Aneh

8 3 4
                                    

Seperti biasanya, hari-hari Tishya masih sama tidak ada yang berbeda dan tidak ada yang menarik baginya. Merasa biasa saja setiap harinya. Hari ini Tishya memilih tidak sarapan di rumah dan memilih membawa bekal ke sekolah. Ya, sudah biasanya dia seperti itu, jika tidak sempat atau sedang malas sarapan di rumah ia lebih memilih membawa makanannya ke sekolah. Ia melajukan motor kesayangannya melewati jalanan kota yang ramai dengan kendaraan. Berdesak-desakkan dan padat ditambah lagi lampu merah yang membuat jalanan semakin terasa sangat sesak. Mobil-mobil pribadi yang menambah sesak isi jalanan dan angkutan umum yang mengharuskan berhenti untuk menurunkan penumpangnya atau menjemput penumpangnya terkadang membuat lambat arus kendaraan.

Ketika sedang asyik menikmati jalanan dan hiruk pikuknya suasana pagi, tiba-tiba motor Tishya mogok. 

"Aduh, kenapa lu harus mogok sih?" tanya Tishya pada motornya yang mogok itu.

Tishya turun dari motor dan merasa bingung kenapa motornya bisa mogok, karena ia kurang mengerti dengan urusan motor. Tishya semakin panik karena semakin lama semakin siang. Ia takut jika ia datang ke sekolah terlambat. Meskipun ia terkenal cuek, tetapi jika masalah sekolah ia tidak bisa cuek. Ia mencoba pesan ojek online tetapi tidak ada yang menerima pesanannya, begitu juga taksi online. Mungkin karena kondisi pagi jadi sudah banyak yang sedang mengantarkan penumpangnya. Tishya mencoba menuntun sepeda motornya dan melihat sekeliling untuk mencari bengkel yang sudah buka. 

"Kalo gue sampai terlambat ke sekolah, gue sumpahin lu ya jadi motor gak pernah mogok lagi." ucapnya menggerutu.

Ketika Tishya sedang merasa lelah krena harus menuntun sepeda motor miliknya, dari kejauhan Aldy secara samar seperti melihat Tishya. Dengan sifat jailnya itu ia merasa agak senang karena melihat Tishya, perempuan yang suka berdebat dengannya itu menuntun sepeda motornya. Aldy melajukan mobilnya dan mengendarainya di samping Tishya yang sedang menuntun sepeda motor. Tishya awalnya tidak tahu jika itu Aldy, ia merasa risih karena seperti di ikuti. 

"Woy, kasihan amat lu. Kenapa tuh motor butut lu?" ledek Aldy pada Tishya.

"Eh rese lu ya, bisa diem gak? Awas aja ya lu," ancam Tishya.

Aldy hanya terkekeh dan ia melajukan mobilnya, tepat di depan Tishya dan motornya Aldy berhenti dan keluar dari mobil. Tishya semakin kesal, ia berpikir jika Aldy akan semakin meledeknya dan usil terhadapnya. Karena mobil Aldy berhenti di depan Tishya maka Tishya juga memberhentikan langkahnya dan menarik standar sepeda motornya. Ia bertanya apa maksud dari Aldy berhenti dan seperti biasanya Aldy menjawab dengan kata-kata yang semakin membuat Tishya kesal.

"Ya tuhan rencana apa yang sedang kau jalankan hingga aku bertemu dengan cowok rese dan nyebelin kaya dia? Membuat beban hidup saya semakin berat saja."

"Mungkin kita di takdirkan bertemu hahaha," jawab Aldy yang membuat Tishya semakin kesal dan menonjok bahu Aldy.

"Woy sakit etdah, dari pada lu marah-marah gak jelas. Terus hari semakin siang dan lo bisa terlambat ke sekolah, lo bisa kok numpang sama gue. Itu kalo lo mau, kalo enggak yaudah gue juga gak rugi," Aldy menawarkan tumpangan pada Tishya.

Tishya mencerna ucapan Aldy barusan. Ia berpikir sejenak sebelum menjawabnya karena ia merasa agak gengsi.

"Em tapi ada benernya juga sih perkataan dia barusan, daripada gue telat juga ye kan," ucap Tishya dalam hati.

Aldy melihat Tishya dan kedua bola mata mereka bertemu dan saling pandang. 

"Emmm yaudah deh, ini lo yang nawarin loh ya bukan gue yang minta," jawaban Tishya atas tawaran tumpangan dari Aldy.

"Oke, motor lo titipin warung depan itu aja ntar gue minta tolong supir gue yang di rumah buat ambil motor lo dan suruh taroh di bengkel."

Aldy berjalan memasuki mobil, namun Tishya masih berdiri kaku dan merasa bingung dengan apa yang terjadi sekarang.

Fix LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang