Xienna.

15 1 0
                                    

Seorang gadis dengan rambut hitam lebatnya tengah berjalan melewati gerbang sekolah.

Ia melewati gerbang sekolah dengan sedikit tergesa, seperti ada orang yang tengah mengejarnya. Ia turunkan topi hoodienya sehingga menutupi sebagian dari wajahnya.

Namun usahanya untuk menghindar sepertinya sia-sia, saat seseorang sudah menarik tasnya dari belakang dan membawanya ke suatu tempat yang sepi.

"Xienna, kau tidak lupa kan?" Tanya perempuan yang melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap perempuan yang berdiri di hadapannya yang ia panggil Xienna.

"Guys, coba kalian cek ke dalam tasnya." Ia menyuruh kedua temannya untuk menggeledah tas milik Xienna.

Keduanya mencari sesuatu tapi sepertinya mereka tidak menemukan apa yang mereka cari.

Karena kesal, perempuan yang melipat kedua tangannya tadi pun mendekatkan tubuhnya kepada perempuan pemilik nama Xienna.

"Kau!" Ia menarik rambut Xienna hingga empunya rambut meringis kesakitan.

"Del, sudah mau bel. Kita minta nanti saja." Ucap salah satu temannya.

Adelia Saputri, anak dari pemilik sekolah. Ia selalu menggunakan kekuasaannya sebagai anak pemilik sekolah hanya untuk melakukan hal-hal yang bisa membuatnya senang.

Sedangkan kedua temannya Linda Melinda dan Riana Michelle adalah tangan kanan dari Adelia. Mereka akan melakukan apapun yang Adelia minta, tidak peduli berat ataupun ringan. Mereka akan melakukannya untuk kepentingan mereka. Sebuah keuntungan jika bisa berteman dekat dengan anak pemilik sekolah.

Mereka pun meninggalkan Xienna yang masih berdiri dan merapikan rambutnya yang berantakan.

Malang sekali nasib dari Xienna Thaddea, ia sudah menjadi boneka dari Adelia semenjak ia duduk di bangku SMA. Hampir setiap hari, ia selalu mendapat perlakuan yang kurang baik dari Adelia dan teman-temannya.

Tidak ada yang berani menghentikan Adelia karena Adelia selalu mengancam, jika ada yang berani menghentikannya maka ia tidak akan segan melakukan hal yang di luar nalar.

Entah itu hanya gertakan semata atau memang benar adanya, karena selama ini tidak ada yang berani menghentikannya. Bukan hanya berurusan dengan Adelia tapi mereka juga akan berurusan dengan pemilik sekolah yang sekaligus menjabat sebagai kepala sekolah.

Sempat berfikir untuk pindah dari sekolah ini, tapi tidak bisa. Xienna bersekolah di sini karena mendapat beasiswa penuh dan peraturan sekolah mengatakan kalau ia pindah saat masa beasiswa berlaku maka ia harus membayar denda dua kali lipat.

"Peraturan yang konyol." Batin Xienna saat itu.

Maka dari itu, ia harus bertahan di sekolah ini mengingat ia hanya hidup sendiri tanpa orang tua di sisinya.

Xienna berjalan menuju ke kelasnya dan hari ini berjalan seperti biasa. Di kelas pun, tidak banyak yang berbicara dengan Xienna. Bahkan ia duduk sendiri di belakang. Berkat kekuasaan Adelia semuanya menjadi seperti ini. Tapi untungnya Adelia tidak sekelas dengan Xienna.

Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu, Xienna memilih untuk tidak ke kantin karena ia tau jika ia ke sana maka Adelia bisa menjadikannya bahan tontonan murid yang lain.

Jadi ia membawa roti dan susunya ke rooftop, karena rooftop selalu sepi, jadi ia bisa menghabiskan waktu istirahatnya disana.

Murid-murid yang lain termasuk Adelia and the geng tidak ada yang berani ke rooftop hanya gara-gara rumor yang beredar tentang hantu penunggu sekolah, alhasil rooftop menjadi tempat ternyaman untuk Xienna.

Sejujurnya, Xienna sangat lelah menghabiskan waktunya di sekolah ini dengan mendapat perlakuan buruk dari Adelia dan teman-temannya. Tidak ada yang membantunya, tidak ada yang menyemangatinya dan tidak ada yang membelanya.

"Semangat, Na. Tinggal satu tahun lagi kamu akan terbebas dari neraka ini." Ucap Xienna menyemangati dirinya sendiri.

 

***

Jam pelajaran sudah berakhir sepuluh menit yang lalu, tapi Xienna tidak langsung kembali pulang. Ia kini tengah berada di sebuah mini market dekat sekolahnya. Membeli beberapa barang yang Adelia minta.

Setelah mendapat barang yang di minta Adelia, Xienna segera membayarnya di kasir. Penjaga kasir menatap Xienna dari ujung rambut hingga ujung kakinya kemudian menggeleng.

"Apa lebih baik jangan di turuti saja? Jika ketahuan lagi, bisa-bisa kamu langsung di tahan. Apa kamu tidak takut jika hal itu terjadi?" Tanya lelaki yang berdiri di balik meja kasir. Namun Xienna hanya menggeleng.

Ia mengenal penjaga kasir itu karena kejadian empat bulan yang lalu. Xienna bekerja di mini market ini karena empat bulan lalu ia ketahuan memalsukan identitasnya hanya untuk membeli rokok.

Bukan-bukan. Rokok itu bukan untuk Xienna, melainkan untuk Adelia yang memaksanya. Sehingga Xienna harus menerima sanksi dari pihak kepolisian setempat dan bekerja di mini market ini tanpa di bayar.

Ia bekerja hanya lima jam, dari jam empat sepulang sekolah sampai jam sembilan malam. Ia di beri keringanan karena masih di bawah umur.

Sebenarnya sanksi yang Xienna dapat sudah berakhir dua minggu yang lalu, tapi ia masih saja ke mini market ini hanya untuk membeli rokok ataupun pesanan lainnya yang di minta Adelia. Jadi penjaga kasir tesebut adalah mantan seniornya dan dia mengetahui cerita di balik Xienna dan Adelia.

Setelah membayar, Xienna memasukkan tiga kaleng minuman beralkohol dan beberapa cemilan ke dalam tas ranselnya. Rasa takut sebenarnya ada jika ia lagi-lagi ketahuan dan berakhir di balik jeruji besi, hanya saja entah mengapa ia dengan lapang mengiyakan perintah dari Adelia. Mungkin demi hidupnya yang bahkan sama saja antara ia mengiyakan perintah Adelia maupun tidak. Ia tetap akan menjadi mainan Adelia.

Xienna berjalan menuju sebuah gudang yang letaknya tak jauh dari mini market tadi. Memsuki gudang tersebut dan mencari dimana Adelia dan teman-temannya berada.

Belum sempat matanya mengelilingi ruangan, kepalanya sudah di pukul dari belakang menggunakan buku yang lumayan tebal. Xienna pun meringis kesakitan dan menyadari siapa yang telah melakukan hal ini padanya.

Linda dan Riana sudah berdiri di belakang Xienna tanpa adanya Adelia dan mengambil paksa tas Xienna. Mereka mengeluarkan tiga kaleng minuman beralkohol dan beberapa cemilan yang tadi di beli oleh Xienna kemudian memindahkannya ke dalam tas yang di bawa oleh Linda.

"Sudah kau bayar kan?" Tanya Linda pada Xienna yang masih memegangi kepalanya.

"Iya, totalnya jadi dua ratus tiga puluh ribu." Jawab Xienna sembari berdiri.

"Oke, thanks." Bukannya mengembalikan uang dan tas Xienna, mereka malah menghamburkan isi tas Xienna ke tanah. Melempar jauh tas yang sudah kosong lalu pergi meninggalkan Xienna dengan tawa puasnya.


Ia sudah pasrah dengan perlakuan mereka, menghentikan mereka sama saja bunuh diri. Xienna sudah tidak bisa menghitung lagi, berapa banyak uang yang ia keluarkan untuk mereka bertiga.

Xienna memungut buku-buku yang berserakan di tanah dan mencari kemana tasnya mendarat.

Beberapa menit kemudian, ia menemukan tasnya dan memasukkan kembali buku-buku itu ke dalamnya dan berlalu pulang.




-TBC-

Xnake.Where stories live. Discover now