Dahyun pun menoleh ke atas, dimana sumber suara tersebut berasal. Tak terlihat jelas karena minimnya pencahayaan.
"Aku?"
Orang yang menempati kasur di atasnya itu turun dengan cara melompat, berjalan mendekati Dahyun dan berhenti tepat di hadapannya.
Ia memajukan wajahnya, membuat jarak wajah mereka berdua menjadi sangatlah dekat.
Rambut pendek, dan bola mata hitam. Serta tinggi badan yang tak jauh berbeda darinya.
"Kau ini bodoh, ya?"
Perempuan itu berucap sambil menempelkan jarinya di kening Dahyun, membuatnya gugup.
"E-eoh? Apa maksudmu, dek?"
"Jangan panggil aku anak kecil. Begini-begini aku sudah remaja, tahu."
Gadis berambut pendek itu mengendurkan wajahnya dan melipat kedua lengannya.
"Uh, baiklah?"
"Di tempat seperti ini, jangan membawa perasaan. Hanya yang kuat yang bisa bertahan. Jadi, jangan bodoh."
Dahyun sungguh dibuat kebingungan dengan ucapan gadis itu.
"Ck, beneran bodoh rupanya."
"Maksudku roti yang kau dapat itu."
"Ohh.. aku memberinya karena mereka lebih membutuhkan."
"Terserah.." gadis itu memutar bola matanya.
"Dah, sampai besok."
~
Hari ke tiga.
Pintu terbuka, roti dilemparkan, para anak-anak berebutan roti. Dahyun tengah terbaring di kasurnya, sembari memegangi perutnya yang terasa sakit.
"Hey, bangun."
Gadis berambut pendek yang kemarin.
"A-ada apa..?"
Dahyun mencoba untuk bangkit, mendudukkan dirinya di tepi kasur menghadap gadis itu.
"Ini, untukmu."
"Cepat ambil, ck.."
Karena Dahyun malah diam, gadis itu menarik tangannya dan menaruh setengah roti di telapak tangannya.
"Kenapa kau melakukan ini?" tanya Dahyun.
"Aku hanya kasihan padamu," jawab gadis itu.
Dahyun menatap roti tersebut dengan mata yang berbinar-binar, ia merasa akan menangis saat itu juga.
Baru saja ingin memakan roti itu, Dahyun tak sengaja melihat kakak beradik di sebelahnya yang menatapnya dengan intens.
"Uhm.. ini, untuk kalian saja."
Lagi-lagi, roti itu dirampas dengan kasarnya. Tak apa, karena Dahyun dapat melihat senyuman mereka.
"Kau bercanda???"
Dahyun menoleh ke gadis berambut pendek yang menatapnya tidak percaya itu.
"Maaf, aku sudah tidak sopan. Memberi barang pemberian orang ke orang lain itu bukan hal yang bagus, kan?"
"Hah.. kau sudah tahu itu tapi mengapa masih melakukannya?"
Gadis itu membelah setengah rotinya dan menyerahkan satunya pada Dahyun.
"Ambil."
Dahyun malah diam saja dengan wajah bengongnya, membuat gadis itu berdecak sebal.
"Untukmu sa-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sold (Saida)
Fanfiction"Kim Dahyun terjual pada Minatozaki Sana." (This work has nothing to do with the idols real life)