10%

3.8K 272 20
                                    

September 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

September 2019

12.30, 11 September.

Sebagai seorang calon jurnalis muda, Nishimura Riki tentunya memiliki keinginan kuat menjadi bagian dari pers yang murni, profesional dan berimbang.

Semangat yang seakan tidak ada mati itu, tercermin dari bagaimana senyum kotaknya tidak juga pudar sejak hampir dua puluh menit yang lalu.

"Senang, hm?"

Tanya yang sarat akan godaan itu menyadarkan Ni-ki dari lamun bahagianya, kian melengkungkan senyum kelewat manis pada pria lebih tua di sampingnya.

"Kak Hee! News hunting pertamaku, seneng banget lah. Ini juga karena Kak Hee bantu aku dengan ngajuin aku sebagai rekanmu. Makasih banyak Kak Hee. Aku bisa apa kalau gak ada Kak Hee di sini." Balas Ni-ki dengan penuh semangat.

"Apa sih, lebay banget."

Heeseung, pria di sampingnya itu tersenyum geli mengejek jawaban Ni-ki yang begitu menggebu-gebu. Tetapi Ni-ki mana peduli, kalau senang ya senang saja. Lagipula mengekspresikan perasaan kan bukan hal yang salah.

Hanya saja Ni-ki melupakan fakta bahwa semesta tidak selalu memberi cuma-cuma. Selalu ada bayaran dari setiap hal yang terjadi. Persis seperti hari ini.

"Ni-ki!!"

Teriakkan nyaring dari arah belakang punggungnya menghentikan langkah Ni-ki maupun Heeseung. Di sana, Jungwon, teman kampus sekaligus teman masa magangnya sedang berlari menghampiri dengan raut muka yang sedikit kaku. Suara tarikan napas tidak teratur mulai terdengar jelas saat Jungwon semakin mendekat.

Satu alis Ni-ki terangkat heran kala kedua tangan Jungwon meraih bahunya sesampainya ia di tempat Ni-ki berdiri.

"Habis dikejar anjing apa gimana sih?"

"Ni-ki, kamu harus tenang, oke. Boleh kaget, tapi gak boleh over. Pokoknya kamu harus tenang, ngerti kan?" Alih-alih menanggapi, teman seperjuangannya ini malah memberi ultimatum.

"Kamu kali tuh yang harus tenang. Emang kenapa sih? Aku mau makan sama yang lain nih, buruan."

Jungwon menarik napas panjang sebelum mengatakan kalau, "Ada kak Sunghoon, dia mau ketemu kamu."

Mata Ni-ki membelalak kaget. Seperti sesuatu menghantam kerja jantungnya, Ni-ki terpaku sesaat setelah mendengar nama itu dilisankan. Ada perasaan asing menyeruak, entah apa yang jelas tidak terlalu menyenangkan untuk dirasakan.

"Di mana?" Ni-ki melihat sekilas pada Jungwon yang sedikit meringis ngilu mendengar pertanyaan terkesan dingin keluar dari bilah bibirnya.

Tetapi bahkan dirinya sendiri pun tidak begitu mengerti kenapa perasaan senang yang sebelumnya menyambangi, kini seperti sudah tidak bersisa lagi. Padahal jauh di dalam lubuk hatinya, ia benar-benar sudah menunggu hari ini tiba, hari di mana ia dapat kembali melihat pria yang selama ini terpisah oleh berkilo-kilo meter jarak. Namun entah bagaimana, ada perasaan tidak nyaman yang kini ia rasakan.

"Di depan, Ki."

Ni-ki mengangguk.

"Kak Hee duluan aja, nanti aku nyusul kalau sempat. Maaf ya."

"Santai kali, gih samperin."

Dengan keraguan yang menggunung, Ni-ki melangkahkan kaki menuju sesuatu yang entah akan berbuah apa. Berusaha menanggalkan segala skenario buruk yang kini memenuhi tempurung kepalanya.

Satu tahun menunggu tanpa kabar dan kejelasan, rasanya seperti hilang pegangan. Satu sisi, ia begitu ingin mempercayai bahwa prianya tidak akan mengingkari janji. Tetapi di sisi yang lain, kepercayaan itu sedikit demi sedikit terkikis seiring hilangnya kabar, seiring menjauhnya presensi yang dulu tidak pernah ia lewatkan satu hari pun.

Hingga tepat saat kakinya menapaki bagian luar lobi, ia melihatnya di sana. Di sudut pekarangan kantor, Park Sunghoon menunggu bersama sehelai kertas pemutus benang merah dari kelingkingnya dan prianya. Seutas kata maaf yang keluar dari bibir prianya itu, melucuti seluruh angan dan harapan yang sempat terancang membentang dalam rancang imajinasi.

Undangan pernikahan, dengan nama yang tertulis adalah Park Sunghoon bersama Shim Jaeyun bukan Nishimura Riki.

Meski sudah berusaha mempersiapkan segala kemungkinan selama perjalanan menemui Sunghoon, gurat kecewa tetap terpampang jelas di kedua manik indah miliknya, menghakimi bagaimana sosok yang selama ini ia nanti ternyata memilih pergi pada jalur yang tidak akan sanggup Ni-ki gapai lagi. Janji pulang yang dulu diucap dengan angkuhnya, kini tidak lagi bernilai gagah bagi Ni-ki.

Tidak ada yang tersisa dari dirinya dan Park Sunghoon, terkecuali luka bernanah yang ditorehkan si pemilik senyum tampan. Hal yang membuatnya mulai menanggalkan seluruh percaya pada perasaan bernama cinta.














































Main character;

Lee Heeseung, Journalist, 24 y

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Heeseung, Journalist, 24 y.o

Nishimura Riki, mahasiswa Ilkom, calon Journalist, 21 y

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nishimura Riki, mahasiswa Ilkom, calon Journalist, 21 y.o


















































--tbc;

yo i'm back with new story, enjoy reading everybody 💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

yo i'm back with new story, enjoy reading everybody 💕

TRUST ; heeki ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang