nih, Pak Elvan hidungnya kan mancung dan gedhe tuh. 'anu'-nya juga gedhe tahu!" ucap Anis.

"Wih! Mantap dong kalau malam pertama sama Pak Boss," sahut Rere.

Anis, gadis dengan tubuh berisi itu emang agak polos atau mungkin lebih tepatnya agak lola. "Kok malam pertama sih?" tanyanya.

"Anu itu, ini kan?" tanya Rere sambil menunjuk bagian tengah rok spannya, kepalanya juga ikut tertunduk untuk memberitahu maksud dari 'anu' menurutnya.

"Astagfirullah... Heh! Nyebut. Istighfar hey!" pekik Anis.

"Astagh-eh aku kan Katolik, gilak!" timpal Rere.

"Oh, maaf! Haha ... lagian pikiran gadis kok liar amat sih, larinya ke sana mulu!"

"Haha. Emang 'anu'-nya pak Bos itu apa?"

"Bukan! Maksudnya, semangat! Amarah! Dan ambisinya!

Belum sempat Rere menimpali, tiba-tiba muncul suara orang berbicara.

~Bagi Sekretaris, Boss itu Raja~

~Bagi Sekretaris, Boss itu Raja~

Itu suara dering ponsel Rere, gadis sengklek itu sengaja menjadikan rekaman suara Pak Jen sebagai nada dering ponselnya.

"Eh, suara apa tuh?!" tanya Anis.

Rere langsung menatap ponselnya, kontak yang dia beri nama 'Pak Boss' itu tengah memanggil. Bukannya langsung mengangkat panggilan itu, Rere malah menyeruput es kopi tiramisu miliknya dengan santai dan anggun, bahkan jari kelingkingnya hingga ikut terangkat saat mengangkat cup kopinya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BOSSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang