⚠60%

2.9K 166 26
                                    

20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20.00, 17 November.

Dek Riki
Kak Heeseung, aku udah di lobby kantor. Tapi ini beneran gapapa ya kalau aku ikut?

Heeseung tersenyum gemas membaca pesan dari Ni-ki. Anak ini memang begini polos ya, tetapi juga tidak untuk beberapa alasan seperti di ranjang misalnya. Kalau dipikir-pikir, sudah berapa lama ini mereka tidak melakukannya karena memang mereka sama-sama sibuk sih. Heeseung sendiri akhir-akhir disibukkan dengan persiapan tugasnya yang akan terbang ke negeri timur.

Ah, rasanya sekarang Heeseung begitu merindukan lelaki mudanya itu. Kali ini, Heeseung tidak akan menjadi pecundang bukan?

Seperti dugaan, jamuan yang digelar bosnya itu begitu ramai dan berisik. Kalau bukan karena bosnya yang menyuruh semua karyawan untuk datang, Heeseung mana mau repot-repot datang. Lagi pula, mengajak Ni-ki hanyalah alibi supaya dia tidak dibuat mabuk.

Saat jamuannya selesai, Heeseung lebih memilih mengajak Ni-ki ke tempat lain sebelum pulang. Tempat yang hanya ada mereka berdua.

"Kak, kenapa ke sini? Apa kakak lagi pengen? Tapi biasanya juga di rumahmu kan?"

Sudah Heeseung bilang kan kalau Ni-ki ini tidak selalu benar-benar polos. Ya ini buktinya, apa-apaan pertanyaannya itu.

"Ni-ki, apa itu gak terlalu frontal kamu tanyain di tempat umum begini?" Heeseung terkekeh mendapat respon yang kelewat santai dari Ni-ki.

"Tapi ini di hotel, semua yang datang ke sini juga pasti gak jauh-jauh dari itu, kak."

Lagi-lagi Heeseung hanya tertawa mendengarnya. Memang sangat Ni-ki sekali kalau sedang begini.

"Aku cuma mau ngobrol aja sama kamu, soalnya kalau gak di tempat kaya gini kamu pasti bakal lari lagi." Heeseung mencondongkan wajahnya ke arah Ni-ki yang mendengus sebelum memasuki kamar yang sudah di sewanya.

Di dalam kamarnya tidak ada yang istimewa, cuma sebuah ruangan yang berisi satu tempat tidur dan teman-temannya. Seperti kamar hotel pada umumnya, hanya ditambah beberapa makanan dan minuman di atas meja di sudut ruangan yang menghadap lampu-lampu kota.

"Ayo duduk, kita ngobrolnya sambil makan atau minum aja sedikit."

Pada awalnya hanya ada keheningan yang tercipta setelah sama-sama mendudukan di kursi yang berhadapan. Suara denting dari gesekan piring dan pisau menjadi teman pembunuh senyap.

Di saat-saat seperti ini, Heeseung dapat mengingat begitu banyak momen dalam hidupnya yang sudah lama sekali ia lewatkan. Termasuk saat bagaimana pertama kalinya ia mengenal lelaki lucu di depannya ini.

Dulu sekali Heeseung melihatnya sebagai anak lelaki menggemaskan yang pemberani, sebelum sekarang parasnya berubah menjadi begitu tegas.

Saat itu, Heeseung sedang mati-matian berlari menyelamatkan diri dari anak-anak di lingkungan ia dibesarkan yang selalu saja menjahilinya. Saat kakinya sibuk melangkah dengan cepat, Heeseung tersandung dan jatuh. Beruntungnya ia tidak langsung berciuman dengan tanah, tetapi malah menimpa anak yang lebih kecil darinya.

TRUST ; heeki ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang