78. Persiapan

2.7K 644 79
                                    

Sesi yang paling papi Jo benci dari pernikahan adalah ketika dia harus kembali menelan pil pahit yakni melepas putrinya kepada pria lain. Manusia asing yang tiba-tiba datang dan mengambil alih tugasnya selama ini. Terlebih yang akan dia lepas sekarang adalah Ceysa, bungsunya, ada bagian tidak rela melihat gimana orang-orang di rumah mulai sibuk mempersiapkan segala hal, padahal rasanya baru kemariiiiin banget dia nangisin Heera.

"Intimate weddingnya nanti mau undang siapa aja, Mi? kita ada jatah dua puluh lima."

Heera membuka buku tulis buat mendata nama-nama yang akan dibawa ke Bali nanti, sementara Nana nganterin adeknya buat diukur sekalian dia mau liat kain seragam kebaya mereka.

"Siapa ya? Kita sekeluarga aja udah empat. Mertua kamu berapa tuh? Lima juga kan sama Mark. Terus, Mbak Tata, Jeno sama Mas Jeffry. Udah berapa ya? Yasha, Aruni, Abin?"

"Boleh?"

"Boleh, soalnya di Semarang yang ikut enam, di Surabaya cuma tiga."

"Asel."

"Oh iya Asel. Pas nggak?"

"Pas."

Papi duduk di kursi, menatap kesibukan yang terjadi di rumah, Ceysa bilang prosesi adatnya disamain kayak Kak Heera aja cuma emang nggak mau semeriah itu karena dia nggak terlalu suka disorot.

"Piii."

"Undangan papi nih, siapa aja?"

"Nggak ada. Mau undang orang kantor juga pasti tanpa diundang bakal dateng."

Iya juga sih, sebenernya pernikahan Ceysa ini nggak ribet karena yang mereka undang cuma keluarga dan temen-temen Ceysa aja, nggak sebanyak pas Heera menikah karena emang undangan keluarga Orion udah sebanyak itu dan mayoritas juga undangan papi jadi yaudah.

"Papi ke kamar dulu ya?"

"Okeii."

Tenyssa menatap punggung suaminya yang menjauh, dia tau kalo Jo masih sedih padahal kan yang setuju Cey nikah dia juga.

"Ra, mami ke kamar bentar."

"Oke mamii."

***

Suaminya sedang duduk di atas ranjang, bungkus obat untuk kolesterolnya masih ada di nakas, Tenyssa melemparnya ke tempat sampah sebelum menggeser kursi rias dan duduk di depan Jo, menatap dalam-dalam mata suaminya yang meredup.

"Kenapa, Mas?"

Kepalanya tergeleng pelan, entah kenapa dia merasa pelan-pelan, semua berubah.

"Kita udah sepakat kan, anak-anak akan menemukan sandarannya suatu hari nanti, Heera, Nana, Ceysa, semua akan membangun rumah mereka. Sejak awal, kita udah tau kalo pada akhirnya, aku cuma punya kamu sampe nanti."

"Aku tau, Hon."

"Terus kenapa? Jangan gini, Mas. Kasihan Ceysa. Nanti dia mikir kamu nggak bahagia liat dia nikah."

"Nggak gitu."

Tangannya digenggam erat, Tenyssa tersenyum, berusaha meyakinkan kalo keputusan merestui Orion dan Ceysa adalah pilihan yang baik.

Mereka memang berbeda dengan keluarga calon besan tapi jika memang Orion sudah menjanjikan bahagia, mereka tidak punya pilihan selain memberikan doa.

"Hidupnya Cey bakalan baik-baik aja, Mas."

"Iya, Hon. Aku tau. Cuma, dia baru pulang dari Kalimantan loh, terus tiba-tiba udah merencanakan pernikahan. Aku masih gimana ya."

Tenyssa sangat memahami itu, Jo hanya ingin menghabiskan waktu sedikit lebih banyak lagi dengan putri kecilnya, bidadari yang selama ini menjadi pelipur lara, yang selalu memberi bahagia.

aleatory: second seasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang