Sialan mulut, seenaknya saja!
Astaga, mulut berdosa sekali dirimu. Kasihanilah [Name] yang sudah kehilangan harapannya ini. Dia tak tahu harus bagaimana lagi, cara membuat hubungan persahabatan mereka sedikit berkembang ketimbang sebelumnya.
Setidaknya, [Name] ingin bisa leluasa apakah diperbolehkan memanggil nama depannya? Sayang hari itu dia masih enggan mengatakan langsung, malah memilih nama marganya untuk dipanggil.
Oh? Benar, Inumine memang sudah mempersilakan dirinya.
"Ahaha, itu---"
"[Name] menyerah, kenapa?"
Ah, terlambat sudah. Inumine mendengarkannya lalu membalas pertanyaan [Name] baru saja. "Apakah harus jujur?" cicit [Name]. Oh, ayolah mengapa mulut tidak merestui hubungan ini? Ah tidak, mungkin ini sudah benar.
"Lho, [Name] bohong tadi ya?!" teriak Inumine terdengar bahwa ia cukup kaget, membuat [Name] yang mendengarnya jadi kebingungan. Cukup akan kebingungan [Name] mulai menentangnya, "Ti-tidak begitu!"
"Jadi apa yang terjadi? Kenapa [Name] ingin menyerah? Lalu, tadi [Name] berkata bahwa aku lumayan dekat dengan Ugawa, seharusnya itu sudah wajar, karena Ugawa teman sekamarku, teman satu timku~"
Wajah [Name] dibuat memerah malu. Rasa ingin menyesali perkataan yang terdengar Inumine, telah ia katakan. Tapi, sudahi drama ini dan mulai jujur terhadap dirinya, ketimbang menyesal diakhir 'kan.
"Bagaimana ya, aku tahu kok. Hanya saja terlintas dibenakku, kalau aku harus menyerah untuk berusaha mengenal Inumine-kun lebih dekat, tapi aku tidak tahu alasannya ...."
"Oh, jadi [Name] menyerah karena itu?"
[Name] dibuat terdiam. Kenapa malah dibalas pertanyaan? Tidak bisakah [Name] terbebas dari hal memuakan semacam ini. Dia ingin berteman seperti teman dia pada umumnya.
Sesekali sudah melakukan yang terbaik, berbalik arah kadang tidak menyetujui. Lantas berpikir, apakah yang terjadi ini baik-baik saja? [Name] hanya mengangguk kecil, membalas pertanyaan Inumine.
"Apa karena hal itu, [Name] berpikir seperti ini?"
Tersentak dalam lamunan, walau gestur tubuh sebelumnya menatap bawah. Kini mendongak menatap sosok lelaki dihadapan. Tidak ada yang khusus, dia hanya malu mengatakan.
Namun, disaat inilah tangan ternyata mengelus surai miliknya. "Maafkan aku, tapi kita masih bisa berteman kembali 'kan?" Ah, [Name] ingat. Dia menyukai sifat Inumine yang seperti ini.
Setidaknya ia masih bisa fokus, jika dia ingin. Tunggu, apakah dia saat ini sedang fokus? Memutar balik kenyataan, [Name] perlahan mengutarakan senyum kecil.
Ternyata hubungan mereka bisa berkembang kembali, apakah musim semi telah menyatukan mereka seperti ini?
"Ah, [Name]. Aku lapar."
"Eh?"
End
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOMING! Inumine Seishirou. ✓
FanfictionHubungan mereka tak juga buruk, hanya saja salah satunya sulit mendapatkan waktu untuk bisa memperbaiki hal itu. Sesekali sudah melakukan yang terbaik, berbalik arah tidak menyetujui. Dia ingin mencoba mengenal temannya satu ini lebih dalam, walau s...