Dahyun POV
Begitu membuka mata, aku sudah ada di sini. Sebuah ruangan yang cukup besar, semuanya perempuan. Isinya berupa sepuluh kasur bertingkat.
Aku pun memilih kasur yang terletak di paling ujung, bagian bawah karena bagian atas sudah ditempati. Membaringkan diri di atasnya dan memejamkan mata bersiap untuk tidur. Tidak ada yang bisa kulakukan di sini.
Tidak lama kemudian, terdengar suara tangisan. Ya.. siapa juga yang tidak akan menangis kalau berada dalam situasi yang sekarang ini?
Berada di tempat asing yang tidak diketahui, jauh dari rumah dan orang tua, akan dijual kepada orang asing.
Kenapa aku tidak menangis?
Ya.. sejak awal aku tidak memiliki rumah dan orang tua..
Jadi, untuk apa menangis?
Hanya buang-buang tenaga saja.
Author POV
Tidak butuh waktu lama untuk Dahyun memasuki alam mimpi. Satu hal yang tak diketahui gadis itu, sebutir air mata mengalir keluar dari sudut matanya. Air mata kesedihan.
~
Suara pintu yang terbuka membangunkan Dahyun dari tidurnya. Seorang pria berpakaian serba hitam melempar tiga buah roti ke dalam ruangan itu.
Pintu pun kembali tertutup. Semuanya langsung berlari ke arah roti tersebut, mereka saling menjambak, bahkan ada yang memukul.
Dahyun hanya bisa terdiam di tempatnya. Walaupun perutnya terus berbunyi, dia tidak tega harus menyakiti orang lain demi dirinya sendiri.
Jadinya Dahyun kembali berbaring, memejamkan mata bersiap untuk tidur lagi dengan harapan dapat melupakan rasa lapar itu. Sudah beberapa hari sejak Dahyun terakhir kali makan.
~
Pintu kembali terbuka, kali ini pria tadi tidak datang sendirian melainkan bersama dengan seseorang.
"Silahkan dipilih, Tuan. Mereka baru dari Seoul."
Pria bertubuh besar itu mulai berjalan mengelilingi ruangan ini, membuat semuanya dilanda rasa takut.
"Aku pilih dia," tunjuknya pada seorang perempuan yang tengah memeluk seorang anak kecil.
"TIDAK MAU! PERGI KAU!"
"Diam dan ikuti saja kami."
Air matanya mengalir dengan deras dan perempuan itu terus memberontak. Sampai..
DUAR!!!
"K-kakak!"
Bau amis langsung memenuhi ruangan tersebut. Anak-anak lain yang melihat tentu saja syok berat.
"Maaf atas keributan barusan, Tuan."
"Ck, aku pilih yang lain saja."
"Baik, mari saya antar."
Kedua pria itu pun pergi dari sana. Tak lama kemudian, seorang pria datang dan membawa pergi sang gadis.
~
Hari ke dua.
Seperti kemarin, pintu terbuka, seorang pria melempar tiga buah roti dan para anak-anak berebutan.
Kali ini Dahyun beranjak dari tempatnya, perutnya harus diisi. Ia mendekati sebuah roti yang tergeletak tak jauh dari sana, dan mengambilnya. Betapa bahagianya gadis itu.
Tiba-tiba pintu terbuka, gadis yang kemarin ditembak. Seorang anak kecil berlari ke arahnya dan memeluknya.
"K-kakak.. huhu!"
"Tenang saja dek, kakak baik-baik saja."
Kakak beradik itu menuju ke kasur di sebelah Dahyun dan duduk di pinggirannya.
"Lapar, kak.." Anak itu menunjuk ke arah Dahyun.
Sang kakak menoleh ke arah Dahyun, mereka beradu pandangan selama beberapa detik.
"I-ingin berbagi..?"
"Tch.."
"Uh.. ambil saja semuanya, lagi pula aku tidak lapar, kok.."
Roti itu diambil dengan kasarnya. Dahyun hanya bisa menghela nafas, perutnya sungguh terasa sakit.
"Ya sudahlah, tidur saja deh.."
Baru saja ingin membaringkan dirinya, mendengar suara seseorang membuat Dahyun mengurungkan niatnya.
"Hey kau.."
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
Sold (Saida)
Fanfiction"Kim Dahyun terjual pada Minatozaki Sana." (This work has nothing to do with the idols real life)